X

103 25 0
                                    


Tacenda
(n). things better left unsaid;


Chapter 10







Setelah hari ketika Suga mengatakan hal yang tidak kamu mengerti di ISAC kalian kembali tidak saling berhubungan, apalagi bertemu. Hari itu seolah tidak ada. Kamu ditinggalkan pada ketidakjelasan. Kamu masih memikirkan tentang apa yang ia katakan.


‘ Aku tidak. Aku tidak baik-baik saja. Aku bodoh. Tapi kau harus tahu aku lakukan itu untuk kita berdua. Aku tidak bisa katakan alasan sebenarnya padamu. ‘


Apa artinya itu? Maksudnya sebenarnya Suga sebenarnya tidak ingin mengakhirinya?

Memikirkannya saja membuatmu langsung menghilangkan pemikiran itu. Lucu rasanya. Kamu tidak ingin berharap yang muluk-muluk. Memalukan sekali.





Tapi kalau bukan itu apa lagi artinya?




Kamu mengecek jam dari ponselmu. Sudah jam 10 malam. Kurang lebih. Dan kamu belum makan siang. Dari tadi rumah sakit sibuk sekali karena ada seorang anak pejabat yang terlibat kecelakaan besar, para wartawan berdatangan dan kalian benar-benar kelimpungan untuk mengusir mereka. Wajar saja, karena pejabat tersebut akan mencalonkan diri untuk kursi penting di pemerintahan, sehingga segala hal tentangnya akan disorot untuk media.

Kamu menatap layar iklan yang terpasang di samping jalanan, menunjukkan count-down comeback BTS. Kamu tersenyum melihatnya, sejujurnya kamu juga merupakan fans mereka, hanya saja kamu tidak begitu mengikuti kegiatan mereka karena kesibukan kerja. Tapi itu tidak berarti kamu bukan seorang ARMY ‘kan? ARMY yang pernah beruntung karena pernah ber-


“ Kenapa segala hal kusangkutkan padanya.. ” runtukmu.


Kamu masuk ke sebuah rumah makan kecil yang berada di sebuah gang terpencil. Tempat itu adalah salah satu tempat makan yang pernah kamu dan member bangtan kunjungi dulu sekali. Kamu sedang tidak ingin saja makan di sana. Makanannya benar-benar enak dan harganya terjangkau.

“ Selamat datang. ”

Bibinya juga sangat ramah.

Kamu langsung mengambil tempat duduk. “ Jajjangmyeon dan sojunya satu. ”


Jangan salah, besok kamu tidak bekerja dan kamu akan pulang naik bus. Tidak ada salahnya minum alkohol sekarang, dan itu pun hanya satu botol. Kamu punya kadar alkohol yang cukup tinggi.



Kamu memandangi sekeliling tempat makan itu. Benar-benar penuh memori.










Tetapi matamu terhenti ketika melihat dua orang sedang makan di sana. Sama-sama menggunakan jaket tebal walaupun sekarang mendekati musim panas. Lengkap dengan topi dan masker. Berbicara pun berbisik-bisik.

Dari figur tubuhnya… kamu tahu jelas siapa itu. Kamu sudah mengenalnya selama bertahun-tahun tidak mungkin kamu salah.




Itu jelas sekali Min Suga, dan seorang perempuan.






Kamu berusaha mengalihkan pandangan, berharap pria itu tidak menyadari sedang dipandangi meskipun kedua orang tersebut masih saja berbicara.

Kamu berusaha menajamkan pendengaranmu. Mencuri dengar.





“ Aku sudah benar-benar putus dengannya. Kamu tidak lagi bertemu. ”

“ Benarkah? Aku bisa mempercayaimu? ”

“ Terserah padamu. Intinya aku sedang tidak berbohong. ”




Kamu terdiam lama sekali. Sisanya kamu tidak mendengar apa-apa lagi karena suara mereka lebih kecil dan tidak jelas. Kesimpulannya kamu menyesal telah menguping. Menguping memang tindakan yang salah.

Yang lebih membuatmu menyesal adalah kamu tahu siapa perempuan itu. Suaranya unik di kalangan penyanyi solo wanita. Kamu kembali mengingat ketika puluhan pesan yang wanita itu kirimkan ketika kalian dalam perjalanan pulang dari liburan awal tahun baru.











Suran.

***

Penguntit.

Itu yang menggambarkan dirimu. Setelah kebetulan bertemu Suga dan Suran bertemu di tempat makan, sekarang kamu menguntit mereka. Mereka tengah berjalan ke parkiran dan kau mengintip di balik pohon.

Kamu melihat mereka sempat bicara di dalam mobil navy beberapa menit tanpa menjalankannya karena lampu di dalam mobil menyala. Setelah berbicara mobil itu bergerak menuju ke jalanan yang membuatmu kelabakan karena tidak bisa mengikuti.

Kamu segera bergegas menuju trotoar untuk memanggil taksi tetapi kemudian kamu mendengar suara yang sangat keras dan memekakkan telinga, teriakkan orang, dan keributan lainnya.


Kamu menoleh cepat ke arah asal suara dan mendapati seusatu yang membuat jantungmu seperti berhenti berdetak.


Beberap orang yang berlarian, mobil terbalik, bus yang tidak berada pada posisi seharusnya. Kaca bus itu pecah dan asap mengepul. Kamu hanya tidak bisa berpikir apa pun selain berlari ke kerumunan. Kamu berusaha menerobos orang-orang yang tampak mengelilingi, tak sedikit yang berusaha menyelamatkan orang yang terjebak dalam bus, sisanya menelepon polisi dan ambulans.


Beberapa orang tengah mengangkut orang-orang yang sekarang sudah tak sadarkan diri dan dipenuhi darah. Kamu nyaris saja jatuh terduduk ketika melihat mobil yang terbalik berwarna navy. Napasmu sesak dan tidak terkontrol.


“ M-min.. min su- .. min suga.. ”


Kamu berusaha mencari keberadaan orang itu. Kakimu rasanya keram, tetapi kamu tetap berusaha mencari. Seorang pria mendorongmu untuk menjauhi lokasi.

“ Nona, tolong menjauh. Ini berbahaya. Tunggu sampai polisi datang. ”


“ A-ani.. ani.. itu.. aku.. tolong.. tolong o-.. orang .. ” Bicaramu jadi cacat, otakmu hanya memerintahkan untuk menemukan Suga.

Yang kamu ingat setelah itu adalah mobil polisi dan ambulans berdatangan memenuhi jalanan, kamu terdesak hingga tidak bisa melihat apa yang terjadi, hanya kerumunan orang yang mengelilingi lokasi kejadian.

Kamu terduduk di trotoar. Bingung harus melakukan apa. Tanganmu bergetar hebat. Kamu memang dokter –magang- tapi melihat segala yang ada di matamu, terutama ketika orang yang berharga yang mengalami hal itu rasa sangat…. menakutkan.

Kalau saja hal buruk terjadi. Kamu tidak tahu harus bagaimana lagi.

Hanya satu nama yang berputar-putar terus.







Min Suga.  Tolong baik-baik saja.


[]

Jangan lupa tinggalkan voment ♥

TacendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang