BAB 15 : KEMBALI (3)

264 19 0
                                    

Tv menyala, tapi tidak serta merta membuat ayah dan anak ini fokus pada tayangan piala Dunia. Setelah adegan maaf - memaafkan tadi, Surya memberi Hafiz perintah untuk berbicara empat mata dengan anak semata wayang nya ini.

Surya menoleh, "Hafiz?"

Hafiz yang sedang terbengong pun spontan terkejut, lalu menoleh kan kepalanya kearah Surya. "Iya yah?" sahut Hafiz.

"Kamu apa kabar?"

"Hafiz baik-baik ajah,"

Surya menganggukan kepala nya paham, "Ada sesuatu yang harus Ayah selesaikan,"

Hafiz menegang, bahkan sejak tadi ia terus memikirkan apa yang ayah nya katakan. Apakah tentang perceraian, atau hal yang tidak ia duga sebelumnya. Hafiz meneguk salivan nya gugup.

Surya mengehela nafas sebelum berbicara semuanya, karena ini memang membutuhkan keberanian.

"Ini tentang Mika," Ucap Hafiz sekian lama diam.

Deg. Jantung nya berdetak lebih kencang dari biasanya, Setiap nama itu disebut, hatinya slalu mencelos sakit, penyesalan kembali mengerubungi hatinya, rindu pun kembali menumpuk, terombang ambing tanpa obat penawar.

" Maaf, Saya memaksa Mika menjauhi kamu tanpa sepengetahuan kamu. Karena saat itu, Milea menyukai kamu dan posisi kamu saat itu sedang bersama Mika, Milea memaksa, bagaimana pun caranya kamu harus berpisah dengan Mika. Dan saya sangat terpaksa melakukan itu, saya mencoba membujuk Mika dan mengerti masalah yang sedang saya hadapi, "

Surya menengadah kan wajah nya, mencoba menahan airmata yang akan jatuh. Ia laki laki dan tidak mungkin menangis didepan anaknya.

" Dan Mika... Dia mengerti dan berjanji akan menjauh dari kamu demi menyelamatkan perusahaan Ayah, setelah Mika bertemu dengan Ayah, dia langsung bertemu dengan kamu dan memutuskan hubungan itu kan?" Surya bertanya pada Hafiz dan Hafiz menganggukan sebagai jawaban.

" tapi sekarang kamu tidak usah khawatir, Ayah sudah berbicara pada Mika melalui telepon dan dia mengucapkan terima kasih pada Ayah, Ayah tidak mengerti mengapa Mika mempunyai hati sebaik itu?" Surya menerawang jauh, kejadian di saat ia meminta maaf pada Mika, dan Mika dengan mudah nya memaafkan nya.

" Lalu bagaimana dengan perusahaan Ayah? " Hafiz mencoba bertanya dengan perusahaan yang ayahnya jalan kan.

Surya tersenyum," Ayah mendapat suntikan dana dari perusahaan lain, dan sekarang semuanya baik-baik saja,"

Hafiz diam. Mencoba mencerna masalah yang sedang ia hadapi, ayahnya dan Mika serta Milea Yang ikut andil. Ini benar-benar rencana Tuhan yang sangat meng agumkan, apa Tuhan hanya menguji perasaan hafiz? Sepanjang malam ia merindu, sepanjang malam ia menahan gejolak penyesalan di dada nya? Ia terlalu emosi, dengan tiba-tiba Mika memutuskan hubungan, dan menjauh begitu saja, dan ia hanya mengiyakan dan tidak mencari masalah yang Mika hadapi. Tanpa sepengetahuan nya Mika nya sama-sama terluka, sama-sama menahan sakit, sama-sama menahan rindu. Ia sangat menyesal.

Tepukan di pundak nya membuyarkan lamunan nya, Surya tersenyum lembut ke arah anaknya yang mungkin sedang bimbang. "Minta maaf sama Mika, dan perbaiki semuanya, sampaikan maaf ayah juga," mengacak rambut Hafiz. "Ayah masuk dulu," Surya melangkah masuk, meninggalkan Hafiz yang masih dilanda kebingungan.

Benar kata ayahnya, ia harus memperbaiki semuanya. Dengan Mika.

                                       ~~~~

Pagi ini cerah. Namun dingin seperti kota Bandung pada umumnya, cahaya matahari masuk ke dalam kamar melalui celah - celah jendela yang terbuka. Mika sedang berkutat dengan Hijab segi empat nya, meliak liukan kerudung yang sedang ia coba bentuk.

"Ini kaku banget sih," Mika menggerutu untuk kesekian kalinya.

Saat sedang sibuk dengan dunianya, dari arah pintu Mika di kejutkan dengan panggilan Adam yang super keras.

"Ra! Lama banget elah, itu dibawah ada yang nungguin," Adam berbicara di balik pintu kamar.

"Siapa? Tantri? Duluan ajah, kan gue ama Bang Adan!" Mika membalas dengan tidak kalah keras.

Di luar kamar Adam mendesis kesal, "Bukan, doyok!"

"Lah, siapa? Dinda? Atau Maryam?"

"bukan! Udah mending cepet turun!"
Setelah berucap sedemikian, Adam melenggang pergi, mengambil kunci motornya di atas tv lalu menuju kesekolah nya, tanpa Mika.

Mika segera mengambil tas dan memakai di pundak nya. Keluar kamar dengan berlari kecil, dan tergesa - gesa.

" Aduh maaf gue lama," Mika berbicara tanpa melihat ke arah orang tersebut, menenteng sepatutnya yang akan ia pakai.

"Iya gapapa,"

Mika membelalakan mata, dengan slowmotion ia menoleh ke arah sumber suara. Mencoba memastikan seseorang yang ia tebak sejak suara itu terdengar.

Ternyata benar, itu Hafiz dengan senyum yang selama ini jarang ia tunjukkan pada Mika, "Ini ngga mimpi kan," ia bergumam lirih. Namun, hafiz masih mendengar, ia terkekeh kemudian.

"Iyah ini gue ra," Hafiz mendekati Mika dengan wajah yang masih tidak percaya.

Hafiz terkikik geli, "Udah cepet pake sepatu nya, gue tunggu di depan,"

Mika menepuk pipinya tidak percaya, lalu mengaduh sakit kemudian.

"Ini ngga mimpi,"

Mika segera memakai sepatu nya, menghembuskan nafas demi mengurangi gugup. Saat sudah di teras rumahnya, hafiz tengah berdiri dengan ponsel di tangannya dan menyandar pada mobil yang akan ia bawa ke sekolah. Mika berdehem.

Hafiz mendongak dan mendapati Mika sudah siap dengan seragam sekolah nya.

Hafiz tersenyum untuk kesekian kalinya, "Yuk berangkat!"

Mika menganggukan kepala seraya mendekat ke arah Hafiz. Mika mencoba menahan senyum, "Kalo mau senyum, senyum ajah!" Hafiz mencoba menebak yang sedang Mika alami.

Mika merubah raut wajahnya menjadi jutek, ia menepak lengan Hafiz dengan keras, mengundang rintihan sakit oleh Hafiz. "Itu tangan tukang kuli nya? Kuat banget,"

Mike cemberut, " enak ajah! Segini tangan mulus nya," Mika mengelak.

Hafiz terkekeh geli. Ini semua seperti mimpi baginya, berhadapan dengan Mika, berangkat bersama dan bergurau bersama, hal ini yang slalu ia rindukan. Setelah sekian lama, akhirnya Tuhan menyatukan mereka kembali, dalam ikatan Teman pastinya, karena Hafiz ataupun Mika sama-sama tidak ingin pacaran di usia mereka yang masih belia.

Mika mengeryit kan kening nya bingung, ini kenapa Hafiz malah senyum senyum ngga jelas.

"Malah senyum, katanya udah telat,"

Hafiz tersadar, "Gue masih ngga percaya,"

"Sama gue juga, gue juga ngga tau kenapa lo bisa kaya gini," Mika menunduk, menatap ke bawah dengan pandangan kosong.

"Nanti juga tau, udah ayo berangkat," Mika menarik tangan Mika, namun Mika langsung meneois.

"Heh!" Tegur Mika.

Hafiz tertawa, lalu melepas tangannya pada lengan Mika, "Iyah iya, gue khilaf!"

Mika tersenyum, lalu membuka pintu mobil, duduk disana dengan pipi yang bersemu merah.

                                

                                      ~~~~

Jangan lupa Vote nya 😊😊

RASA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang