BAB 3 : BERSYUKUR

558 29 3
                                    

Di perjalanan menuju kantor bersama Leon itu bagaikan artis naik panggung, jadi pusat perhatian dan tatapan beraneka ragam. Terlebih lagi Leon itu lumayan tampan, ketua futsal lagi. Udah kalo senyum matanya ilang. Yah tipe tipe orang korea gitu lah. (bayangin ajah kang Daniel)

Mika memutar bola matanya jengah. "Fans lo minta gue tabok kali yah," ucap Mika dengan kekesalan.

Leon menoleh dan terkikik. "Itu bukan fans kali, Mik."

"Bukan fans lo bilang!? Tatapan nya kaya mau nuleg gue gitu,"

"Udah liatin ajah,"

"Iyah, ntar gue sleding pala nya," ucap Mika dengan gemas sambil mengepal kan tangannya.

Leon tertawa. Memang bener bener aneh. Pikir nya.

Saat sudah sampai di depan kantor. Leon membuka pintu dan mengucapkan salam. Dan Mika mengekor di belakangnya sambil menahan gugup.

Ibu isa yang mengundang mereka pun tersenyum dan mempersilah mereka duduk. Leon dan Mika pun duduk.

"Okeh langsung ajah. Tujuan ibu manggil kalian karena Ada sesuatu yang akan ibu bicarakan, tapi ada satu orang lagi yang ibu tunggu," kata ibu Isa, tidak lupa dengan senyum nya. Beberapa menit kemudian, orang yang sedang di tunggu ibu Isa pun datang. "Oh itu dia sudah datang."

Leon dan Mika pun menoleh. Leon sudah feeling pasti dia. Dan reaksi nya hanya datar tanpa ekspresi. Sedangkan Mika diam. Ia mengalihkan pandangan kembali menuju ibu isa dengan tatapan kosong.

"Maaf bu saya telat," Hafiz mendekat dan mengambil kursi lalu duduk di sebelah Leon.

Ibu isa tersenyum. "Baik karena sudah lengkap. Ibu akan bicara tentang Lomba yang akan dilaksanakan dua bulan lagi, karena kita harus melakukan persiapan." ucap Beliau dengan serius. "Kalian akan diajukan dalam olimpiade. Hafiz dalam matematika, Mika fisika, serta Leon Biologi.
Jadi kalian bisa bersiap siap, kalian bisa belajar bersama atau melakukan tutor bersama guru Mata pelajaran yang bersangkutan. Kalian bisa mengatur jadwal untuk tutor bersama Guru dan belajar kelompok. Kalian bisa rembukan ini bersama, dan besok ibu akan terima hasil kalian yang kalian tentukan sendiri. " lanjut ibu isa memberi tahu.

" Kalo kita belajar sendiri tanpa berkelompok boleh, bu? "itu pertanyaan dari Mika.

"Kalian harus berkelompok. Karena itu bisa meningkatkan solidaritas kalian masing masing. Semua itu ada manfaatnya Mika."

Mika hanya menanggapi dengan anggukan dan senyuman.

"Baik bu. Kami akan serahkan hasilnya besok," Ucap Leon.

"Sudah tidak ada yang bertanya?"

Mereka menggeleng serentak. "Okeh. Kalian boleh kembali ke kelas dan belajar seperti biasa. Besok ibu tunggu," kata ibu isa tak lupa dengan senyum nya.

Mereka menyalami ibu isa dan pergi untuk ke kelas masing-masing. Mika mendahului mereka dengan langkah lebar. Meninggalkan rasa heran dihati Leon.
Mika kenapa?

Leon pun membiarkan Mika berlalu dengan rasa heran nya. Hafiz muncul di samping Leon dan bertanya sesuatu yang membuat Leon mengerutkan kening. "Pacar Mika?

" Bukan urusan lo, "jawabannya dengan ketus.

" Gue juga ngga peduli sih. Cuma mau bilang lo cocok, " Hafiz menepuk pundak Leon dan melenggang pergi. Tanpa Leon tau hatinya teriris mengucapkan kalimat kalimat itu.

" Sinting. " ucap Leon dengan sinis. Leon pun berbelok menuju kelas nya.

*****

Mika benar-benar gugup. Tangan nya mengepal dan langkah sangat buru buru.
Tanpa mempeduli kan jalan Mika terus melangkah tek tentu arah. Dan sampai lah Ia pada taman belakang sekolah.

Jantung nya berdegub kencang, matanya merah menahan air mata.

Lalu Mika pun menuju bangku kosong dibawah pohon. Ia duduk dan memejamkan matanya, mencoba menahan sakit yang terus menerpa nya. Inilah kenapa Mika slalu berbalik arah bila bertemu dengan Hafiz. Inilah kenapa Ia tidak bisa membuka hatinya untuk yang lain. Perasaannya terlalu kuat.

Mika menutup wajahnya dengan hijab segi empat nya. Terus menangis.

"Ira?" Mika mendengar namanya dipanggil. Ia pun mendongak dan menemukan kakaknya Adam menatap nya heran.

Mika segera menunduk menghindari tatapan ingin tahu Adam sambil sesekali membersihkan bekas air mata nya.

Adam pun duduk disamping Mika. " kenapa lagi? Ngapain disini? Ngga takut? ini sepi loh ra?" Adam bertanya tanpa henti. Ia khawatir pada adiknya. Sama halnya dengan Maryam, Dinda dan Tantri. Keluarga Mika memanggil dengan nama Ira.

"Emm.. Ngga papa bang. Mika cuma pengen sendiri ajah." Balas Mika berbohong. "Kalo abang ngapain disini?"

Deg. Adam harus jawab apa? Apa Ia harus berbohong. Kalau tahu Adam disini habis Bolos pelajaran? Pasti Mika akan mengadu pada ibunya.

Mika pun merasa aneh dari perubahan raut wajah abang nya ini. Apa dia menyembunyikan sesuatu? Abang nya kan badboy. Ah, apa dia bolos pelajaran lagi?

Mika memicingkan matanya. Kemudian tangannya bersedekap dengan wajah di naikan. Bersikap angkuh. "Abang bolos pelajaran nya?" ucap Mika sambil menuding Adam.

"E.. Engga lah. Ngaco ajah lo ra,"

"Ah. Ira bilangin sama ibu ah. Gimana nya reaksi ibu kalo denger abang bolos lagi. Pasti hukuman nya lebih berat." Mika mengancam Adam dengan senyum jahil nya.

"Aduh, jangan dong dek. Kamu mau apah abang beliin deh. Oh!! Kamu tadi minta novel softek nya, yaudah deh abang beliin. Asal jangan bilang bilang ibu nya," adam merengek, persis seperti anak kecil minta es krim.

Adam kalau sudah memanggil Mika adek pasti ada maunya. Emang dasar laknat.

"Ih," Mika memukul lengan Adam gemas.

"Aduh!? Kok dipukul sih ra!?" Adam mengaduh kesakitan.

" Abang sih!? Itu namanya novel Protec, novel kesukaan aku. Enak ajah di plesetin gitu. Mau aku bilang sama penulisnya!?"

"Yahh maaf typo. Udah nanti abang beliin. Tapi inget jangan bilang - bilang,"

Mika tersenyum senang. Akhirnya Novel impian nya terbeli juga. Mika pun berdiri.

"Makasih abang. Yaudah yuk masuk kelas,"
Ia menarik tangan Adam dan memeluk lengan nya.

Adam pun ikut berdiri. Mengacak rambut Mika gemas. Di sepanjang koridor mereka berpelukan dan Mika bercerita hal yang tadi barusan Ia alami. Tentang Lomba Fisika dan Hafiz.

Ia bersyukur mempunyai kakak seperti Adam.

Trimakasih Ya Allah. Gumamnya dalam hati.

                                        😻😻

Vote 🙏💙
Baca sampe akhir nya 😊😘
Trimakasih

RASA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang