Dua jam yang lalu Yoongi sadar, pria hamil yang tadinya sedih karena belum menemukan Hoseok di sisinya itu kini cemberut kesal setelah mendengar kekonyolan Hoseok yang membuatnya menyesal telah menangisi si pembuat onar.
Sedari tadi mulutnya itu tidak berhenti mengeluarkan umpatan-umpatan yang ditujukan pada adiknya di London sana. Seokjin sampai lelah memberitahu Yoongi untuk berhenti berkata kasar, takut jadi terbawa ke bayinya. Mana mau dia punya ponakan yang suka mengumpat seperti ibunya.
"Awas aja Hobi, kalau pulang kutendang dia biar terjungkal kemudian tobat. Bisa-bisanya-"
Seokjin buru-buru menyumpal mulut Yoongi dengan apel yang baru saja dikupasnya sebelum si pucat mengumpat lebih banyak. "Sudahlah Yoong, jangan mengatai Hoseok terus. Mau punya anak mirip Hoseok? Bodoh dan ceroboh," ucapnya menakut-nakuti.
Yoongi menggeleng buru-buru. Biarpun Hoseok juga termasuk golongan orang tampan, dia tetap tidak mau punya anak mirip Hoseok. Hoseok suka menumpang, entah itu numpang makan, numpang tidur, dan numpang numpang lainnya. Meskipun kata orang Hoseok itu punya aura positif yang menyenangkan dan mampu membuat orang lain tenang, tapi yang ada di pikirannya malah Hoseok kecil yang suka mengompol di tengah malam, penakut, yang kalau mandi pintunya tidak ditutup karena takut hamtu, dan Hoseok yang ke taman bermain tapi tidak ikut bermain karena takut ketinggian.
Yang jelas, Yoongi nggak mau punya anak kayak Hoseok. Ada gen Jimin yang seksi dan gen Yoongi yang cantik, kenapa harus mirip Hoseok?
"Jinnie, kalian berdua aja nggak apa?"
Seokjin dan Yoongi menoleh pada satu-satunya dominan di sana. Namjoon yang sudah rapih dengan kemeja dan baju formalnya. Dia harus pergi ke kantor untuk urusan rapat. Seokjin memberikan piring berisi apelnya pada Yoongi, kemudian menghampiri Namjoon dan membenahi dasi yang dipakai miring.
Yoongi cemberut, menyaksikan adegan romantis secara live di depan matanya dan perhatian berlebihan Namjoon. "Tidak perlu khawatir pada kami. Kemarin aku menumbangkan 3 orang kalau kau lupa."
Namjoon memutar bola matanya. "Ya, dan kau terluka setelahnya. Kuingatkan juga di dalam perutmu ada bayinya, Yoongi," cibir Namjoon.
Yoongi berdecak, meletakkan piring apelnya di nakas kemudian berbaring. "Aku mau tidur saja, dasar menyebalkan."
Seokjin melotot, kembali menghampiri Yoongi dan mengguncang pelan punggung yang membelakangai. "Yaa! Jangan tidur, masa aku cuma menungguinmu tidur? Ayo mengobrol Yoong~"
Namjoon terkekeh melihat interaksi keduanya. Ia menarik tangan Seokjin dan mengecup bibirnya kilat, kemudian menghampiri Yoongi dan memberikan kecupan di kening sebelum pria itu mulai mengomel lagi.
"Hati-hati, telepon aku kalau ada apa-apa. Jimin nanti ke sini setelah menyelesaikan urusan dengan ibunya," pesan Namjoon.
Yoongi mengangguk, memberikan tepukan pada tangan Namjoon di bahunya. "Aku baik-baik saja. Ada Seokjin. Dia bisa menusuk orang jahat dengan pisau lipat di kantungnya."
Seokjin melotot. "APA-"
"Aku tahu kau selalu bawa pisau lipat, hyung."
Kini ganti Seokjin yang cemberut. "Hey, itu buat jaga-jaga kalau aku butuh memotong sesuatu," sergahnya.
Namjoon terkikik sebentar, kemudian pergi karena sudah tidak punya banyak waktu lagi. "Aku pergi dulu. Selesai rapat, aku ke sini lagi."
Kompak, Seokjin dan Yoongi berdadah ria. Seokjin dengan semangat membara dan Yoongi dengan setengah semangatnya.
"Tidak usah terburu-buru, Joonie. Kami tidak apa-apa. Selesaikan dulu saja urusan kantormu," kata Seokjin, tipikal pendamping idaman.
"Ya ya, sana buruan pergi. Jangan lupa bawa makanan, ya pas balik," Yoongi ... Tipikal Yoongi. Hmm.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST [MinYoon]
FanfictionJimin merasa ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Tapi apa? Ia selalu memimpikan seorang pria cantik yang berhasil menyita seluruh pikirannya. Pria yang Jimin panggil "Sugar" | "...apa aku melupakan sesuatu yang penting? Terutama ketika aku koma...