13.Dara (1)

16 2 0
                                    

"Ketika sang pembenci datang merubah semuanya"

  Mitha duduk lesu dibangkunya. Bangku tercintanya. Bangku dipojok belakang yang masih setia dengan jendela menghadap lapangan.

Flashback on

Pagi ini Mitha keluar rumahnya lengkap dengan seragam sekolahnya, sepatu hitam, tas coklat dan menguraikan rambutnya karna dia sudah memotongnya beberapa hari yang lalu.

"Hai Mitha, kita ketemu lagi ya?"

Mitha masih tetap diam melihat pria ini.

"Kok bengong? Lah? Jangan bengong dong, kamu makin manis aja"

Lagi-lagi Mitha mengeluarkan airmatanya disaat yang tidak tepat.

"Kak?! Ngapain sih dia disini? Dia itu udah ngambil Devan dari aku kak!" Bentak Dara.

"Dara! Jaga omongan kamu ya!" Kali ini Artha memarahi Dara lalu Dara pergi lagi kedalam rumahnya.

"Kita ngomong bentar ya?" Artha menarik tangan Mitha yang sudah mulai dingin dan mereka duduk diteras rumah Mitha.

"Maafin aku ya Tha," hanya itu saja yang terucap oleh seorang Artha.

"Aku ninggalin kamu waktu itu karna aku disuruh sama nenek" sambungnya.

"Udahlah lupain, gue mau kesekolah. Dan bilangin ke adik lo, jangan usik gue sama Devan lagi" kata-kata itu membuat Artha kembali menatap Mitha heran

"Kamu beneran pacaran sama Devan?" Tanya Artha.

"Iya. Emangnya kenapa? Baguslah gue udah buka hati gue buat dia daripada harus nunggu lo yang gak pasti dan buat luka yang dalam" Mitha beranjak dan pergi ke halte bus terdekat.

Flashback off

"Tha? Lo gak apa-apa kan?" 

Lihatlah sekarang April dan yang seisi kelas Mitha melihat bingung menatap Mitha yang seperti mayat hidup.

"Pril, anterin gue ke UKS ya" pinta Mitha.

"Oke deh"

  Kedua sahabat ini menuju UKS yang harus melewati kelas Devan. Mitha masih fokus dengan arah jalannya sambil dirangkul April karna Mitha masih terlihat lesu tak berdaya. Disisi lain, Devan melihat pacarnya lesu seperti itu langsung meminta izin ingin ke toilet kepada gurunya.

"Tha, gue tinggal bentar gak apa-apa kan? Mau kasi tau yang lain sekalian ijinin lo ke ketua kelas" kata April.

"Hm, iya Pril" jawab Mitha singkat.

Saat keluar UKS, April berpapasan dengan pangeran milik Mitha ini.

"Kak, lo tau Mitha kenapa?" Tanya April.

"Gue gak tau Pril, dia dari kemarin susah dihubungin, gue masuk dulu ya" jawab Devan.

  Devan langsung masuk ke ruangan UKS dan melihat Mitha duduk dipinggir ranjang sambil menutup wajahnya dengan tangannya.

"Tha?" Sapa Devan.

"Van.." tangis Mitha pecah di ruangan kecil ini.

"Tha.. nangis aja gak papa. Luapin semua keluh kesal kamu sekarang. Gak usah ditahan. Kalo mau mukul juga gak papa. Sampe badan aku kempes juga gak papa" kata Devan kembali menenangkan Mitha.

"Van. Kenapa dia harus balik lagi. Aku gak mau dia dateng lagi Van! Aku pengen dia pergi! Pergi jangan ganggu yang udah bahagia sama kamu Van!" Bentak Mitha sambil terus menangis.

...

  Keadaan Mitha membaik. Bahkan sangat baik setelah keempat sahabatnya memberikan layaknya seorang mamah dedeh di TV itu.

  Mitha duduk dimeja belajarnya dan menjawab beberapa LKS di bukunya agar hilang memorinya soal kejadian tadi pagi ia alami.

"Nak, Mitha, makan dulu yuk, ibu udah masak" panggil bapak dari luar.

  Mitha membuka pintunya dan memeluk bapaknya seerat-eratnya seakan tidak mau lepas darinya. Mitha sangat rindu bapak dan ibunya yang bekerja demi kehidupan yang lebih baik. Untung saja Mitha dan Pande adalah seorang yang rajin sekolah, jadi pemerintah memberikan bebas biaya sekolah mereka sampai keperguruan tinggi.

  Berbeda dengan Mitha dan Pande yang harusnya masih dibawah bimbingan bapak dan ibunya, Mba Nia, anak pertama dari keluarga sederhana ini sudah menikah bahkan sudah memiliki Kyla. Suaminya, Bang Dirga namanya. Pekerja tekun ditambah lagi dengan parasnya yang khas orang Indonesia. Seorang lelaki yang bertanggung jawab, walaupun sekarang ada ibu dan bapak yang bergabung dirumah yang ia beli pada saat menikah dengan mba Nia ini. Kata Bang Dirga, dia senang bapak dan ibu ada disini. Itu adalah sebuah karunia tuhan yang sangat luar biasa.

  Lupakan soal itu. Di meja makan terpampang jelas wajah-wajah rindu mereka.

"Bu, Mitha kangennn banget sama masakan ibu" ujar Mitha.

"Pak, Mitha juga kangennn banget sama lelucon bapak" sambungnya.

---

"Van! Tungguin gue" Dara memanggil nama Devan dengan keras tapi Devan tidak memperdulikannya sama sekali.

"Van! Dengerin gue dulu"

"Oke, cepet lo mau ngomong apa" jawab Devan.

"Kita bisa balikan kan?"

"Pertanyaan yang lain gak ada?"

"Van, gue tau lo masih sayang sama gue kan? Lo cuman jadiin Mitha pelampiasan doang kan?" Tanya Dara.

"Mitha pacar gue, gue sayang dia. Itu jawabannya" jawab Devan.

"Van.... apa pentingnya sih dia buat lo? Dia cuman cewe yang gak seberapa sama gue"

"Ini bukan masalah 'berapa besar kesempurnaan fisik dia' tapi 'seberapa dia bikin hati gue nyaman'" kata Devan.

"Hahaha... dia kan cuman BEKAS kak Artha. Dan lo tau itu kan? Helooww kak Artha masih sayang sama Mitha, dan lo dateng ke kehidupan mereka ngerusakin gitu aja? Ewh"

"Dan lo juga sama kan? Lo dateng rusakin persahabatan gue sama Sandi karna lo selingkuh sama Sandi sedangkan gue cuman jadi pajangan STATUS lo doang kan? Minggir lo bocah" Devan berjalan lagi membawa kantong belanjaannya menuju tempat yang ia inginkan.

Pendek ya kayak yang buat :")
Vote ya:*
Salam si pelakor  mi burung DARA :V

Lovely Rainy Lonely Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang