II

184 20 0
                                    


Tacenda
(n). things better left unsaid;



Chapter 2



Kamu memandang jam dinding yang menempel di sudut ruangan. Jarum pendek menunjuk angka 1 dan jarum panjang menunjuk angka 3. Kemudian menatap ponsel yang hanya menunjukkan layar gelap sedari tadi. Sama sekali tidak ada tanda untuk menyala.

“ Hei!”

Seorang gadis dengan rambut panjang sepinggang duduk di sebelahmu.

“ Wae? Soal pacarmu lagi? Dia sibuk lagi? Tidak telepon lagi? “ tanya Chaerin bertubi-tubi. Ia sudah hafal betul soal kegalauanmu itu.


“Hmm.. sibuk. “ gumamnu pelan tak bersemangat.


“ Daripada kau memikirkan si pacar sibukmu itu, lebih baik jau pergi makan. Aku tahu kau belum sarapan tadi pagi, dan sekarang sudah lewat jam makan siang. Kalau dia membutuhkanmu juga dia pasti menghubungimu kok. Kutebak ini baru lewat seharian ‘kan? “ oceh Chaerin panjang lebar.

Kamu menghela napas pelan, “2 hari, “ ralatmu.

“ Ya, masih ada harapan. Waktu itu sampai seminggu ‘kan? “

Kamu meringis mengingat ketika Suga pernah tidak menghubungimu selama itu.
“ Ya juga sih. “


“ Lagipula kenapa pacarmu sibuk sekali ‘sih? Memangnya dia artis apa? Masa waktu untuk mengirim pesan satu saja tidak sempat. Itu namanya tidak peduli tahu! Masih saja kau bertahan pada pria seperti itu. Kalau aku jadi kau sudah kuputuskan. ”

“Hush! Jangan sembarang bilang putus begitu! “ omelmu. Chaerin memang sedikit cerewet –sangat- tapi ia tidak pernah bermaksud jahat. “ Sudahlah, temani aku makan. “ Kamu menarik tangan Chaerin agar segera berdiri.






“ YA! SALJU! “

Kamu segera menutup telinga demi keselamatan telingmu. Chaerin main teriak saja, dan sekarang ia tengah merekam salju pertama yang jatuh di Seoul melalui jendela.

.

“ Cantik sekali!!! “ serunya masih takjub.

Kamu perlahan mendekat, dan ikut merekam salju itu. “ Indah. “

Setelah merekam, kamu segera mengirimkan video itu pada seseorang.

Siapa lagi kalau bukan pacarmu. Min Suga. Pria itu pasti sibuk sekali sampai tidak sempat keluar dari studionya. Bahkan mungkin ia tidak tahu sedang turun salju sekarang.


‘Saljunya indah sekali. Keluar dari studiomu. Jangan bekerja terus. Jaga kesehatan ya :)'

SEND.





Tak lama kemudian, terlihat bahwa pesanku dibaca. Jantungmu berdegub kencang. Kamu mengeratkan jemari pada ponsel, tak sabar menungggu balasan pesan dari Suga.


“ Hei, sudah merekamnya? Katanya mau ke kantin? “ tanya Chaerin sesudah acara merekam tadi.

Kamu memandang Chaerin sejenak, “ Eonni duluan saja, aku nanti menyusul. “ sahutmu masih memandangi layar percakapan antara dirimu dan Suga.

“Oke. Jangan lama. “

.

.

Tapi balasan Suga tak kunjung datang. Meski kamu menanti selama apa pun.
.

.

Malam itu, sebuah pesan datang. Kamu segera membuka pesan masuk itu. Masih setengah berharap kalau itu Suga.


‘ (Y/n)-ah, lihat salju malam ini. Aku baru sempat keluar dari kantor sekarang. Bukan salju pertama sih. Tapi tetap indah ‘kan?’




Kamu menonton video yang dikirim. Nampak seorang pria dengan rambut kecoklatan tersenyum memandang ke arah kamera. Membuatmu ikut tersenyum.


Sayangnya ia bukan pria yang kamu harapkan.






Jimin.

Kamu membalas pesan Jimin, dan tidur. Bersamaan dengan kamu menutup tertidur, tanpa kamu sadari sebuah notifikasi update twitter dari @BTS_twt muncul. Postingan berisi persis video yang Jimin kirimkan padamu, dengan caption “ If there is a reason to love, that means the love changes when the reason is gone. I loved you, without any reason #JIMIN.* “







*Jika ada alasan untuk mencintai, artinya cinta itu akan berubah ketika alasan tersebut hilang. Aku mencintaimu, tanpa alasan : dari vlive LA Behind Mission

[]

TacendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang