18

10.2K 2.4K 542
                                    

Baejin tiba-tiba muncul dan memukul robot yang hendak memangsa Jeongin menggunakan pintu. Jeongin tercrnga melihat itu. Baejin kemudian berlari ke arahnya, menarik kerah baju Jeongin hingga anak laki-laki itu berdiri, sebelum akhirnya ia melayangkan pukulan pada Jeongin bertubi-tubi, tanpa memberi Jeongin jeda. Jeongin sendiri tidak melawan.

"Lari!" tak lama terdengar teriakan Lucas dan Jihoon memberi intruksi.

Baejin pun kemudian langsung menyeret Jeongin yang sudah babak belur dan lemas, karena dihajar habis-habisan.

Disaat semuanya lari untuk keluar hotel menuju mobil, dan menghindari seluruh robot yang masih berusaha mengejar. Jeno malah tercenung dan memaku di tempatnya berdiri. Matanya menatap bergetar sebuah logo yang tertoreh dibagian dalam mesin robot. Robot itu berhasil hancur, karena Lucas dan Jihoon membanting robot tersebut menggunakan sebuah meja dengan lemari.

"Jeno! Ayo!" teriak Renjun.

Jeno dengan gelagapan, akhirnya segera berlari menyusul yang lain.

♦♦♦

Baejin membanting tubuh Jeongin ke dalam mobil, membuat Jeongin meringis. Tapi ia tidak protes, dan hanya diam saja. Baejin kemudian masuk ke dalam mobil, dan menghampiri Guanlin yang sepertinya sudah diobati.

"Bagaimana kondisi mu?" tanya Baejin.

"Aku baik-baik saja. Pisaunya tidak terlalu panjang, jadi tidak melukaiku sampai dalam." Balas Guanlin.

"Langsung tutup pintunya." Titah Woojin pada Jeno, sebagai yang datang terakhir.

Woojin kemudian melirik Jeongin yang terluka parah sampai terbatuk-batuk. Jisung juga terluka, tapi terlalu parah. Ia tidak bisa bersimpati pada Jeongin setelah apa yang dia lakukan. Tapi anak itu masih sangat muda, ia sedang dalam masa labil dan emosinya tidak stabil. Mungkin Woojin akan bicara baik-baik padanya nanti.

Woojin kemudian menghampiri Jeongin untuk mengobati lukanya. Sebenarnya semuanya tidak suka dengan tindakan Woojin, yang masih mau berbaik hati mengurus Jeongin.

Tapi ini masalah kemanusiaan. Apa lagi Jeongin terus terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.

♦♦♦

"Semua ini salah ku." Ucap Hyunjin pada Guanlin, namun matanya melirik Mark dan Jisung juga.

"Seandainya aku tidak minta maaf pada Jeongin. Semua ini tidak akan terjadi." Kata Hyunjin.

"Aku yang memberi saran itu." Sahut Jeno.

"Kalian tidak salah. Tidak ada yang salah dari minta maaf, aku juga pernah minta maaf pada Jeongin. Jeongin saja yang memang iblis." Sindir Jisung, sembari melirik Jeongin yang duduk menyendiri di jok belakang.

Luka-lukanya sudah diobati, begitu juga dengan Jisung.

Yang membawa mobil, Woojin kembali. Jika biasanya sekarang tanpa tujuan, sekarang dengan tujuan.

Jeno mengarahkan Woojin untuk pergi kesuatu tempat, yang tak lain adalah rumahnya. Namun ia tidak bilang jika itu rumahnya pada teman-temannya. Ia bilang, ia hanya seperti mencurigai sesuatu tempat.

Jeno berharap kecurigaannya tidak benar. Taeyong... Ayahnya. Ia takut Ayahnya terlibat dalam hal ini, karena ia melihat logo perusahaan Ayahnya bekerja, pada mesin di dalam tubuh robot.

Mana mungkin Jeno membunuh Ayahnya sendiri? Meskipun ia sering bertengkar dengan Taeyong, ia sangat mencintai Ayahnya.

Disisi lain, Jeongin menekuk kedua lututnya, menyembunyikan wajahnya, agar tidak ada yang tahu jika ia menangis. Ya, dia menyesal dengan perbuatannya tadi.

Tindakannya sudah benar-benar bodoh. Jeongin tahu, Jeongin sadar. Tapi rasa dendamnya benar-benar tidak dapat ia tahan. Dia masih merasa sakit hati, dengan segala yang telah Guanlin dan gengnya lakukan terhadap dirinya.

Seseorang tiba-tiba menepuk bahunya, membuat Jeongin terkejut, dan otomatis mendongakan kepalanya sembari mengusap air matanya kasar.

Jaemin. Orang itu yang telah menepuk bahu Jeongin.

Jaemin tersenyum pada Jeongin, sebelum akhirnya menyerahkan sepotong coklat pada Jeongin.

"Coklat bisa membuatmu lebih baik." Ucap Jaemin.

Jeongin hanya terdiam, sembari menatapi coklat yang disodorkan Jaemin. "Hei, ambilah. Jangan ragu-ragu. Tidak ada racunnya kok." Kata Jaemin.

Jaemin mendengus, karena Jeongin tetap tidak kunjung mengambil coklat yang ia berikan. Jadi Jaemin akhirnya memasukan potongan coklat tersebut pada mulut Jeongin yang sedikit terbuka.

Jeongin dengan kikuk mengunyah coklat yang sudah terlanjur berada dimulutnya itu.

"Ke-kenapa?" tanya Jeongin lirih, tanpa menatap Jaemin, setelah Jeongin menelan coklat yang berada dimulutnya.

"Guanlin pernah bilang, dendam itu hanya untuk orang-orang pengecut. Kau tahu? Meskipun Guanlin memang bersikap kasar pada orang-orang yang lemah, dia selalu tahu, kapan dia harus melindungi orang itu, dari medan yang lebih berbahaya. Ya tidak hanya Guanlin, semua anggota gengku begitu termasuk aku, hehe. Sssttt... ya memang sih, membully itu benar-benar perilaku yang buruk. Tapi kami semua masih remaja, yang merasa senang jika berkuasa. Itu sebabnya, aku dan teman-temanku seharusnya mendapat bimbingan dan kasih sayang lebih dari keluarga. Tapi kami tidak mendapatkannya. Kau tetangga Lucas kan? Kau seharusnya tahu jika Lucas anak broken home. Dia penindas juga sama dulu saat SMA, tapi semakin dewasa, dia semakin tahu mana yang baik dan benar. Dan sekarang, aku bersama anggota gengku yang lain, juga mendapat pembelajaran dan kesadaran disini, berkat bantuan Woojin juga, yang mau membimbing. Kejadian tadi, jadi pembelajaran untukku dan lainnya, kalau kami sudah membuat luka yang dalam dihatimu. Aku, sambil mewakili yang lain minta maaf yang sebesar-besarnya padamu."

Jeongin tidak tahu harus membalas perkataan Jaemin dengan apa. Air matanya malah tumpah, tanpa bisa ia tahan lagi.

"Maafkan akuuu..." ucap Jeongin lirih.

"It's ok." Balas Jaemin, kemudian merengkuh Jeongin ke dalam pelukannya. Karena tangisan anak laki-laki itu yang mengeras.

TBC







Konsep awal story ini, emang sebenernya gk banyak teorinya sih. Dan kayaknya gak bakal banyak yang mati.

Aku hanya ingin membuat kalian greget kemaren hehehe...

Konflik utamanya itu adalah........

Grim | NCT, W1 & Stray Kids ✅ [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang