Sudah menjadi tradisi bahwa sebagai siswi SMA tingkatan awal akan seruangan dengan tingkatan menengah jika ulangan semester. Itu sudah hal biasa dan aku tak kaget lagi.
Ya, itu hal biasa dan aku tak kaget. Benar, tapi itu hanyalah perasaanku sebelum aku mengetahui kalau aku sebangku dengan salah satu kakak kelas seorganisasi. Buanglah pikiran kalian jika kalian menyangka aku senang duduk dengannya. Demi Tuhan jika aku bisa aku ingin sekali bertukar tempat duduk dengan siapa pun, ya siapa pun asalkan jangan dengan orang itu.
"Ciye yang mau duduk sama kakak itu," aku mencibir mendengar ucapan Ditsa. Senang sekali sepertinya melihatku akan sengsara.
Aku mencoba mengedarkan kedua mataku. Mencari sesosok yang sendari tadi menjadi objek dalam pikiranku. Ketika aku menemukan sosoknya, tanpa sadar aku menghela nafas dengan keras.
Dia terlihat biasa saja meskipun aku tahu pasti kalau dia sudah mengetahui bahwa aku adalah partner sebangkunya selama seminggu kedepan terhitung mulai besok. Sebagai ketua MPK disekolah dia pasti sudah tahu sebelum aku yang hanya anggota osis tahu posisi duduk siswa-siswi disekolah saat ulangan semester tiba.
Aku mempermasalahkan duduk sebangku dengannya bukan karena aku takut detak jantungku akan menggila saat aku nanti duduk sebangku dengannya. Bukan, karena bahkan aku tak pernah menyukainya. Maksudku selama ini meskipun dia salah satu orang yang menarik perhatian, aku tak pernah mempunyai perasaan khusus terhadap dirinya.
Hanya saja ada satu perasaan yang sedikit membuatku terganggu. Mungkin ini jenis perasaan yang sulit aku jelaskan. Karena nyatanya aku selalu gemetar ketakutan jika berada dekat dengan dirinya. Ya, semacam itu lah perasaan yang aku miliki terhadap dirinya.
Perasaan yang aku miliki bukan tanpa alasan. Karena perlu kalian ketahui, selain mempunyai karakter dingin dan cuek dia mempunyai aura yang menyeramkan. Jangan sebut aku lebay, tanyakan kepada teman-temanku maka mereka akan menjawab dengan jawaban yang sama dengan apa yang aku ungkapkan. Percayalah, dia memang sangat menyeramkan dan membuatmu tak tahan berada didekatnya.
***
Aku meletakan tas ransel ku dengan mata terus bergerak mencari sosok yang nantinya akan duduk sebangku denganku, setelah yakin dia tak ada aku menghela nafas lega. Setidaknya aku harus menikmati masa tenangku sebelum orang itu datang.
Kubuka buku agama. Seperti yang kalian tahu pelajaran pertama saat ulangan pasti agama. Dan aku cukup bersyukur bahwa kenyataan aku duduk dengannya sama sekali tidak menggangu konsentrasiku saat belajar tadi malam. Tentu saja, memangnya siapa dia yang bisa merusak konsentrasiku?
Oke, kenyataan dia tak mengganggu konsentrasi belajarku ternyata hanya tadi malam, karena sekarang mataku malah lebih senang melirik pintu masuk kelas dibanding melihat buku pelajaran. Dan ketika indra penglihatanku menangkap sosoknya yang baru masuk, dengan kecepatan penuh aku langsung bersikaf tenang seolah sedang berkonsentrasi belajar. Oh, jangankan berkonsentrasi, membaca pun aku tidak.
***
Ini sudah hari kelima ulangan semester. Dan ternyata duduk dengannya tak semenyeramkan yang aku bayangkan. Meskipun aku bahkan tak pernah berani menengok kanan kiri jika sudah dia datang dan duduk disampingku, tapi itu cukup melegakan karena tak terjadi hal-hal yang menyeramkan.
Sejauh ini memang tak terjadi hal-hal yang menyeramkan. Dan kalian perlu tahu bahwa sejauh ini pun tak terjadi obrolan sepatah kata pun antara aku dan dia. Meskipun aku tahu kalau situasi ulangan bukanlah situasi yang tepat untuk mengobrol, tapi apa tak ada niatanya secuil pun untuk berbasa-basi padaku. Begini-begini aku adalah adik kelasnya yang satu organisasi, setidaknya satu kalimat sapaan tak akan melunturkan wibawanya sebagai ketua. Oh, jangan berpikir aku begitu berharap mendapat sapaannya, hanya saja meskipun hanya satu minggu aku adalah teman sebangkunya, rasanya begitu menyebalkan ketika aku tak mendapat satu sapaan pun dari orang yang berada disampingku.
Aku dengan keteganganku berusaha mengerjakan soal-soal yang ada di kertas ulangan. Tiba-tiba teman sekelasku yang ada disebrang memberikan kertas absen. Aku dengan cepat mengisi kertas itu dengan bolpoin. Setelahnya aku langsung memberikan pada teman sekelasku yang lain yang belum mengabsen. Dan ketika aku akan kembali mengerjakan soal-soal ulangan, tanpa rekayasa pensilku menggelinding kearah dia. Dengan kecepatan yang maksimal aku berusaha menangkap pensil itu.
Hap.
Dag dig dug.
Oh, ini sinetron. Kenapa adegan ala sinetron ini terjadi padaku? Oh, ini membuatku frustasi saja. Sebenarnya ini hanyalah kejadian sepele. Ya, hanya sepele. Aku berusaha menangkap pensilku, dan karena pensilku berada didekatnya dia juga berhasil menangkap pensil itu. Sepele bukan? Iya, memang sepele. Tapi kenapa seolah semua indra yang aku rasakan meneriakkan bahwa ini kejadian yang spesial.
Oh tidak! Ini salah. Jangan. Jangan katakan ini spesial. Oh jangan terpengaruh ira. Selama lima hari ini bahkan aku dan dia tidak terlibat percakapan sedikitpun jadi jangan hanya karena kejadian ini kondisiku jadi berubah, maksudku kondisi hatiku. Ya, jangan. Jangan sampai aku baper. Benar, itu tak boleh terjadi. Ya, aku tidak baper.
***
Nyatanya meskipun logika memaksa untuk melupakan kejadian itu dan menganggap bahwa kejadian itu hanyalah kejadian biasa, pikiranku tak benar-benar melupakannya. Kejadian itu terus saja berputar diingatanku.
Hari ini adalah hari terakhir ulangan semester, dan itu berarti berakhir pula aku duduk sebangku dengannya. Aku harap setelah ulangan ini selesai aku bisa melupakan kejadian-kejadian selama seminggu ini. Sungguh, jika tidak aku tidak bisa memastikan bahwa hatiku akan sama seperti sebelum ulangan ini. Bisa saja kan aku jadi sering mengingatnya dan lambat laun aku jadi punya rasa padanya. Dan aku harap itu tak akan terjadi. Ya, cukup hanya karena insiden pensil itu aku baper, jangan sampai baperku malah menimbulkan perasaan khusus yang aku rasakan padanya.
(PESAN CERITA INI : JANGAN BAPER KALAU ULANGAN DUDUK SAMA KAKAK KELAS COWOK YANG LUMAYAN, YAKINLAH BAPER DAPAT MENIMBULKAN PERASAAN TAK TERDUGA YANG BERKEPANJANGAN)
***
HAHAHA :v meskipun ini telat, rasanya ga asyiiiik kalau ngga buat cerita tentang duduknya ira sama ketua MPK kita :D maaf-maaf aja kalo ada kata yang berbeda dengan apa yang ira rasa, da aku mah hanya seorang yang mendengar, berkhayal, dan membuat cerita :v btw, udah bisa lupain insiden pensil belum? Hehehe :D :v

KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Life
Teen FictionHidup itu punya banyak rasa. Dari rasa yang paling manis sampai rasa yang paling pahit sekalipun. Dengan banyak nya rasa yang ada, saya di sini akan sedikit mengulas tentang rasa yang mungkin pernah anda lihat atau bahkan merasakannya. Yuk, mari ken...