Laelia

21 3 0
                                    

“Lia, tunggu aku!” teriakan dari arah gerbang sekolah mengehentikan langkah kaki-ku. Tak perlu menoleh pun aku sudah tahu suara siapa yang memanggilku itu.

“Aku sudah tahu kamu pasti akan datang ke sekolah pagi-pagi, jadi aku pun datang kesini dengan penuh perjuangan,” aku mengernyitkan kening saat mendengar ucapannya setiba ia di hadapanku. Belum sempat aku berkata apa-apa, ia kembali melanjutkan ucapannya, “bagaimana tidak penuh perjuangan, jika aku harus melawan kantuk untuk bangun lebih pagi dari biasanya. Apalagi aku harus meninggalkan segala ritual pagi untuk mempercantik wajahku ini,” ujarnya dengan betele-tele tanpa sedikit pun berniat untuk langsung mengatakan apa tujuannya menghampiriku.

“Lia, seperti yang kamu tahu bahwa aku itu sangat sibuk. Selain sibuk ekskul, aku juga harus sering meng-cover lagu-lagu terbaru karena banyaknya permintaan followers yang . . .”

“Nindya, kalau tidak ada hal penting yang ingin kamu katakan, maaf aku harus segera ke kelas,” ujarku memotong ucapannya yang menurutku sangatlah tidak penting. Aku tahu bahwa ia ingin mengatakan sesuatu, mengingat seorang Nindya yang sudah terkenal mendapat julukan ‘Ratu Pemberontak’ karena ia yang senang melanggar peraturan sekolah dan segala peraturan lainnya tiba-tiba sepagi ini sudah ada di sekolah. Saat aku memotong ucapannya, ia hanya bergeming. Namun saat aku akan berlalu meninggalkannya, ia mencegah dengan mencengkam tanganku.

“Mungkin memang benar kamu tidak terkenal seperti diriku,” ia kembali berbicara, namun perkataanya membuatku segera melepaskan cengkamannya. Aku benar-benar tidak suka dengan situasi ini. Aku dan Nindya bahkan tidak pernah saling sapa dan sikapnya yang tiba-tiba seperti ini membuatku tidak nyaman.

“Tapi aku tahu bahwa kamu adalah siswa yang paling pintar disekolah ini,” ia mengatakan itu dengan cepat saat aku akan kembali berlalu dihadapannya. Aku mulai paham arah pembicaraan ini. Ku hela napas sebal lalu berkata dengan pelan dan tajam, “aku tidak butuh uang darimu, jadi aku tidak mau menjadi budak pekerja tugas sekolahmu.” Selesai mengatakan itu, aku langsung pergi dari hadapannya.

Aku bukan tidak mau mendengar penjelasan Nindya dahulu. Aku juga bukan sesuka hati menebak maksud Nindya menghampiriku. Namun aku sudah paham maksud dari orang-orang macam Nindya jika menghampiriku dan berbicara dengan penuh lika-liku kata namun akhirnya juga akan meminta aku untuk mengerjakan tugas mereka, dibayar.

❤❤❤

Aku berjalan dengan santai meski bisikan-bisikan itu sangat terdengar jelas di telingaku. Aku tidak tahu mengapa Nindya menyebarkan gosip murahan tentang diriku hanya karena aku menolak untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Caranya membalasku benar-benar kekanak-kanakan.

“Li, kamu suka sama Erik?” Pertanyaan dari Bulan –teman sekelasku– membuat aku benar-benar ingin tertawa. Mengapa orang-orang begitu mudahnya percaya dengan suatu hal yang bahkan mereka pun masih mempertanyakannya? Aku benar-benar tak habis pikir.

“Cari gara-gara sama Nindya ya?” kini Bulan kembali bertanya dengan nada yang berbeda. Ia menunjukkan wajah prihatinnya. Ah ya, Bulan juga pernah menjadi korban gosip murahan yang diciptakan oleh Nindya karena ia tepergok sedang mengata-ngatai Nindya. “Lebih baik kamu mendatangi Nindya dan meminta maaf padanya. Ah, kamu juga harus menuruti apa permintaannya,” lanjut Bulan lalu pergi dari hadapanku.

Aku tersenyum mendengar ucapan Bulan. Tanpa ragu aku akan mengatakan tidak untuk saran yang Bulan katakan. Bukan hanya Nindya pihak yang salah, tetapi perilaku sekitarnya pun yang seolah mendukung tindakan salahnya. Seolah mereka takut jika merespons dengan cara berbeda. Seolah menuruti permintaan Nindya adalah jawaban satu-satunya yang bisa dilakukan.

Namaku adalah Laelia. Nama yang tidak asing bukan? Benar sekali. Namaku diambil dari spesies anggrek. Bunga anggrek berbeda dengan bunga-bunga lainnya. Bunga membutuhkan waktu yang lama untuk menunjukkan kecantikan mahkotanya, namun saat mahkota itu ada maka mahkota itu akan bertahan lama. Seperti anggrek, aku akan menjalani hidup bukan karena tuntutan kondisi. Aku memang tak seterkenal Nindya yang senang bermain instagram, bukan pula sekelompoknya yang senang membuat dirinya dikenal banyak orang. Ah, aku juga tak ingin seperti Bulan yang berjalan sesuai langkah yang dilalui kebanyakan orang.
Aku sedikit keras kepala. Tidak terlalu menyukai dunia maya yang teman-teman sekitarku begitu gilai. Aku lebih senang belajar untuk meningkatkan pengetahuanku. Aku juga tak peduli meski orang lain berkata aku bukan lah ‘remaja zaman now’. Aku hanya cukup mengetahui media sosial yang sedang terkini, sekedar mengisi pengetahuanku, tapi bukan untuk digilai sampai lupa dengan tujuan hidupku.

Aku juga tak ingin berkata ‘ya’ pada sesuatu yang menghasilkan uang  namun dijalan yang salah. Sekali lagi, aku tak peduli jika aku dikatakan tak sama dengan pemikiran remaja zaman sekarang. Apa salahnya berbeda jika itu kebaikan?

Namaku Laelia, Untuk sesuatu yang baik, aku tak takut untuk berbeda.

❤❤❤

Jum'at, 02 November 2018 | 20:36

Story of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang