BAB 8 : SUMBER BAHAGIA

386 20 0
                                    

Tepat setelah maghrib Mika sudah siap dengan pakaian sederhana nya.  Ia memakai jaket abu2 kesukaan nya, malam ini dingin. Ia mengambil buku yang Ia perlukan, kemudian memasukkan ke dalam tas. Setelah semuanya siap, Ia keluar dari kamar. Membuka pintu lalu melangkah ke ruang tv.

Di ruang tv bersemayam abang nya, Adam. Sedang asik melihat ke layar televisi tersebut dengan tayangan piala dunia. Sangat Fokus. Sampai tidak menyadari keberadaan Mika.

Mika melengos pergi, mengabaikan abang nya yang memanggil sesudah Mika keluar dari rumah. Sepertinya Adam baru menyadari nya.

Mika masih sangat kesal. Ingin rasanya Mika menjambak rambut Adam sampai botak. Tapi Ia juga masih punya perasaan, jadilah Ia hanya mendiamkan Adam untuk kesalahan nya.

Malam yang cukup dingin, Mika mengerat kan jaket nya. Sambil sesekali menggesek kan telapak tangan bertujuan untuk menghilangkan dingin. Tapi nihil, udara nya terlalu dingin. Sampai Mika harus berkali-kali menghembuskan nafas lelah.

Malam ini rasanya seperti Hafiz, sama-sama dingin. Hingga Mika mampu mencairkan es itu. Namun perlahan lenyap. Tanpa pamit. Meninggalkan rasa yang tak bisa terobati. Terombang ambing dalam luasnya lautan rindu.

Mika merasakan dadanya sesak jika kembali mengingat nya, Ia mempercepat langkahnya. Ia sedikit takut.

Lampu tidak bersinar terang. Tapi terbantu dengan indahnya rembulan.

Sampai di depan ujung gang Ia berbelok ke arah kanan. Dan tidak jauh dari sini, Mika sudah melihat kedai soto ayahnya yang mungkin ramai.

Mika berlari, agar segera sampai. Dan meringankan beban ayahnya. Walau tak seberapa.

*****

Hafiz segera membersihkan badannya. Mandi, sholat dan bersiap untuk makan malam. Ia menengok ke arah jam dinding di kamar nya, jam 6 : 45. Masih sangat sore untuk Ia tidur, walaupun keadaan nya memang sangat mengantuk, tapi Ia harus menahan nya. Lalu Ia menuruni tangga dangan mata yang masih sembab disertai ngantuk. Sekarang tujuan nya adalah dapur.

Sampai di dapur, ia langsung menuju lemari pendingin dan melihat apa saja yang akan Hafiz temukan untuk hidangan makan malam bersama bunda nya.
Tapi yang Hafiz temukan hanya telor dua butir dan air putih dingin.

Hafiz menghela nafas lelah.

Ia sebenarnya tidak lapar, tapi bunda nya pasti belum makan. Setelah kejadian tadi, bunda nya merasa pusing dan Hafiz menyarankan untuk istirahat.

Hafiz segera mengambil kunci motor di atas nakas dan melengkah pergi menuju penjual soto yang Bunda nya sukai.

Tempat nadi nya berada.

****

Motor ninja hitam nya membelah jalan raya di malam yang dingin ini. Rasa dingin tidak menggonyahkan niat Hafiz untuk membeli makanan kesukaan bunda nya.

Malam ini cukup legang. Memudahkan Hafiz menjalankan motornya dengan kecepatan cepat dan tenang.

Merasa sudah dekat, ia memelankan motornya dan berhenti tepat di kedai bertuliskan SOTO WENAK itu.

Hafiz turun, tidak lupa menyetang motor nya lalu melangkah masuk menuju warung soto tersebut.

Ramai. Seperti biasanya.

Ia menoleh ke arah pak Bambang, penjual Soto tersebut. Laki-laki berusia sekira 45 tahun an, dengan baju coklat tua melekat pada tubuh yang terlihat lelah.

Kemudian hafiz mendekati pak Bambang.

Pak bambang pun menoleh. Mendapati serangan pemuda yang sudah Ia kenal, Ia pun tersenyum ramah. "Nak Hafiz baru kesini lagi? Kemana ajah?" pak bambang bertanya sambil melayani pelanggan.

RASA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang