22.Kejujuran

14 4 0
                                    

"Lebih baik aku memberitahunya sebelum waktu yang akan memberikan pernyataan pahit" 

"Maaf ya Tha, aku gak bisa nemenin kamu sekarang. Ada pasien baru soalnya"

"Iya, gak papa kok Van. Aku bukan anak TK yang harus ditemenin makan pas sakit. Semoga pasiennya cepet sembuh ya Van"

Tut...tut... *bukan kentut ataupun lagu kereta api:v*

"Permisi" kata seorang suster dan seorang dokter yang masuk keruangan.

  Wanita yang diperkirakan seumuran dengan Mitha pingsan di atas ranjang dorong. Mungkin anak itu habis operasi. Karna rasa kepo seorang Mitha, akhirnya dia bertanya.

"Dia kenapa dok?" Tanya Mitha yang tidak lain dokternya adalah Artha.

"Oh, dia habis operasi hati" jawab Artha.

...

   1 jam berlalu. Devan belum juga datang ke ruangan Mitha. Yang dilakukan Mitha saat ini hanya melihat wanita yang terbaring disampingnya. Perlahan mata wanita itu terbuka, suster yang meanganginya langsung memeriksa dan meninggalkan pasien baru itu.

"Hai, nama lo siapa? Nama gue Mitha" sapa Mitha.

"Hai juga, nama gue Elsa" jawabnya sambil memberikan senyum manisnya.

"Umurnya berapa? Kok bisa sakit?"

"Umur gue baru 19 tahun. Gue sakit komplikasi"

"Akhirnya disini gue ada temen. Sebelumnya, gue sendiri disini" kata Mitha.

   Elsa dan Mitha saling bertukar cerita. Elsa tipe orang yang ramah dan terlihat sangat polos. Ternyata Elsa mengidap penyakit komplikasi hati, jantung dan paru-paru. Elsa baru menjalani operasi paru-paru sebulan lalu dan operasi hati tadi pagi.

"Mitha, maaf ya aku telat datengnya"  suara Devan menghentikan pembicaraan mereka.

"Lho? Devan?" Kata Elsa heran.

"Elsa? Kok lo bisa disini?" Jawab Devan.

"Kalian kenal ya?" Tanya Mitha.

"Ya kenalah Tha, dia itu temen sekelas aku pas SMP dulu, dia sebangku juga sama aku. Cewe paling rajin kalo pas jaman-jaman aku SMP dulu" jelas Devan.

"Hahaha, bisa aja lo. Kalian pacaran?" -Elsa.

"Hehe, iya nih Sa. Udah setahun lebih 4bulan" jawab Devan lagi.

"Lo dokter ya Van? Gak nyangka banget deh lo jadi dokter" kata Elsa.

"Belum dokter sih, masih calon dokter" jawab Devan.

---

"Kamu deket banget ya sama Elsa. Menurut kamu orang yang kayak gimana Van?" Tanya Mitha saat ia dan Devan berada dihalaman rumah sakit.

"Gak deket banget sih. Dia baik, rajin, pinter, ya gitu deh" jawab Devan sembari memasukkan bubur dari sendok ke mulut Mitha.

"Ohh gitu. Dia cantik ya Van?"

"Cantik. Tapi ada yang lebih cantik dari dia"

"Siapa? Jangan bilang kamu mau jawab kalo yang cantik sebelum Elsa itu Pevita Pearce-,-"

"Haha ya enggak lah Tha. Yang paling cantik diperingkat pertama itu mama, yang kedua kamu"

"Yang ketiga? Elsa?"

"Bukan.. yang ketiga itu baru deh Pevita Pearce:)"

"Oh ya Van. Kalo aku mau bicara sesuatu kamu jangan marah ya? Janji?"

"Iya, aku gak bakal marah atau bentak kamu. Cepetan ngomongnya"

"Aku sayang kamu"-Mitha

"Aku lebih sayang kamu" -Devan.

"Aku gak mau kehilangan kamu"-Mitha.

"Aku lebih gak mau kalo harus kehilangan kamu" -Devan.

"Kalo misalnya aku hilang gimana?"

"Aku bakal cari kamu lagi"

"Kalo misalnya aku dipanggil tuhan gimana?"

"Ya aku mau ikut kamu juga ke tempat tuhan"

"Kalo misalnya semua itu terjadi beneran sama aku gimana? Kamu bakal nyari yang lain?"

"Kenapa kamu ngomong gitu? Tuhan gak bakal ambil kamu dari aku, aku bakal ikut nanti kalo kamu dipanggil tuhan" jawab Devan dengan wajah kesalnya.

  Mitha mengeluarkan sebuah surat dari rumah sakit dan meminta Devan membacanya.

"Mitha?" Lirih Devan saat setelah membaca surat tersebut. "Kenapa kamu gak pernah bilang sama aku?! Kenapa?! Kamu mau aku gak tau keadaan kamu gitu?! Kamu gak sayang sama aku lagi ya?! KENAPA THA? KENAPA!" Bentak Devan.

  Mitha menangis. Dia adalah tipikal wanita yang cengeng.

   Devan mengacak rambutnya sendiri setelah melihat isi surat tersebut. Yang menyatakan "KANKER OTAK STADIUM AWAL"

"Maafin aku Van" kata Mitha diselingi dengan tangisnya yang pecah.

"Bukan kamu yang salah! Aku yang salah Tha! Aku gak bisa jaga kamu dengan baik, aku janji, aku bakal buktiin kalo kamu bisa sembuh dari semua itu Tha, aku janji!"

"Aku gak bakal sembuh Van, maafin aku yang baru ngasi tau ini sekarang, karna aku mau milih waktu yang tepat Van. Maafin aku..."

   Devan memeluk Mitha erat dikeadaannya yang lemah ini. Mengusap rambutnya yang semakin menipis, dan mengelus pipinya yang semakin pucat. Ini bukan salah tuhan, tapi ini adalah rencana yang terbaik untuk Devan dan Mitha.

"Aku selalu berdoa untuknya. Selalu memohon pada tuhan agar aku bisa menemaninya lebih lama. Aku ingin diujung hidupku nanti, aku akan memberikan sesuatu berharga ke seseorang yang aku percaya untuk menjaga Devan dengan baik" - Mitha.



Dinext-lah.....
Vote-lah......

Lovely Rainy Lonely Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang