XI

94 21 0
                                    


Tacenda
(n). things better left unsaid;







Chapter 11

Kini kamu sedang berdiri di sebuah lorong.

Di depanmu terdapat sebuah pintu dengan tulisan VVIP, pasien bernama Min Suga.

Setelah malam itu pikiran dan hatimu porak-poranda. Kamu tidak bisa tidur memikirkan kemana Min Suga dibawa. Apakah ia akan baik-baik saja?

Dan akhirnya kamu mengetahui bahwa Min Suga dirawat di rumah sakit di tempatmu bekerja. Kebetulan yang aneh namun kamu syukuri. Kamu menanyakan kondisi Suga pada sunbaenim-mu, dan katanya kondisi Suga tidak separah yang dibayangkan, beberapa patah tulang, memar, dan jahitan. Tidak ada luka yang lebih serius daripada itu, sama halnya dengan Suran.

Kamu meminta izin khusus untuk mengunjungi Suga. Kini kamu berdiri di depan pintu putih itu sambil menenteng sebuah keranjang berisikan buah-buahan. Kamu sebenarnya masih menggunakan jas putih khas dokter, kamu menyisihkan sedikit waktu untuk menjenguk meskipun ini tergolong cukup larut. Kamu menguap sesekali karena sangat mengantuk.

Tidak salah ‘kan mengujunginya?

Entah sudah berapa lama kamu berdiri di depan pintu. Ragu akan keputusanmu sendiri.
.
.
.
Kamu akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintu, dan masuk.

“ Permisi. ”

Suga yang sedang membaca sebuah buku yang tidak kamu kenali langsung menoleh. Matanya yang kecil membulat cukup lebar ketika melihatmu meletakkan keranjang buah di samping tempat tidurnya. Matanya tidak berhenti menatapmu.

Setelah meletakkan keranjang buah itu kamu hanya menunduk menatap flat shoes-mu.

Tidak ada yang membuka pembicaraan.

Kamu menjilat bagian luar bibirmu, berusaha menenangkan jantungmu yang kelewat berisik.

“ Kau datang untuk memeriksaku? ”

Kamu langsung mengangkat kepalamu dan berkedip berlebihan. “ Ani. ” Kamu memandang ke sekeliling ruangan mencoba menyusun kata. “ Tugasku bukan untuk memeriksamu. Aku hanya membantu di lab dan mengurus dokumen kesehatan. ”

“ Kalau begitu untuk menjenguk? Memeriksa apakah aku baik-baik saja? ” tanyanya sedikit tertawa, menggodamu karena kamu nampak sangat gugup. Kamu sangat merindukan gummy smile-nya. Kulitnya yang sangat putih nampak semakin putih pucat sekarang.

“ Um. Syukurlah tidak ada luka parah. Kau lapar? ” tanyamu mengalihkan pembicaraan, rasanya pipimu panas sekali.

“ Aku sudah makan tadi. Duduklah. ”
Kamu pun duduk di sebuah sofa yang dekat dengan tempat tidur.

“ Terima kasih. ”

“ Untuk? ”

“ Mengkhawatirkanku. ”

“ Bagaimana perasaanmu? ” Suga memandangmu sambil menaikkan salah satu alisnya ketika pertanyaan itu keluar. “ M-maksudku, keadaanmu sekarang. Ada yang sakit atau apa.. aku bisa beritahu pada dokter Kim. ”

“ Kau dekat dengan si dokter Kim itu? “

“ Ya, lumayan lah. Dokter Kim sunbenim-ku. ”

“ Ah, begitu. Kalian kerja di ruangan yang sama? ”

“ Terkadang. Soalnya aku merangkap sebagai sekretarisnya? Aku tidak tahu bagaimana cara menyebutnya, yang penting intinya seperti itu. “

“ Kau pulang larut karena mengurus dokumen dengannya? ”

“ Hm? ”

“ Ani, abaikan saja. ”

Kamu masih bertanya-tanya hanya saja memutuskan untuk mengabaikan.

“ Jangan pulang lewat dari jam kerjamu. Jika si dokter Kim itu menyuruh minta dia bayar lebih, jangan mau saja diminta mengerjakan hal yang bukan tugasmu. Dan… jangan terlalu dekat padanya. ”




Aku tidak salah dengar ‘kan?

Kamu nyaris tersedak salivamu sendiri mendengar perkataan Suga. Kamu tidak menjawab karena pikiranmu sudah kemana-mana.

“ Bagaimana dengan comeback-mu? Maksudku.. pasti ditundakan? Beritanya juga sudah terlanjur tersebar luas. ”

“ Ya, aku sudah bicara dengan manager dan Bang PDnim. Comeback kami ditunda sekitar 2 bulan. ”

“ Ah.. begitu.. Kau tenang saja banyak orang diluar sana mendoakan kesehatanmu, dan mengatakan bahwa tidak apa-apa comeback ditunda. ”

Suga hanya tersenyum mendengar perkataanmu. Mungkin ia juga merasa sangat bersalah karena comeback ini sudah dipersiapkan dan diatur jadwalnya dengan matang. Tidak sedikit pihak yang terlibat mulai dari acara musik, penyedia tempat untuk fan sign dan sebagainya.

.
.

Tanpa kamu sadari sambil berbicara dengan Suga dan banyak terdiam memikirkan hal lain kamu tertidur di sofa. Sofanya memang kelewat empuk dan nyaman, karena memang sofa kualitas untuk pasien VVIP. Uang tidak pernah membohongi kualitas.

Suga juga menyadari dirimu tengah tertidur, ia berusaha bergerak untuk memindahkanmu ke tempat tidur geser untuk penjenguk yang letaknya ada di bawah kasur pasien. Tetapi infus yang terpasang mengganggu pergerakannya. Ia sempat berpikir sebentar, kemudian Suga mencabut infus yang tertancap pada pergelangan tangan kanannya itu.

Ia menatapmu lama. Menikmati pemandangan indah di hadapannya.

“ Bagaimana bisa kau tertidur ketika cuman ada aku di sini? ”

Selanjutny Suga menggendongmu, dan meletakkan tubuhmu pelan ke kasur tambahan yang sudah ia geser keluar sebelumnya. Saking nyenyaknya kamu bahkan tidak terbangun, hanya sedikit menggeliat mencari kenyamanan.

“ Heh, pulas sekali. ”

Suga menyentuh kepalamu dan merapikan rambutmu yang berantakan. Ia mengambil selimut dari tempat tidurnya dan menyelimutimu.

“ Jangan dekat-dekat dengan pria lain. Si dokter Kim. ”






“ Atau Jimin sekalipun. ”

[]

Diingatkan nanti di akhir masih ada tambahan satu chapter lagi daripada versi original yang di post di official account.
Satu chapter tambahan dan 2 bonus chapter bakal diprivate ya. 💜

TacendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang