Ini bukanlah masalah waktu. Waktu yang tak bisa diulang kembali. Bukan, ini hanyalah masalah bagaimana aku yang tak bisa melupakannya dan terus memikirkannya.
****
Gema suara takbir meramaikan malam ini. Berbondong-bondong masyarakat merayakan hari kemenangan setelah keputusan pemerintah menetapkan hari raya Idul Fitri dilaksanakan esok hari. Semua bersuka cita seolah melupakan fakta bahwa mereka akan berpisah dengan bulan yang penuh berkah.
Seorang gadis dengan lirih mengikuti lafadz takbir, suaranya bergetar karena sedih akan berpisah dengan bulan yang sejujurnya bulan harapan.
Bulan harapan. Karena kalau bukan bulan ini, dia tak akan bertemu dengan seseorang yang menjadi satu-satunya nama yang selalu ia sebut dalam sujudnya, dalam seutai do'a yang ia panjatkan pada Tuhannya.
Namun, hingga hari puncak kemenangan, sosok itu belum juga mucul dan menampakan diri. Oh, bagaimana ia tak bersedih. Pupus sudah harapan yang ia tahan dari hari pertama bulan Ramadhan.
Bulan rahmah ini adalah saksi ia bertemu dengan sosok yang ia kagumi.
Bulan maghfirah ini adalah saksi dimana ia mulai menyisipkan sebuah nama yang selalu menemaninya untuk pergi ke Rumah-Nya.
Bulan itkun minnannar ini adalah saksi dimana ia rela melepas dan bertahan dengan rindu yang menusuk kalbu.
Rasanya, bukan hanya satu atau dua malam ia bermunajat agar kembali dipertemukan. Ia tak boleh su'uzdon pada Tuhan yang lebih tahu apa yang terbaik untuk ia dan seseorang disana. Tapi rindu ini, begitu melelahkan dan membuatnya ingin menangis.
Sudah berlalu 3 tahun yang lalu. Namun kehadirannya serasa masih detik lalu, hangat. Masih ia rasakan bagaimana sosok itu berbicara, tersenyum, bahkan tertawa jail yang dahulu ia sangat kesal saat menyaksikannya.
Aneh, rasa hangat dan dingin ia rasakan secara bersama. Hangat atas kehadirannya, dingin atas hati yang menginginkan kembali. Ia cepat-cepat beristighfar saat rasa ingin itu muncul. Ya Allah, rindu ini seperti tak terdefinisi.
Ya Allah, kembali, jika ia bisa meminta, bisakah ia dipertemukan kembali? Sehari. Itu tak masalah. Untuk bertegur sapa dan menanyakan kabar dari masing-masing. Untuk sebuah percakapan yang membuatnya yakin untuk bertahan.
Entah apa yang ia usahakan untuk bertahan. Sosok itu bukanlah kekasihnya, sosok itu hanyalah sesorang berhasil menjadi satu-satunya nama yang ia sebut dalam setiap do'anya. Hanya itu.
Ya Allah, ia tahu bahwa sosok itu sedang berjuang untuk menjadi manusia yang pantas berada di surga-Mu, tak bolehkah kalau ia ingin bertemu untuk sesaat dan mengatakan padanya jika ia selalu mendo'akan kebahagiaannya? Tak pantaskah ia untuk sosok lelaki itu hingga sampai saat ini, ia tak dipertemukan kembali?
Rindu ini, begitu sangat menyesakkan dan menyiksa. Sehari. Tak bisakah ia bertemu hanya sehari??
![](https://img.wattpad.com/cover/36756731-288-k699998.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Life
Fiksi RemajaHidup itu punya banyak rasa. Dari rasa yang paling manis sampai rasa yang paling pahit sekalipun. Dengan banyak nya rasa yang ada, saya di sini akan sedikit mengulas tentang rasa yang mungkin pernah anda lihat atau bahkan merasakannya. Yuk, mari ken...