"Aku rasa kita tidak bisa meneruskan percobaan ini." Ujar Minho setelah selesai menyesap kopinya.
"Bagaimana mungkin?! Aku sudah membayar mahal kalian! Buktinya Taeyong bisa membuat robot untuk menggantikan istrinya!" bentak Johnny sembari menggebrak meja.
"Ya tapi, robot yang aku buat pure robot, tidak ada campuran manusia seperti yang kau inginkan." Kata Taeyong.
"Berikan virus itu." Kata Johnny sembari beranjak berdiri, dan menyodorkan tangannya pada Minho.
"Vi-virus apa?" tanya Minho gugup.
"Jangan pura-pura tidak tahu, berikan virusnya!" teriak Johnny geram.
"Untuk apa?!" akhirnya Taeyong ikut berdiri dan berteriak.
"Aku mau memusnahkan semua orang yang sakit di dunia ini. Menggunakan jasad istriku yang gagal dipercobaan kalian." Kata Johnny.
"Kau gila?!"
"Ya, aku memang gila! Anak-anak ku saat ini sakit, dibanding aku harus melihat mereka mati saat sedang merawatnya, lebih baik mereka mati sekarang, bukan di depan ku. Sekarang berikan virusnya!"
"Aku tidak mau!" seru Minho kemudian beranjak berdiri, dan berlari keluar cafe.
Johnny segera akan mengejarnya, namun Taeyong menahannya.
"Lepaskan aku!" seru Johnny.
"Tidak!" balas Taeyong.
Johnny menggeram kesal. Ia akhirnya mendorong kuat tubuh Taeyong hingga tubuh Taeyong terjatuh, dan membanting meja serta kursi cafe.
Johnny akhirnya mengejar Minho, yang sebenarnya sudah jauh.
Disisi lain, Minho tengah kalang kabut, bingung hendak kemana, ia akhirnya memberhentikan sebuah taxi, dan masuk kesana.
Minho minta sang supir taxi mengantarnya ke rumah sakit tempat Jeongin bersama teman-teman lainnya dirawat saat ini.
♦♦♦
Cklek! Jeno tersentak saat tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar inap dengan tergopoh. Kakak tiri Jeongin. Dia datang dengan wajah yang tampak lelah dan ketakutan.
"Dimana Jeongin? Bagaimana kondisinya?" belum sempat Jeno membalas pertanyaan Minho.
Minho sudah lebih dulu berjalan mendekati ranjang berisi Jeongin. Ranjangnya bersebelahan dengan ranjang milik Mark dan Guanlin.
Semuanya belum ada yang sadar kecuali Jeno.
"Apa yang terjadi? Kenapa semuanya jadi seperti ini?" tanya Minho sembari menatap Jeno dengan mata berair.
Jeno terdiam sejenak, berfikir, alasan apa yang harus ia lontarkan pada Minho, untuk menutupi apa yang sebenarnya terjadi.
"Kami camping, dan terjadi sebuah kecelakaan." Kata Jeno.
"Camping? Kenapa tidak bilang?! Jeongin pasti tidak dijaga dengan baik! Pasti kalian menindasnya!" seru Minho.
Jeno gelagapan saat Minho marah seperti itu. Tapi sosok Ayahnya tak lama muncul, membuat ketegangan Jeno berkurang.
Taeyong berjalan menghampiri Jeno, sebelum akhirnya memeluk anak laki-laki itu.
"Kenapa kau bisa begini? Apa yang terjadi?" tanya Taeyong khawatir.
"Aku tidak apa-apa, hanya kecelakaan saat camping. Jangan khawatir." Balas Jeno.
Taeyong tidak berkata apa-apa lagi, ia hanya kembali memeluk Jeno. Hingga berselang beberapa menit, Taeyong melepas pelukannya dengan Jeno, ia kemudian menatap Jeno dengan ekspresi sumringah.
"Jeno, sekarang kau sudah punya Ibu." Ucap Taeyong.
Mata Jeno melebar. "Seorang robot?"
"Ba-bagaimana kau tahu?"
"Aku tidak butuh Ibu lagi Yah. Aku hanya butuh Ayah."
Taeyong tercengang mendengar perkataan Jeno. "Maafkan aku sudah memaksa Ayah untuk mencari seorang Ibu. Tapi sekarang aku sudah benar-benar tidak membutuhkannya lagi. Aku hanya butuh Ayah. Jangan membuat robot lagi."
Taeyong baru akan membuka mulut untuk membalas perkataan Jeno, namun sebuah suara tembakan yang gaduh dari luar mengacaukan segalanya.
Taeyong dan Minho yang dalam posisi berjongkok otomatis menunduk.
Tak lama Johnny muncul, dengan nafas memburu dan pistol ditangannya.
"Serahkan virus itu sekarang Minho- ahh..." Ucap Johnny. "Serahkan sekarang atau aku akan bunuh adik tercintamu." Johnny berbicara sembari mengarahkan pistolnya pada Jeongin.
"Tidak! Jangan!" teriak Minho sembari bangkit berdiri.
"Baiklah, aku akan serahkan virusnya, tapi jangan sakiti adikku." Kata Minho.
Guanlin mengerjap matanya karena merasakan keributan disekitarnya. Ia membuka matanya perlahan, dan keningnya seketika mengernyit melihat Johnny yang tengah menodongkan pistol pada Jeongin.
"Daddy." Panggil Guanlin dengan suara lemahnya.
Johnny seketika menurunkan pistolnya. Ia kemudian berjalan perlahan mendekati Guanlin.
"Kemana Jisung?" tanya Johnny, setelah cukup lama terdiam memperhatikan kondisi kedua anak angkatnya.
"Jisung sudah tidak ada." Balas Guanlin lirih.
"Apa maksudmu? Jisung pasti sakit, lalu mati?"
Guanlin menggelengkan kepalanya. "Jisung sehat, tapi dia mati karena Daddy."
"Katakan yang jelas Guanlin!" bentak Johnny. Tidak peduli dengan kondisi Guanlin yang tengah lemah.
Dokter dan para suster tiba-tiba datang bersama Polisi juga. Mereka langsung menangkap Johnny karena telah membuat keributan di rumah sakit.
Guanlin melebarkan matanya melihat Johnny yang ditangkap. Ia sampai beranjak duduk dan akan mengejar Johnny yang mulai digeret polisi. Namun kepalanya tiba-tiba terasa sakit dan seolah semuanya berputar. Membuatnya kembali pingsan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Grim | NCT, W1 & Stray Kids ✅ [Proses Revisi]
FanfictionHanya bercerita tentang anak-anak yang mencoba menyelamatkan masa depan mereka, yang mengerikan dan suram. Penuh darah dan ketakutan.