Byur!
Anak-anak seketika bersorak, saat sebaskom tepung terigu menyelimuti sekujur tubuh anak laki-laki yang sebelumnya sudah basah dengan air. Ibu kantin yang melihat tepung miliknya habis untuk bulan-bulanan hanya bisa pasrah.
Soda tak lama menyusul mengguyur tubuh anak laki-laki berbehel itu, ia hanya bisa terdiam, terduduk pada aspal lapangan basket dengan kedua lutut menekuk, dan kedua tangannya menutupi wajahnya.
Prang!
Tubuhnya berjenggit saat kaleng-kaleng soda yang isinya sudah habis dan diremukan, dilempar ke arahnya.
"Kalian! Apa yang kalian lakukan?" mata Guanlin, Jisung, Jeno, Jaemin, Hyunjin dan Haechan seketika beralih ke sumber suara.
Dan mereka akhirnya menemukan seorang anak laki-laki kurus yang sebelumnya menggunakan sweater biru, menjadi merah, karena sweater sebelumnya telah basah. Ya, dia Renjun.
"Masih berani?" Ujar Haechan dengan nada sinis.
Renjun tidak peduli dan hendak berlari mendekati Jeongin, anak laki-laki berbehel korban perundungan itu, yang berada di tengah-tengah para anak laki-laki nakal.
Namun belum sempat ia sampai mendekati Jeongin. Kakinya sudah lebih dulu disandung oleh kaki lain, hingga Renjun terjatuh ke aspal dengan keras. Dan pelakunya adalah Hyunjin.
"Sudah disiram air, masih tidak jera, ya? Mau jadi pahlawan? Halah! Kau melindungi dirimu sendiri saja tidak bisa!" Seru Hyunjin, kemudian menginjak telapak tangan Renjun, sebelum akhirnya menggeseknya menggunakan sepatunya, membuat Renjun mengerang kesakitan.
Jeongin yang sebelumnya sedang menangis, segera merangkak hendak mendekati Renjun. Namun bahunya sudah ditendang lebih dulu oleh Jisung, hingga tubuhnya mundur ke belakang, dan bokongnya menabrak aspal dengan keras.
Jeongin mendongakan kepalanya, menatap geram Jisung, Guanlin dan lainnya.
"Salahku apa?" Teriak Jeongin dengan berlelehan air mata.
"Tidak ada, kita hanya bermain." Ucap Guanlin dengan santai.
Jeongin mengerang kesal dan geram.
"Bajingan!" Maki Jeongin, kemudian beranjak berdiri hendak menyerang Guanlin dan Jisung, tapi bajunya sudah lebih dulu ditarik oleh Jeno, dan satu pukulan mendarat di pipinya, hingga tubuh Jeongin jatuh ke tanah dan sudut bibirnya robek.
Renjun beranjak berdiri dan mencoba menyerang Jeno, namun sudah bisa dipastikan ia kalah. Kondisinya pun jadi 11-12 dengan Jeongin.
"Guanlin! Jisung! Jeno! Jaemin! Hyunjin! Haechan! Baejin! Ke ruang guru sekarang!" teriakan Mark berhasil menghentikan keributan yang sedang terjadi.
"Hei! Aku tidak ikut-ikutan!" Baejin yang sedang duduk di pinggir lapangan dan tengah minum soda, menyahuti Mark sembari menatap anak laki-laki itu tidak terima.
"Kenapa kau tidak ikutan?" tanya Mark.
"Aku sedang malas ke ruang guru." Balas Baejin.
"Aku tidak mau." Ucap Guanlin tak lama kemudian sembari menatap tajam Mark.
Ia benar-benar tidak suka dengan kehadiran Mark bersama pacarnya.
"Kalau kau tidak mau ke ruang guru, kau seharusnya tidak membuat masalah! Akan aku adukan kalian pada ayah, agar kalian berdua mendapat pukulan rotan." Ujar Mark.
"Cih, dasar tukang mengadu." Gumam Jisung.
"Kenapa kalian selalu membuat masalah?!" teriak Mark dengan frustasi.
"Berkacalah!" sahut Hyunjin, yang membuat Mark seketika bungkam, dengan tangan semakin menggenggam erat kekasihnya.
Tak lama beberapa orang penjaga sekolah datang untuk membawa Guanlin dan teman-temannya ke ruang guru kecuali Baejin. Sedangkan Mark membantu Jeongin dan Renjun untuk pergi ke ruang kesehatan, tapi Jeongin lebih dulu dibawa ke toilet untuk membersihkan diri dan ganti baju.
_
Jeongin tertidur setelah selesai membersihkan diri, mengganti baju dan luka-lukanya diobati.
Jeongin yang sebelumnya tertidur nyenyak, mendadak terusik akan sesuatu. Keningnya tiba-tiba mengkerut, deru nafasnya memburu, kepalanya menggeleng ke kanan dan ke kiri dengan tempo sedang, sebelum akhirnya bulir keringat mulai bermunculan dipelipisnya.
Renjun yang sebelumnya sedang mengobrol dengan Mark, jadi menghentikan aktivitas mereka, karena menyadari gelagat aneh Jeongin.
Mereka segera mendekati anak laki-laki itu, kemudian mengguncang tubuhnya.
"Jeongin!" panggil Mark.
Tak lama mata Jeongin terbuka lebar. Matanya terlihat merah, dan deru nafasnya memburu dengan kencang.
"Jeongin, kau tidak apa-apa?" tanya Mark khawatir.
Jeongin menatap Mark, sebelum akhirnya menganggukan kepalanya.
"Kau mimpi apa?" tanya Renjun.
Jeongin terdiam sejenak sembari menelan ludahnya, ia kemudian menghela nafas berat.
"Aku mimpi... banyak robot, bentuknya mengerikan, seperti manusia hancur, tapi mereka beraktifitas seperti manusia pada umumnya. Hanya saja jika ada manusia yang terluka sampai mengeluarkan darah, mereka akan berubah jadi agresif. Mereka jadi seperti hiu yang akan memangsa manusia itu."
Mark dan Renjun saling bertatap sejenak mendengar cerita Jeongin. Cerita Jeongin, terdengar seperti mimpi anak-anak pada umumnya.
"Ya, begitulah mimpi, sering tidak masuk akal." Ucap Renjun sembari tersenyum lembut, kemudian terkekeh kecil.
"Tapi aku merasa itu bukan hanya sekedar mimpi." Kata Jeongin.
"Maksudmu itu akan jadi nyata? Jeongin, jangan karena kau punya indra keenam, semua mimpimu kau anggap akan jadi nyata. Mana ada hal konyol seperti itu terjadi? Hahaha, kau ini." Mark berujar sembari mengacak rambut Jeongin.
Kepala Jeongin seketika tertunduk, bibirnya maju dengan kening mengkerut. Ia yakin mimpinya tidak salah, perasaannya selalu tepat, tapi tidak pernah ada yang mau percaya.
"Mark, Renjun, ayo kita masuk ke pintu kecil itu." Ucap Jeongin sembari mendongakan kepalanya, dan menatap serius Mark serta Renjun.
"Untuk apa?" tanya Mark.
"Untuk membuktikan kalau mimpiku nyata. Tapi pastikan kita semua tidak memiliki luka." Balas Jeongin.
"Kau sendiri sedang terluka Jeong, bibirmu lihat, diplester." Ucap Renjun.
Jeongin seketika memegangi sudut bibirnya.
"Tunggu sampai lukamu sembuh. Aku ingin ajak Guanlin dan Jisung juga, karena sejujurnya aku penasaran dengan pintu itu. Bagaimana bisa Guanlin keluar dari sana? Dengan perawakan lebih dewasa dariku, aneh." Ujar Mark.
"Tapi aku takut kalau bersama mereka." Ucap Jeongin.
"Tenang saja, mereka tidak akan berani kalau ada aku." Timpal Mark.
"Tapi sebenarnya itu pintu apa ya?" tanya Renjun entah pada siapa.
"Aku rasa itu pintu masa depan." Balas Jeongin.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Grim | NCT, W1 & Stray Kids ✅ [Proses Revisi]
FanfictionHanya bercerita tentang anak-anak yang mencoba menyelamatkan masa depan mereka, yang mengerikan dan suram. Penuh darah dan ketakutan.