02 - Pengganggu ??

10 3 0
                                    

[ Versi Cowok ]

Saya tidak ingin kehilangan dia.

Pertama kali saya bertemu dengannya, saya langsung jatuh cinta. Senyumnya begitu mempesona, daya tarik dirinya yang selalu membuat saya berkali-kali jatuh cinta.

Dia sangat manis, namun terkadang dia tidak percaya diri. Setiap kali kami bertemu, ia selalu mengeluh perihal penampilannya. Entah karena jerawat menggemaskan di pipinya, ataupun berat badannya yang semakin bertambah.

Dari masa pendekatan sampai kami memulai hubungan yang dinamakan pacaran, kami tak pernah bertengkar hebat. Hanya pertengkaran kecil yang justru semakin menguatkan ikatan kami. Cemburu yang bisa dibasuh oleh tulus, rindu yang dibasuh oleh temu. Hubungan kami berjalan mulus.

Katakan lah saya tipikal yang selalu cepat merindu. Siasat yang saya gunakan adalah menghubunginya via online. Mau bagaimana lagi, rindu yang tak kunjung dibasuh temu sebab ada sibuk yang harus diurus terlebih dahulu.

Saya sadar perihal kesibukan kami. Hidupnya bukan hanya tentang saya. Masih ada harapan dari orangtua nya, juga impian yang harus ia wujudkan.

Namun, saya tetap lah saya yang juga tak bisa menahan rindu yang membuncah direlung hati terdalam. Saya pikir, ketika saya masih tetap sama itu berarti ia juga masih tetaplah sama.

Tidak.

Ternyata Ia berbeda.

Ia tidak lagi menampakkan wajah bahagia saat saya mencoba menghubunginya. Lewat video call yang saya pikir akan membuatnya tersenyum, justru ia berwajah masam.

Perhatian-perhatian kecil yang saya tunjukkan, baginya bukan cerminan dari rasa sayang.

Ia terlihat tidak bahagia.

Kenapa?

Pertanyaan saya tak kunjung mendapat jawaban. Namun justru situasi tak mengenakkan terjadi. Tiba-tiba saat saya mencoba menghubunginya ia memaksa memutus semuanya.

Ia memblokir semua yang berhubungan dengan saya.

Saya tidak paham. Maka, saya harus mendapat jawaban meski itu hanya sebuah alasan.

Dengan perasaan gundah dan tak nyaman, saya mencoba untuk menghampirinya. Mengendari motor dengan kecepatan yang tak biasa, tanpa pengaman kepala, sendal jepit di kedua kaki, kaos oblong dan celana pendek selutut.

Yang saya pikirkan saat itu adalah segera bertemu dengan dirinya. Namun, Tuhan tak merestuinya. Ia menahan saya. Sehingga saya hanya tergeletak tak berdaya di jalan raya dengan darah di sekujur tubuh saya.

Saya merintih, berdoa untuk dapat bertemu dengannya.

❤❤❤

Senin, 6 April 2020

Story of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang