BAB 19

270 18 0
                                    

Jam 05 : 30.

Mika sudah stay di sekolah di jam sepagi ini, keharusan ia membantu ibunya dan lomba yang akan dilaksanakan hari ini menuntut nya berangkat pagi - pagi sekali.

Kakinya ia ayun - ayunkan di bawah meja kantin, dengan mulut yang komat kamit menghafal rumus fisika. Buku cetak berjejer di depannya. Mika benar-benar fokus.

Namun,beberapa saat kemudian fokus nya terpecah kan saat mendapati Ibunya tengah menatap Mika, dengan nampan ditangan nya. "Makan dulu," Ucap Beliau dengan senyum di wajahnya.

Mika tersenyum, lalu mengambil bubur beserta susu putih. "Makasih bu,"

"iya sama-sama, jangan karena lomba, kamu jadi lupa belajar," mengelus kepala Mika.

"iyah, bu. Ini ira lagi makan," Mika menunjuk mangkuk bubur yang sudah terlihat setengah makan.

"Semangat nya lomba nya, ibu yakin ira pasti berhasil, tapi nanti jangan sombong. Dan kalau kalah jangan nangis, okeh!" ibu Mika memeluk Mika dari samping, mencium pipi anaknya penuh kasih sayang.

Mika tertawa, meraih tangan ibunya.

"Iyah, smoga Mika berhasil, biar ngga kecewain ibu sama bapak," lalu memeluk ibunya dengan penuh kasih sayang.

"Doain ira yah bu," lanjut nya.

Ibu Mika melepas pelukan nya, "Iyah, ibu sama bapak slalu doain ira kok," Meraih tangan Mika. "Yaudah, ibu ke warung dulu yah, nanti kalo udah abis bawa kesana yah?"  melepas tangan Mika, berdiri, lalu mengambil nampan dan melangkah menuju warung.

Sepeninggalan ibunya, Mika kembali kelanjutan sarapan nya. Ia memeriksa jam tangan yang terpasang pada tangan nya, masih jam 05 : 45, cukup untuk kembali membaca beberapa materi.

Ia mendorong mangkuk bubur pelan, lalu menyambar susu putih, meminum nya dengan sekali tenggakan. Kembali meraih buku catatan rumus, lalu kembali menghafal kan nya.

Benar-benar fokus, sampai tidak mengetahui bahwa sedari tadi seorang lelaki berdiri tempat di samping nya, memperhatikan nya.

Mika baru menyadari nya saat lelaki itu duduk di samping nya, "Serius banget?"

Mika terkejut, ia menoleh ke arah sumber suara tersebut, lalu tersenyum kemudian. Biasanya, ia akan menatap Hafiz sendu, tapi kali ini berbeda, ia menatap seakan Hafiz adalah hujan yang slalu Mika sukai, slalu membuat nya tersenyum dan membuat perasaan nya tenang, dan nyaman.

Mika menopang dagunya, menatap Hafiz.

"Dari tadi?" Mika menatap Hafiz dengan tatapan bertanya.

Hafiz tidak bisa mengalihkan pandangan nya dari Mika, tatapan itu yang slalu Hafiz rindukan, suara itu yang seketika membuat nya tenang, walau ia sedang di landa kegundahan sekalipun.

"Iyah, cuma kamu ngga sadar, fokus baca buku mungkin." kemudian Hafiz mengalihkan pandangan nya ke arah pintu kantin yang masih sepi.

Mika menganggukan kepala nya paham, menutup bukunya, lalu memasukkan nya ke dalam tas nya. Mungkin belajar nya sudah cukup, lagi pula ini sudah hampir jam 6 pagi.

" Leon belum dateng?" Ujar Mika.

"udah, nih kita disuruh ke gerbang, mobil udah dateng katanya," Hafiz memperlihatkan chat antara dirinya dan Leon.

Mika mengangguk, lalu berdiri, menyampirkan tas nya di punggung.

"Aku ijin dulu sama ibu, kamu duluan ke gerbang nya?"

Entah sejak kapan Mika dan Hafiz menggunakan panggilan aku - kamu, tapi mereka tidak menyadari, dan terlihat nyaman menggunakan panggilan tersebut.

RASA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang