VII (*)

107 16 0
                                    


Tacenda
(n). things better left unsaid;




Chapter 7





Perjalanan pulang memakan waktu lebih lama karena kemacetan.

Setelah sampai di dorm, Suga menawarkan diri untuk mengantarkanmu pulang.


Tentu saja hal itu disetujui member yang lain. Kamu sendiri tidak keberatan karena sulit mencari bus selarut ini. Namun tanpa kamu sadari Jimin sebenarnya menatap kalian berdua tidak senang.

“ Hati-hati hyung. “ ucap Namjoon dan kemudian mobil kalian melaju ke jalanan.

.

.

Kecanggungan sekali lagi meliputi kalian berdua.

Suga sama sekali tidak berbicara, ia hanya menatap jalanan.

Sementara kamu ingin berterima kasih tetapi entah kenapa lidahmu terasa kelu.


“ Eum.. terima kasih untuk yang tadi… maksudku.. uh.. yang di bianglala tadi. Terima kasih juga sudah mau mengantarkanku. “





Setelah kalimatmu selesai tidak ada jawaban. Kamu bukannya berharap Suga langsung menjawab dengan panjang lebar, tapi apa susahnya sih hanya menjawab ‘ya sama-sama’ ?






Hingga akhirnya kalian sampai di depan apartemenmu.

Kamu menatap Suga canggung, “ terima kasih. “

Tetapi ketika kamu mencoba turun, ternyata pintu mobil masih terkunci. “ Um.. pintunya terkunci. “ ucapmu menatap Suga ragu.

Suga sama sekali tidak mengeluarkan suara. Ia hanya menghela napas kasar. Ia terlihat ingin mengatakan sesuatu yang entah kenapa membuat perasaanmu tidak enak. Kamu hanya berusaha berharap kalau yabg kamu rasakan tidak benar adanya.


'Jangan bilang.. '











“ Kita akhiri hubungan ini saja. “







Kamu menunggu Suga bicara padamu sejak tadi. Tapi kamu tidak menyangka ketika ia membuka mulutnya untuk bicara padamu, kamu malah mendengar lagi untuk kedua kalinya kalimat yang menyakitimu.



“ Mworago? “


Kamu bukannya tuli. Hanya saja, sulit rasanya.




“ Kita putus saja. “



“ Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan lagi? Aku minta maaf kalau iya. “ Suara terdengar frustasi. Ini memang bukan pertama kali kalian mengalami hal seperti ini.


Tapi ini pertama kalinya Suga mengatakan kata putus. Kalian sangat berhati-hati dengan kata sakral itu.

Karena ketika kata itu meluncur, semuanya tidak akan sama lagi.

Kalian berdua tahu jelas itu.

Tapi sekarang?


Suga memejamkan matanya, dan bersender pada jok.




“ Ya. Maksudku bukan.. Bukan, argh.. susah untuk menjelaskannya. Intinya kita akhiri saja sampai di sini. Aku yakin kau juga tidak merasa hubungan ini berjalan dengan baik. “

Kamu tahu akhir-akhir ini hubungan kami tidak terlalu baik. Tapi... 4 tahun bukanlah waktu yang singkat,  bukan waktu yang lewat begitu saja dalam sekejap mata. Empat tahun yang kamu dan Suga jalani sangat berarti. Setidaknya kamu merasa begitu.



“ Bagaimana kau bisa yakin kalau kau tidak pernah bertanya padaku? Aku tidak bisa terima perlakuan sepihak seperti ini. Beritahu aku masalahnya. Aku? Sikapku? Kau butuh lebih banyak waktu sendiri? “

Kamu tidak tahu harus berkata apalagi selain menyalahkan dirimu.




Sunyi.


“ Masalahnya adalah kita. Kita berdua. Kita memang tidak cocok satu sama lain. Apakah alasan itu cukup? “

Kita.

Dia bilang masalahnya adalah ketidakcocokan. Setelah empat tahun lamanya? Setelah selama ini kalian tidak pernah bertengkar? Dan tiba-tiba saja ia menjauh dan sekarang ingin memutuskan hubungan? Tanpa alasan yang lebih jelas daripada tidak cocok?


Suga menatapmu tajam. Tatapannya membuatmu bingung. Kamu bisa melihat betapa seriusnya ia dengan perkataannya, dan … kesedihan?


Oh atau mungkin itu perasaanmu saja.



Kamu berusaha mengalihkan pandangan, tidak ingin Suga mengetahui bahwa air matamu sudah menggenang begitu banyak dan siap meluncur ketika kamu berkedip.

Kamu tidak ingin menangis. Apa yang perlu ditangiskan sebenarnya?




“ W-wae? “ Sial. Suaramu bergetar. “ Kita bisa coba dari awal. “


Kamu berusaha menatap pria yang statusnya sudah berada di ambang batas sebagai pacarmu.




“ Tidak bisa. “



Mendengar jawaban Suga yang begitu cepat dan tegas itu membuatmu mendengus.


“ Kau sudah rencanakan ini sejak lama ‘kan? Dengan orang yang di telepon. “





Ucapanmu membuat Suga menatapmu sedikiy terkejut. Tetapi sesaat kemudian ia menunjukkan wajah datarnya kembali dan itu berarti pembicaraan di telepon itu benar adanya.


Kamu ingin terlihat kuat, kamu bukan gadis selemah ini jadi dengan segera menghapus air matamu cepat, meski kamu tahu pasti Suga melihatnya juga. Kamu pasti terlihat sangat pathetic sekarang. Tapi rasanya dadamu sesak, sulit sekali hanya untuk menarik napas.



Isakanmu tidak bisa berhenti meskipun kamu berusaha mempertahankan harga dirimu,  tangisanmu tetap saja semakin lama semakin keras.



Tapi tak ada tepukan untuk menenangkanmu.

Tidak ada sama sekali.









“ Geurae. Kita akhiri saja. “

[]

TacendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang