Bagian 16

2.6K 132 7
                                    

Dewi terduduk di kursi. Air matanya menetes melihat semua ini. Tenyata Zahid telah memata-matai bahkan sejak ketika ia masih berstatus istri orang. Tiba-tiba ia merasakan dadanya bergemuruh karena marah. Tangannya terkepal, ingin sekali ia bertemu dengan Zahid dan menampar wajah pemuda itu karena telah berbuat tidak sopan padanya.

Dewi mencoba mengendalikan emosinya dengan menarik napas dalam-dalam kemudian melepaskannya perlahan. Ia berdiri dan melangkah menuju kamar mandi yag ada di kamar itu untuk membersihkan badan dan berwudlu. Ia hendak menunaikan salat zuhur, sayup-sayup tadi ia sudah mendengar azan dari masjid komplek.

Usai salat, Dewi tak langsung berdiri. Ia juga menambah salatnya dengan melaksanakan salat sunnah taubat dan hajat agar hatinya lebih tenang. Dengan tangan menengadah dan suara yang penuh harap, Dewi memohon ampun kepada Allah dan minta supaya selalu diberi pentunjuk untuk melalui semua ini.

Ya Allah Penggenggam segala urusan

Aku kembali datang padaMu untuk mengadukan segala keluh kesahku

Hanya kepadaMu aku berserah Wahai Yang Maha Bijaksana

Aku ucapkan terimakasih Engkau telah menyelamatkanku dari Susi dan teman-temannya

Terimakasih pula Engkau telah mengirimku pada Bu Mita yang mana aku sekarang berada di rumah perempuan yang baik hati itu.

Sungguh, Engkau sama sekali tak menelantarkan aku

Namun, Robby, ada yang kini mengganjal hatiku

Auratku telah sampai pada seorang laki-laki yang sama sekali tidak aku kenal

Dan ia telah memata-matai gerak-gerikku bahkan ketika suamiku masih ada

Ampunilah aku ya Robb, lindungilah aku

Atau mungkin adakah rencana lain yang Engkau siapkan untukku?

Aku hanyalah hambaMu yang lemah, kurang pergaulan

Tiada daya upaya selain pertolongan dariMu

Limpahkanlah petunjuk dan hidayahMu selalu

Bimbing aku untuk sampai kepadaMu

Mudahkanlah aku untuk menjaga kalamMu, baik di dalam kalbu maupun lisanku


Dewi berdoa dengan air mata yang terus meleleh.

Tok...tok... Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. "Mbak Dewi... ini Yu Sri." Panggil seseorang dari luar.

"Iya, Yu. Sebentar." Dewi menghapus air mata yang membasahi pipinya. Ia menghadap cermin, matanya masih terlihat sembab. Dewi lalu bangkit menuju pintu dan membukanya.

"Mbak Dewi, udah ditunggu Bu Mita di meja makan. Sudah waktunya makan siang," sambut Yu Sri ketika daun pintu sudah terbuka.

"Oiya, Yu. Terimakasih, saya langsung turun sekarang." Dewi menutup pintu dan melangkah menuju ruang makan di lantai satu.

"Mbak Dewi, sebentar," panggil Yu Sri.

Dewi yang sudah hampir mencapai bibir tangga, menghentikan langkahnya. "Iya, Yu? Ada apa?"

"Emm, nggak, saya hanya ingin bilang kalau Mbak Dewi ternyata sangat cantik. Baru kali ini saya melihat wajah Mbak Dewi dengan jarak sedekat ini. Maaf ya, Mbak, dulu saya sempat berpikir bahwa istri pertama pak Wirya yang bercadar itu udah tua dan jelek," jawab Yu Sri.

Dewi tersenyum lebar mendengar pernyataan polos asisten Bu Mita itu.

"Nggak apa, Yu. Makasih pujiannya. Tapi suatu saat saya pasti akan tua juga, kan? Ya udah, saya ke bawah dulu ya, Yu," ujarnya lalu menuruni tangga menuju meja makan di mana Bu Mita sudah menunggu.

Cinta Jingga (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang