*Mainkan Mulmed ya
Tacenda
(n). things better left unsaid;
Suga's SPECIAL CHAPTER part 2
[ Suga's POV ]
Semuanya semakin buruk. Aku mulai mencoba berhenti untuk menghubungi atau membalas pesan (Y/n). Meskipun sesekali aku tergoda untuk memberitahunya tentang masalah ini, tetapi aku tahu memberitahunya hanya akan membuatnya takut dan stress. Lebih baik aku sembunyikan. Biar aku yang menanggung masalah ini.
.
Sewaktu liburan untuk awal tahun baru, (Y/n) mengajakku bicara setelah kami sudah lama tidak saling menghubungi. Kupikir ia akan membawa permasalahan itu. Tapi ia tidak bertanya, marah atau apapun itu.
" Tuan Min. Tidak bosan? "
Aku ingin menjawab, tapi aku tidak merespon. Aku pura-pura fokus dengan ponselku, padahal aku hanya membuka aplikasi-aplikasi yang ada di sana, berusaha mengalihkan perhatianku darinya.
" Hei. Tuan Min. "
Aku mendongak. Menatapnya. Dan aku tersadar betapa aku merindukannya. Merindukan suaranya. Aku ingin memeluknya. Tapi aku tahu aku tidak boleh.
" Kau sedang liburan sekarang. Jangan bekerja terus. "
" Ini bukan pekerjaan, lagipula ini bukan urusanmu. Kita sudah pernah sepakat 'kan dari awal untuk tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing? Jadi aku meminta tolong dengan sangat untuk tidak menggangguku. Terima kasih. "
Ya, kalimat itu sudah benar. Aku sudah mengatakan hal yang benar. Mata (Y/n) membulat. Terkejut dan juga merasa sakit hati dengan perkataanku.
" Apa maksudmu? Apakah aku mengganggumu? Aku hanya meminta dirimu untuk menikmati liburanmu sendiri. Aku tidak pernah melarangmu untuk bekerja. "
" Kenapa kau berisik sekali. Dan tolong kecilkan suaramu. Aku tidak mau yang lain mengira kita sedang ada masalah. "
" Jadi menurutmu ini bukan masalah? Mau kusebut hal lain? Kau mengabaikan pesanku bulan lalu. Kau tidak mengucapkan apa-apa tentang syal itu. Atau jangan-jangan kau belum membuka hadiah natalnya? Jumlah percakapan kita bahkan kurang dari jumlah seluruh jumlah jari kaki dan tanganku selama beberapa bulan ini. Kau sebut apa aku? Hubungan macam apa yang kita jalani? Kita hanya kenalan? Aku seperti rekan bisnismu saja yang pernah kau tukarkan kartu nama? "
Ia hampir menangis. Aku ingin menenangkannya, mengatakan maaf tapi kata-kata itu tertahan di tenggorokan. Sehingga aku memutuskan untuk pergi dari sana sebelum aku memeluknya. Aku lari.
Seperti pengecut.
.
.
.
[ Sepulang dari liburan ]
" Eum.. terima kasih untuk yang tadi... maksudku.. uh.. yang di bianglala tadi. Terima kasih juga sudah mau mengantarkanku. "
Sebelum kembali pulang ke Seoul, Suran sudah memberikanku peringatan terakhir. Aku harus memutuskan (Y/n) begitu aku kembali. Dan sekarang kami berada di mobil. Aku rasa sekarang adalah waktu yang tepat.
" Terima kasih. " ucapnya pelan.
Mendengar suaranya membuat sulit. Kamu tidak tahu harus mulai dari mana.
" Um.. pintunya terkunci. "
Aku menghela napas kasar. " Kita akhiri hubungan ini saja. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda
FanfictionTacenda (n). things better left unsaid; Ketika kamu tahu kata maaf 'tak lagi cukup. Ketika kamu tahu bahwa air mata bahkan 'tak cukup lagi untuk menggantikan kata-kata yang 'tak sanggup terucap. Karena luka tidak memiliki suara, makanya air mata j...