Guanlin mengernyitkan keningnya, saat ia melangkah disebuah tempat asing. Ia kemudian melihat ada tiga anak kecil yang jaraknya agak jauh darinya berdiri saat ini, ketiga anak itu berlarian dan bermain bersama. Sampai akhirnya Guanlin sadar, siapa ketiga anak itu, ia, Mark dan Jisung.
Guanlin kemudian berlari hendak menghampiri anak-anak itu. Namun saat langkahnya telah sampai pada ketiga anak itu, ketiga anak itu menghilang.
Guanlin lalu mendengar suara tawa dari arah lain. Saat ia menolehkan kepalanya ke sumber suara, ketiga anak itu muncul disana, tengah berlari menghampiri seorang pria dalam posisi setengah duduk. Ia tersenyum lebar sembari merentangkan kedua tangannya, dan ketiga anak itu langsung masuk ke dalam pelukannya.
Seorang wanita tak lama muncul di samping pria dan ketiga anak itu sambil tersenyum lebar.
Mata Guanlin seketika terasa memanas. Ia kemudian berjalan lagi, hendak menghampiri pria, wanita dan ketiga anak itu.
Namun suara keributan yang cukup memekakan telinga, mengalihkan perhatiannya. Ia melihat dirinya saat masih berusia 11 tahun, dengan Jisung dan Mark disampingnya. Juga Johnny. Wajahnya memerah, dan tampak ada piring pecah disekitar kaki mereka.
Guanlin tidak pernah mau mengingat, apa lagi melihat moment ini.
"Kenapa kalian begitu nakal?! Asal kalian tahu! Kalian itu hanya anak angkat Daddy dan Mommy! Kalian bukan anak kandung kami! Dan kalian benar-benar tidak tahu diri!"
Perasaan Guanlin rasanya hancur dua kali. Air matanya menetes saat itu juga. Moment terburuk sepanjang hidupnya, adalah mendengar pernyataan Johnny kala itu.
Guanlin membuang mukanya dari moment itu. Ia kemudian melihat hal lain. Sebuah kamar, yang tak lain adalah kamarnya dengan Jisung, namun saat kecil, Mark juga tidur disana.
Pintu kamar tak lama terbuka, menampilkan Johnny dengan wajah kusut dan sembab. Johnny berjalan menghampiri ranjang yang ditiduri Guanlin, Jisung dan Mark.
Ia duduk ditepi ranjang, kemudian mengusap ketiga kepala Putranya dengan lembut.
"Maafkan Daddy sudah bersikap kasar pada kalian."
Dan saat itu juga Johnny menangis. Guanlin tidak tahu jika Johnny masuk ke kamar mereka dan meminta maaf.
Dari arah kiri, terdengar bunyi keributan. Guanlin menoleh, dan menemukan moment Johnny yang ditampilkan secara cepat dan tidak beraturan. Ada saat Johnny dipukul seseorang, dibentak-bentak atasannya, sampai menangis saat pertama Mommy sakit. Guanlin tercengang melihat semuanya, ia tidak tahu jika Johnny mengalami hal-hal seburuk itu.
"Guanlin." Seseorang tiba-tiba memanggilnya dari belakang.
Guanlin segera menolehkan kepalanya ke belakang, dan menemukan Jisung disana.
Guanlin melebarkan matanya saat melihat Jisung, ia segera akan menghampiri Jisung, namun dari arah lain ada yang memanggilnya lagi.
Guanlin menolehkan kepalanya ke sumber suara, dan menemukan Jeongin dengan sebotol cairan merah ditangannya sambil menyeringai. Seringaiannya sama saat seperti Jeongin hendak menusuk perutnya.
"Guanlin... disini." Kepala Guanlin rasanya berputar karena terus dipanggil. Namun ia tetap menyahuti panggilan itu, dan menemukan Jihoon tengah menyeringai lebar ke arahnya, dengan Woojin dibawah kakinya yang telah mati dengan celurit besar menusuk perutnya.
Guanlin kemudian mendengar suara ramai yang kembali memanggil namanya. Ia menoleh dan menemukan teman-temannya terkurung disebuah tempat sempit.
♦♦♦
Guanlin seketika membuka matanya dan beranjak duduk. Nafasnya memburu dan tidak beraturan, peluh membanjiri keningnya.
Ia lalu mengedarkan pandangannya, dan menemukan Woojin, Jeno, Mark, Baejin, dan Taeyong telah mengelilingnya, sembari memandang Guanlin dengan raut wajah khawatir, terutama Mark."Kau tidak apa-apa? Apa kau mimpi buruk?" tanya Mark.
Guanlin menggelengkan kepalanya cepat. "Dimana Jeongin?" tanya Guanlin.
"Dia pulang bersama Kakaknya. Padahal Dokter sudah bilang, Jeongin belum bisa pulang." Balas Taeyong.
"Kita harus cari Jihoon." Ucap Guanlin tiba-tiba sembari menatap serius Baejin, Mark dan Jeno.
"Jihoon? Jihoon kan sudah mati." Kata Baejin.
"Yang mati Jihoon dimasa depan. Jihoon dimasa sekarang masih hidup. Kita harus cari dia." Kata Guanlin.
"Why?" tanya Mark.
Guanlin kemudian terdiam sejenak. Dia bingung bagaimana harus menyampaikannya.
Dilain sisi Taeyong dan Woojin hanya bisa diam dengan kening mengkerut, karena tidak mengerti dengan pembicaraan anak-anak ini.
Guanlin memejamkan matanya sejenak. Ia mencoba mentafsirkan mimpinya, tapi itu membuat kepalanya pusing.
"Jangan banyak berfikir dulu." Ucap Mark.
"Akh! Aku mimpi aneh!" Guanlin tiba-tiba berteriak frustasi sembari menjambak rambutnya.
Mark pun segera meraih Guanlin dan memeluknya, mencoba menenangkan anak laki-laki itu.
"Yang membuat robot itu bukan Daddy." Bisik Guanlin pada Mark, setelah ia merasa sudah lebih tenang.
Mark kemudian hanya terdiam. "Dia sekarang ditahan polisi, jadi bukan Daddy yang membuat robot-robot itu." Kata Guanlin.
"Tapi tadinya Daddy mau membuatnya. Untungnya sekarang dipenjara. Itu tandanya, kita tidak perlu membunuh Daddy, tapi masa depan sudah terselamatkan." Kata Mark.
"Daddy memang tidak jadi membuatnya. Tapi orang lain-"
Guanlin tiba-tiba melepas dirinya dari pelukan Mark, kemudian menegakan tubuhnya. "Ayo ke kantor Polisi tempat Daddy ditahan sekarang." Kata Guanlin.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Grim | NCT, W1 & Stray Kids ✅ [Proses Revisi]
أدب الهواةHanya bercerita tentang anak-anak yang mencoba menyelamatkan masa depan mereka, yang mengerikan dan suram. Penuh darah dan ketakutan.