LOST ONE (1)

2.5K 243 53
                                    

Berat. Perutnya terasa berat, tapi sesuatu yang berat itu begitu hangat. Ia membuka matanya karena penasaran dengan beban berat di perutnya. Begitu terbuka, matanya disuguhi sosok cantik yang mampu membuatnya langsung mengulas senyum dalam kurun waktu 2 detik. Ia mengelus surai lembut biru kesukaannya kemudian menciuminya. Pipinya dicubiti, menimbulkan gerungan resah si empunya yang berlalu begitu saja.

"Saranghae, my Sugar,"

Ia kemudian kembali tertidur setelah puas menguyel wajah kekasihnya serta lumatan panjang di bibir sebagai akhir gangguannya.

~oOo~

"Jimin-ah?"

"Ungg..."

"Bangun, Jim."

"Hmmm, sugar~"

"Ya ampun masih mengingau saja, bangun Jimin-aah," ucap orang itu dengan gemas.

Jimin membuka mata begitu ia merasakan pipinya dicubiti. Ia langsung disambut dengan senyuman manis si wajah jutek begitu membuka matanya.

Si jutek ini mencubit pipi Jimin sekali lagi sebelum akhirnya berkata, "Bangun dan ayo sarapan Jimin-ah, aku sudah buatkan sandwich." Kemudian ia pergi, meninggakan Jimin yang masih setengah bangun dan enggan bangkit.

"JIMIN-AH!"

"Iya iya aku bangun,































Seulgi-ya."

~Lost~

Sejujurnya Jimin masih mengantuk. Dia habis begadang untuk mengambil alih perusahaan ayahnya, karena itu juga dia tidak begitu berselera untuk makan. Namun wanita di depannya ini terus saja memperhatikannya meski mulutnya sendiri sibuk mengunyah sandwich daging buatan sendiri.

"Wae?" tanya Jimin.

Wanita itu menggeleng, kemudian mencondongkan kepalanya ke arah Jimin. "Bagaimana?"

"Apanya?" Jimin bingung, Seulgi kemudian menunjuk sandwich Jimin dengan dagunya dan Jimin akhirnya mengerti. "Ini lumayan, tidak buruk. Setidaknya masih bisa dimakan."

"Ish!" Seulgi memukul lengannya pelan. Jimin meringis. Seulgi sering olahraga juga, jadi pukulannya tidak main-main! "Aku tidak mengerti kenapa standar 'enak' lidahmu itu tinggi sekali," keluhnya.

Jimin menyerit. "Ah, tidak juga. Banyak makanan yang menurutku enak. Contohnya masakan eomma, makanan restoran Jin hyung, makanan dan minuman kedai kopinya Jungkook, dan..." tiba-tiba di pikiran Jimin tergambar dapur dengan dekorasi hitam bermotif putih yang membuatnya nostalgia. "...dan masakan seseorang yang sepertinya aku tidak tahu siapa."

Seulgi memutar bola matanya. "Ya, ya, ya. Dari semua makanan itu semua orang tahu kalau mereka memang enak! Seokjin oppa dengan restoran bintang lima-nya, Jungkook dengan café starbox-nya yang sudah tersebar kemana-mana, dan seseorang yang kamu tidak tahu? Pasti dia seorang koki hebat dan lagi itu pasti bukan aku," cibir Seulgi sembari membereskan piring sandwichnya dan milik Jimin yang telah selesai.

"Tentu saja itu bukan kamu. Kuingatkan bahwa dari sekian banyak percobaan memasakmu, yang layak uji coba baru beberapa saja, Kang Seulgi," balas Jimin tak kalah sengit. Dia dan Seulgi memang lebih sering berdebat karena beginilah model pertemanan mereka sejak kecil. "Dan lagi orang itu laki-laki," timpal Jimin yang tiba-tiba ingat akan sosok laki-laki yang ada di gambaran dapur nostalgia itu.

"Ya ya, baguslah. Setidaknya kamu menemukan 'koki' lain yang makanannya cocok dengan lidahmu. Silahkan mengingat-ingat siapa pria itu," ucap Seulgi jutek. Kini ia sibuk mondar-mandir untuk segera pergi bekerja, sedangkan Jimin hanya asik menyaksikan wanita itu bolak-balik di depannya.

LOST [MinYoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang