BAB 20 - ENDING

511 22 1
                                    

Lomba dimulai pukul 10 dan selesai pada pukul 11 siang. Waktu mengerjakan hanya 2 jam dan itu seratus soal. Mika sampai harus membawa minyak kayu putih agar tidak pusing - pusing banget. Sekarang lomba sudah selesai, dan ia sedang berdiri di balkon sekolah SMA NASIONAL, kebetulan balkon ini dekat dengan ruangan lomba nya.

"Mika?"

Merasa namanya dipanggil, Mika menoleh kebelakang, disana ada Leon dengan senyum nya.

"Leon? Udah selesai?"

Leon mengangguk, "Udah. Gue cariin ternyata disini."

Mika terkekeh singkat, "Iyah, gue butuh angin. Putek gara - gara soal fisika."

"Adem juga yah." ucap Leon sambil memejamkan matanya, mencoba menikmati.

Mika sempat terpanah dengan pemandangan didepan nya. Bukan, bukan pemandangan dari atas sini. Tapi melihat ketenangan yang Leon rasakan, dari samping Leon benar-benar terlihat.... Tampan.

Astagfirullah! Mika segera mengerjap kan matanya.

"Mik kenapa?" Leon bertanya heran

"Ah, ngga, ngga papa kok. Hehe."

Leon terlihat memikirkan sesuatu, ingin mengungkapkan sesuatu namun terlihat susah.

"Mik?"

Mika menoleh ke arah Leon, bertepatan dengan itu Leon menatap Mika. Pandangan mereka bertemu. Leon terpanah dengan mata teduh Mika. Perempuan ini benar-benar membuatnya nya tersihir. Seperti nya ini momen yang tepat.

"Gue suka lo."  bahkan Leon berucap dengan satu tarikan nafas.

Mika segera mengalihkan pandangan nya ke depan sana. Mencoba mencerna arti dari ucapan Leon. Suka? Leon suka padanya? Benarkah?

"Lo? Suka gue?"

Leon mengangguk. "Lo.. Gimana?"

Mika sempat tertegun untuk beberapa saat? Apa ia juga suka pada Leon? Tapi kan selama ini Mika mengangguk nya sebagai teman, tidak lebih.

"Em--- gue cuma anggap lo temen gue. Dan gue juga suka hanya sebatas teman. Sorry."
Ucap Mika.

Leon tersenyum. Apakah ia tidak sakit hati? Benarkah?

"Gue tau, kok. Lo suka Hafiz, begitupun juga Hafiz. Gue bilang gini supaya perasaan gue lega ajah. Ini nyiksa banget mik. Masalah lo gak suka sama gue apa ngga itu jawaban lo." ucap Leon penuh arti. "Gue bahagia --- kalo lo, bahagia."

Mika merasa bersalah sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi, ia tidak bisa memaksa.

"Gue.. Minta maaf. Gue yakin, lo bakal nemuin cewe yang lebih baik daripada gue kok. Lo kan ganteng, pinter, asik lagi. Pasti banyak cewek yang suka sama lo."

"Tapi lo ngga kan?" ucap Leon, lantas menoleh kearah Mika.

Mika pun menoleh mendengar suara Leon yang mulai melemah. "Maaf."

Leon terkekeh, "Serius banget sih lo. Gue ga papa kali. Melow banget."

"Abisnya lo ngomong nya dari hati banget. Gimana gue ngga merasa ---"

"Ehem!"

Suara itu membuat Mika maupun Leon menoleh ke belakang, disana telah berdiri Hafiz dengan wajah yang Cemburu, mungkin.

"Kok gue ngga diajak." ucap Hafiz. Lantas mendekat mereka dan berdiri ditengah tengah antara Leon dan Mika.

Leon menatap Hafiz kesal. "Ganggu ajah sih!"

"Lo ngapain emang?"

"Kepo lo! Udah ah, gue mau cari cecan." ucap Leon. "Bay!" lantas pergi meninggalkan Hafiz dan Mika.

Mika tersenyum geli. Lebih baik melihat Leon yang marah marah daripada harus berada dalam situasi yang baru saja ia alami.

"Gimana?" Ujar Hafiz memecah keheningan.

"Apanya?"

"Maunya apah?" goda Hafiz.

Mika menoleh bingung, "Maksudnya?"

"Kamu mah ga peka." ucap Hafiz sok imut.

"Aku - kamu? Sejak kapan?"

"Maunya apa? Sayang? Cinta?" goda Hafiz dengan senyum manisnya.

Tangan Mika bergerak mencubit pinggang Hafiz kesal. "Jijik ih."

"hahahaha.. Gimana lomba nya?"

Mika berfikir sejenak, "Alhamdulillah lancar. Kamu?"

"Lancar."

Mereka sama-sama diam. Belum memulai percakapan. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Perasaan kamu masih sama?" Pembicaraan Hafiz mulai serius.

"Kenapa emang?"

"Mau diajak nikah." ujar Hafiz ngawur.

Mika lantas melirik tajam. "Nikah. Nikah. Mau di pasung sama ayah gue lo!"

"ko jadi lo-gue lagi sih!" ucap Hafiz.

"Lo nyebelin."

Terjadi keheningan beberapa saat.

"Gue masih, akan dan terus sama dengan perasaan gue ke lo, Mik."

Deg.

"Ha? Perasaan?" ucap Mika tidak percaya.

"iyah, lo gimana? Apa saat gue udah ga disisi lo lagi, bikin lo nangis, rindu dan sakit perasaan itu berubah?"

Mika menggeleng. "Gue mencoba kuat, walaupun itu sulit. Gue pernah berfikir buat pindah sekolah, biar ga bisa ktemu lo lagi. Liat muka lo tuh bikin gue sakit, nyesek. Enek tahu ga!" ucap Mika emosional.

"Tapi, Ka Adam bilang, kalo gue lakuin itu, ngejauh dari lo, dari masalah ini, itu Artinya gue pengecut, dan gue ga suka itu. Masalah itu dihadapi, bukan dijauhi begitu ajah. Harus sabar juga, kata ibu, orang sabar itu pasti ada aja jalannya. Dan sekarang gue percaya itu. "

" Jadi?"

Mika melirik tajam," Lo daritadi ga engeh gue ngomong apah!"

Hafiz segera mengelak," Eh, ngga kok. Maksudnya gmana perasaan lo, gitu. "

" Yahh --- gitu. " Mika berbicara dengan gugup.

Hafiz terkikik." gitu gimana? "

" Lo kok nyebelin banget sih. "

"Hahahaha.. Dari dulu lo tuh ga berubah. Malu - malu bau tai kucing."

"Hafiz!!!!!" teriak Mika sebal.

                                  🍁🍁🍁🍁

Ta Da!! Akhirnya cerita Rasa udah ending.

Makasih yang udah setia baca, dan Vote juga.

Sampai jumpa..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RASA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang