Saat ini mereka tengah berada di hotel untuk membersihkan diri. Hotelnya sudah jelas hancur dan mengerikan. Penuh bercak darah, dan sisa-sisa mayat manusia.
"Jeong, Renjun." Panggil Hyunjin, sesaat setelah kedua anak laki-laki itu keluar dari salah satu kamar hotel. Mereka terlihat sudah bersih dan wangi.
"Ya?" tanya Renjun menyahuti panggilan Hyunjin.
Tak lama Jeno datang dan berdiri di samping Hyunjin.
"Ada yang ingin aku bicarakan, dengan Jeno juga." Ujar Hyunjin.
"Tentang?" tanya Renjun.
Sedangkan Jeongin memilih diam, sembari membuang muka dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kami ingin minta maaf. Soal yang pernah terjadi di sekolah selama ini. Aku tahu, terlambat bagi kami untuk minta maaf. Tapi... kami benar-benar tulus minta maaf pada kalian berdua." Ujar Jeno.
"Apa penyebab kalian tiba-tiba minta maaf?" tanya Jeongin, sembari memasang tampang sinis.
"Kematian Haechan mungkin karma untuk kami." Balas Hyunjin.
Jeongin berdecih. "Setelah kena karma baru sadar? Lagi pula yang seharusnya minta maaf itu Guanlin. Kesalahannya jauh lebih banyak dari kalian." Kata Jeongin.
"Mereka minta maaf, bukan untuk membuatmu melunjak." Suara Guanlin dibelakang Jeongin dan Renjun, sukses mengejutkan keduanya.
Jeongin menolehkan kepalanya ke belakang, dan Guanlin tiba-tiba langsung meraih kerah bajunya, sambil membanting tubuh Jeongin pada dinding.
"Mereka minta maaf tulus! Dan kau membalasnya seperti itu! Berarti kau sama saja iblis!" seru Guanlin tepat di depan wajah Jeongin.
Jeongin menepis tangan Guanlin yang berada di kerah bajunya, kemudian mendorong tubuh Guanlin menjauh darinya.
"Aku memang iblis. Kalian pikir yang kalian bully hanya orang-orang berhati malaikat seperti Renjun? Tidak! Aku juga bisa balas dendam pada kalian!" seru Jeongin.
Guanlin berdecih. "Balas dendam apa idiot? Kau idiot. Mau melakukan apa huh?"
Slap. Mata Renjun, Hyunjin dan Jeno melebar. Saat tiba-tiba sebilah pisau lipat kecil, terlempar dari Jeongin ke arah Guanlin, dan tepat menusuk perut anak laki-laki itu.
Jeongin menyeringai melihat darah langsung merembes pada kaos biru langit yang Guanlin kenakan. Guanlin sendiri hanya bisa terdiam menahan sakit, sembari memegangi perutnya.
Jeno dan Hyunjin langsung menghampiri Guanlin. Sedangkan Renjun mendorong kuat tubuh Jeongin.
"Apa yang kau lakukan?!" seru Renjun dengan mata melotot pada Jeongin.
Jeongin balik menatap Renjun, dengan tatapan yang mengerikan. Dia terlihat seperti psikopat. Sorot matanya yang biasanya polos, berubah. Jeongin kemudian tertawa seperti orang gila.
"Hei para robot! Cepat kemari dan mangsa dia!" teriak Jeongin.
Mendengar keributan. Lucas, Mark, Jisung, Jaemin, Baejin, Woojin dan Jihoon keluar dari kamar masing-masing, untuk meminjam kamar mandi. Mereka masih berada dilantai yang sama, yaitu di lantai satu. Dan mereka membelalakan matanya saat melihat kondisi Guanlin.
Woojin, Mark dan Jisung dengan panik langsung menghampiri Guanlin. "Apa yang terjadi?" tanya Woojin.
"Jeongin menusuknya!" seru Hyunjin sembari menggertakan giginya.
Ia menyesal telah minta maaf. Sudahlah harga dirinya seperti diinjak-injak, temannya malah diperlakukan seperti ini.
Jisung langsung berdiri dari posisinya yang sebelumnya berjongkok di samping Guanlin. Ia berjalan mendekati Jeongin yang langsung berlari, hendak kabur. Namun Jisung segera mengejarnya.
Kakinya yang panjang, membuat Jisung dapat dengan mudah meraih Jeongin. Ia meraih bahu anak laki-laki itu, sebelum akhirnya menghujamkan pukulan bertubi-tubi pada Jeongin.
Hingga Jeongin kelabakan dan tidak mampu melawan.
"Berhenti!" teriak Woojin.
Tapi Jisung tidak mau dengar. Jeongin juga sekarang sudah membuat perlawanan. Ia menendang perut Jisung, kemudian beralih menendang pipi Jisung hingga Jisung jatuh ke lantai.
"Kalian berhenti!" teriak Woojin lagi.
Mata Woojin bergetar karena mendengar suara langkah robot-robot yang mendekat.
Lucas dan Jihoon akhirnya turun tangan untuk menghentikan aksi pertengkaran Jeongin dan Jisung yang semakin menjadi. Lucas menarik Jisung, dan Jihoon menarik Jeongin. Mereka berusaha menjauhkan kedua anak laki-laki itu.
Nafas Jisung dan Jeongin memburu. Darah, lecet dan memar, menghiasi wajah serta tubuh mereka.
"Kalian gila?! Mau mati?!" teriak Lucas.
Tak butuh waktu lama. Mereka akhirnya dikepung puluhan robot.
"Shit." Gumam Jihoon. Ia segera melepas pegangannya dari Jeongin, kemudian mengambil pistol yang berada di tas pinggangnya.
Jihoon menembaki robot-robot itu. Sedangkan Woojin dengan dibantu Mark dan Hyunjin, segera membawa Guanlin ke mobil. Beberapa robot tentu segera mengejar mereka berempat, karena menginginkan Guanlin.
Sedangkan sebagian robot lagi, menginginkan Jisung dan Jeongin.
Lucas ikut melepaskan pegangannya pada Jisung, dan menembak para robot-robot. Tentu saja robot-robot itu tidak begitu saja mati, meskipun sudah dapat banyak tembakan.
Mereka mendekat dengan mengeluarkan celurit mereka, dan melebarkan mulut-mulut mereka untuk menyalurkan racun melalui gigitan.
Jaemin akhirnya ikut mengeluarkan pistolnya, begitu juga dengan Baejin, Renjun dan Jeno.
Jisung hendak mengeluarkan pistol juga. Namun baru saja pistol ia keluarkan, Jeongin tiba-tiba menendang tangannya hingga pistol yang ia pegang terlepas dan jatuh ke lantai dengan jarak yang cukup jauh. Jisung melebarkan matanya, dan menatap Jeongin tidak percaya. Disaat seperti ini, dia masih mementingkan dendamnya.
Jisung hendak mengambil pistolnya, namun sebuah celurit besar terayun ke arahnya dan hampir menebas lehernya, kalau saja ia tidak gesit menghindar.
Jisung kemudian berusaha dengan susah payah hendak mengambil pistolnya lagi. Namun robot-robot kembali mencoba menyerangnya.
Menyerah. Jisung akhirnya mencoba mengandalkan kekuatan fisiknya. Ia melayangkan tendangan hingga mengenai salah satu lengan robot yang memiliki celurit. Jisung memberi tendangan beberapa kali, hingga rasanya kakinya kebas. Tapi sepertinya apa yang ia lakukan tidak sia-sia. Lengan robot itu putus, apa lagi dengan dibantu tembakan dari Baejin.
Disisi lain, Jeongin mencoba menyelamatkan dirinya sendiri dengan menembak menggunakan senapan. Seraya sesekali ia berlari menghindari robot yang hendak menyerangnya.
Jeongin terpisah dari semuanya. Atau lebih tepatnya dia memang memisahkan diri. Jeongin ingin kembali ke pintu waktu sendiri, dan kembali ke dunia yang aman, karena dia pikir. Ada orang lain yang akan membereskan masa depan, dia tidak perlu ikut.
Karena hanya bekerja sendiri, tidak ada yang melihat sisi kanan, kiri dan belakangnya. Akhirnya dari belakang, tanpa sadar, sebuah celurit besar, meraih tas Jeongin. Celurit itu menarik Jeongin kebelakang, sebelum akhirnya tubuh Jeongin dibanting ke lantai.
Mata Jeongin melebar, saat celurit besar yang tadinya menyeret tubuhnya, sekarang sedang naik ke atas udara, siap menghujam dan mengoyak tubuhnya.
"Tolong!" teriak Jeongin.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Grim | NCT, W1 & Stray Kids ✅ [Proses Revisi]
FanficHanya bercerita tentang anak-anak yang mencoba menyelamatkan masa depan mereka, yang mengerikan dan suram. Penuh darah dan ketakutan.