Srang! Semuanya tersentak, saat mobil tiba-tiba berguncang. Dan sebuah celurit, masuk ke dalam mobil, menembus melalui badan mobil.
Semua orang panik terutama Jihoon. Itu pasti para robot, yang datang karena mencium aroma darah darinya.
Srak! "Jaemin!" dari arah belakang, celurit tiba-tiba menyembul dan hampir mengenai Jaemin. Beruntung dengan sigap Jeongin segera menariknya.
"Siapa yang terluka?" tanya Woojin.
Jihoon berdiri dan akan membuka suaranya, namun ia malah terjatuh karena semuanya terlihat berputar. Lucas segera menghampirinya dan membantunya berdiri, mata Lucas membelalak melihat darah yang mengalir dari hidung Jihoon. Pandangan Jihoon pun mengabur. Ia sepertinya benar-benar sakit.
Srak! Prang! Suara robot kembali beradu diluar mobil. Robot-robot itu mencoba menghancurkan mobil.
Lucas segera mengambil jaketnya, kemudian menutupi Jihoon. Ia mengambil kapak yang Jihoon bawa, untuk mendorong keluar celurit-celurit yang menyembul ke dalam mobil. "Akh!" teriak Lucas saat dari arah lain ada ujung celurit yang melukai bahunya.
Jeno mengambil senapan, kemudian menembaki robot melalui jendela mobil hingga kacanya pecah. Sedangkan Woojin pergi ke jok depan untuk menjalankan mobil.
Setelah menyalakan mesin, dengan susah payah Woojin mencoba menggasnya, namun tertahan oleh para robot-robot.
Woojin melebarkan matanya, saat malah ada robot yang hendak menyerangnya dari depan. Woojin segera mundur ke belakang, namun disaat yang bersamaan, ada celurit yang masuk dari samping, dan membelah Woojin begitu saja.
"Woojin!" teriak Guanlin histeris.
"Apa yang harus kita lakukan?" kata Renjun dengan seluruh tubuh bergetar. Ia tidak dapat menahan dirinya untuk tidak menangis, melihat apa yang terjadi. Meskipun ia memegang senapan, rasanya tidak berguna sekalipun, karena Renjun sudah sangat ketakutan.
Gualin berlari ke depan, ia menyingkirkan jasad Woojin, kemudian mencoba meng-gas mobilnya. Saat ada robot yang hendak menyerangnya dari depan, Guanlin tetap bertahan pada posisinya. Dan begitu robot itu hendak melayangkan celuritnya, mobil akhirnya berjalan hingga menabrak robot tersebut.
Namun mobil masih susah dijalankan karena ditahan para robot.
Keributan masih terjadi di belakang. Robot terus bertambah dan membombardir mobil.
Kriettt... mobil tiba-tiba malah berguling karena didorong dari arah kiri.
"Jaemin awas!" teriak Hyunjin dan mencoba meraih Jaemin yang jatuh ke kanan, ke arah celurit-celurit yang menancap disana.
Tangan Hyunjin sudah hampir berhasil beraih Jaemin, namun tetap terlepas hingga akhirnya tubuh Jaemin menancap pada salah satu celurit. Seluruh tubuh anak-anak lain meremang, terutama Jeno dan Jeongin.
"Jaemin!" teriak Jeno dan Jeongin secara bersamaan.
Jeno jadi menyesal tidak menceritakan apa yang terjadi. Kalau ia sudah menceritakan apa yang sebenarnya, pasti mereka sudah kembali ke zaman mereka lagi, dan memperbaiki zaman ini.
Mobil kembali berguling dengan hebat, membombardir isinya, dengan tidak karuan. Dan menghilangkan kesadaran anak-anak yang berada di dalamnya.
♦♦♦
"Bagaimana?"
"Dia masih hidup."
Jeongin membuka matanya dengan berat, sembari mengerang kecil, karena merasakan sakit pada sekujur tubuhnya. Pemandangan yang pertama kali ia lihat, adalah wajah Jisung dan Guanlin.
"Jeongin!" teriak Jisung kemudian mengguncang tubuh Jeongin.
Kesadaran Jeongin yang sebelumnya masih diawang-awang akhirnya terkumpul. Jeongin segera membuka matanya lebar-lebar, kemudian beranjak duduk. Namun kepalanya terasa sakit, hingga ia langsung meringis sembari memegangi kepalanya.
Semuanya terdiam. Membiarkan Jeongin meredakan rasa sakit kepalanya sejenak.
Tak berselang lama, Jeongin akhirnya mengangkat kepalanya yang sebelumnya tertunduk, kemudian menatap Mark, Jisung, Guanlin, Baejin dan Jeno secara bergantian. Keningnya pun mengernyit. Merasa sepertinya banyak yang kurang. Kondisi Mark, Jisung, Guanlin, Baejin dan Jeno juga mengerikan, dengan darah dimana-mana.
"Yang lain kemana?" tanya Jeongin dengan nada lirih.
"Mereka sudah mati." Balas Guanlin.
Mata Jeongin membulat. Namun ia tidak mampu berkata apa-apa lagi, sekujur tubuhnya semakin lemas, dan pikirannya seolah menjadi blank.
"Se-sekarang kita ada dimana?" tanya Jeongin lagi.
"Di gedung bekas. Paling sebentar lagi para robot akan mencium kita yang bau darah ini. Jadi kita harus segera pergi." Kata Guanlin.
"Kemana?"
"Ya ke zaman kita. Dan membunuh orang-orang yang telah membuat masa depan mengerikan ini." Giliran Jisung yang berbicara. Ekspresinya datar, namun menunjukan sorot kepedihan.
"Ka-kalian sudah menemukannya? Siapa?"
Semua tampak menghela nafas berat, kecuali Baejin. Ia tiba-tiba menepuk bahu Jeongin, membuat Jeongin mengernyitkan kening.
"Anggota keluarga kalian berlima." Ucap Baejin.
"Ap-apa? Si-siapa? Kakakku... ter-termasuk?"
Baejin menganggukan kepalanya.
Jeno menundukan kepalanya, dan tak lama menangis. "Harusnya aku katakan ini dari awal. Pasti tadi- tidak akan ada yang mati lagi selain Haechan." Kata Jeno dengan nada lirih.
Jeongin menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak mungkin. Mana mungkin Kakakku." Elak Jeongin.
"Tapi pada kenyataannya memang seperti itu. Ayahku juga terlibat." Kata Jeno.
Jeongin kembali menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin! Dia anggota keluarga ku satu-satunya saat ini. Mana mungkin aku membunuhnya!" Jeongin berujar dengan histeris.
"Tenanglah Jeong. Pasti ada cara yang tidak mengharuskan mereka untuk dibunuh, pasti ada cara." Baejin mencoba menenangkan Jeongin yang mulai menangis.
Tiba-tiba terdengar langkah robot yang mendekati mereka.
Guanlin dengan panik segera membopong Mark ke punggungnya, kemudian beranjak berdiri. "Ayo kita pergi." Ucap Guanlin.
TBC
Iya, konflik utama sebenernya itu.
Apa coba?
KAMU SEDANG MEMBACA
Grim | NCT, W1 & Stray Kids ✅ [Proses Revisi]
Fiksi PenggemarHanya bercerita tentang anak-anak yang mencoba menyelamatkan masa depan mereka, yang mengerikan dan suram. Penuh darah dan ketakutan.