BAB 11 : PINGSAN

337 19 0
                                    

Adzan subuh sudah berkumandang sejak dua puluh menit yang lalu. Namun Mika belum juga terbangun dari tidur lelapnya.
Rasanya Ia sangat lelah, tubuhnya ambruk.

Tanpa Mika ketahui, Adam memasuki kamar Mika dengan langkah kecil. Bertujuan agar tidak menimbulkan suara. Ia membuka pintu lalu masuk seraya menyalakan lampu agar terlihat lebih terang. Lalu menunggu reaksi adiknya yang masih bergelut dalam dunia mimpi.

Mika mengerang. Merentangkan tangan ke kanan dan kiri. Matanya menyesuaikan cahaya yang ia tangkap. Perlahan membuka mata.

Lelah? Sudah pasti. Ia baru tertidur tepat jam dua pagi. Itu karena hafiz yang tiba-tiba memberi pesan selama dua tahun lamanya.

Ia mencoba membuka mata, saat sudah terbuka sempurna, Mika mengerjap kan matanya dan menjumpai kakaknya, Adam berdiri dengan wajah datar. Sejak kapan Adam di situ? Batin Mika.

"Ada apah si bang? Kenapa lampu nya dinyalain!" ucap Mika kesal. "Matiin lagi, gue masih ngantuk," Mika kembali berbaring dan menarik selimut nya.

Adam mendekat lalu secara spontan menarik selimut Mika. "Bangun woy! Udah subuh. Ibu sama ayah udah nungguin lo bege! Cepet!" Perintah Adam.

Mika refleks membuka mata. Mengecek jam alarm di samping nya, lalu terkejut.

Jam lima pagi. Ia sudah sangat telat.

Mika segera berlari menuju kamar mandi, meninggalkan Adam dengan rasa kesal yang sudah sampai ubun - ubun.

" Untung adek sendiri lo, ra!" Adam mendengus kasar. Lalu keluar untuk sholat subuh jamaah.

                                   ~~~~~~~~~

Tepat jam setengah lima pagi Hafiz tersadar dalam lamunan nya.

Setelah mengirim Mika pesan, hafiz kepikiran sampai2 ia sangat susah tertidur. Kejadian singkat dimana hafiz menanyakan tentang jadwal, padahal Ia sudah mengetahui nya.

Dan ucapan Good night yang ia juga kirimkan. Ia memang bodoh, dengan gampang nya meruntuh kan dinding yang selama ini Ia pertahankan. Ia mengacak rambut nya frustrasi.

Hafiz kemudian berdiri, memungut gelas kopi dan cemilan keripik yang ia habiskan dalam semalam bersama dinginnya angin malam.

Ia membuang bungkus keripik dan mencuci gelas bekas kopi. Menuju kamar mandi dan segera bersiap sholat subuh.

                                  ~~~~~~~

Pagi ini, cahaya matahari bersinar terang. Memancarkan cahaya di setiap penjuru dunia, memberikan kehangatan pada setiap insan manusia.

Tapi tidak dengan Mika.

Sekarang jam 6 : 45 dan Ia masih dalam perjalanan ke sekolah. Sudah panas, berdesak desakan dan yang paling parah ia terjebak macet.

Sesampainya di sekolah Ia berlari menuju tangga dengan seganap tenaga nya, perut nya keroncongan minta di isi. Namun sekarang sudah masuk, terlihat dari koridor yang sudah sepi. Ia melangkah gontai menuju tangga . Di sertai peluh di pelipis nya.

Menaiki tangga dengan perasaan gundah.

Tanpa ia duga, kepalanya tiba-tiba dilanda pening. Mika berpegangan pada pembatas tangga.

Ia sudah tidak kuat menahan bobot tubuhnya. Ia siap terjatuh dan masuk rumah sakit dengan keadaan kepala bocor. Ia memejamkan mata demi mengurangi pening. Namun nihil. Mika pasrah.

Namun, dari arah samping, badannya seperti di rengkuh hangat dengan penuh perasaan.

"Lo ngga papa?" ucap hafiz dengan nada berbisik. "maaf, gue pegang lo." Lanjut nya tanpa melihat ke arah Mika.

Mika menoleh. Penglihatan nya buram, ia mengerjap demi melihat siapa yang telah menolong nya.

Namun, penglihatan nya sudah berkunang dan beberapa detik kemudian gelap.

Mika pingsan.

                                        ~~~~~

Di uks.

Mika membuka mata nya perlahan, berusaha menyesuaikan cahaya di ruangan bernuansa putih tersebut. Bau khas obat - obatan tercium hidung mungil nya.

Mika berusaha bangun dari posisi berbaring nya. Namun kepalanya semakin sakit.

Mika menyentuh kepalanya. Lalu, Menyipitkan mata, demi mendapati seseorang yang tengah berdiri, menatap Mika dengan wajah yang terlihat khawatir.

Mika mengeryit heran. Ia melupakan segala kejadian yang telah Ia alami beberapa jam lalu.

Mika memejamkan mata, berusaha mengingat. Lalu membuka matanya kembali.

Tiba-tiba Uluran tangan mengarah padanya.

"Obat sakit kepala." ucap nya singkat.

Mika mengerjap. Tubuhnya menegang setelah mengenali siapa pemilik tubuh kurus tinggi itu. Secara perlahan asupan oksigen di ruangan itu berkurang.

"Ini juga roti, tadi mbak Tina ngasih ini. Katanya, dimakan sebelum minum obat," memberikan roti berisi coklat ke arah Mika.

Nada bicara nya terdengar datar. Namun di lubuk hatinya tersirat perasaan khawatir luar biasa.

Hafiz juga segera mengubah raut wajah khawatir nya menjadi datar.

" Iyah makasih." Mika menerima obat serta roti yang di tujukan untuk nya. Lalu berterima kasih.

Hafiz diam. Memandangi wajah Mika yang terlihat pucat.

Bibir yang biasanya berwarna cerah kini redup begitu saja. Wajah putih mulus nya berubah warna menjadi abu abu pucat. Terlihat lingkaran hitam di bawah matanya, menambah kesan sakit. Ia terus menatap Mika, sekarang Ia tidak peduli jika harus di ejek belum bisa moveon oleh Rafi dan Ilham. Yang ia inginkan hanya menatap Nadinya. Dengan segala penyesalan yang menumpuk di hatinya.

Sedangkan Mika, ditatap sedemikian rupa membuat pertahanan nya runtuh. Namun Ia kembali teringat pada janji nya pada seseorang.

Mika mencoba meminum obatnya dengan tenang. Mengalihkan pandangan ke arah jendela uks yang mengarah langsung pada lapangan futsal.

Setelah selesai, Ia menaruh gelas di meja samping ranjang yang sedang Mika tempati. Namun karena meja terlalu jauh dari posisi nya, Ia memajukan badannya, namun tetap saja tidak sampai.

Pandangan di depannya membuat hafiz risih. Ia memutar bola matanya jengah, ia mengambil alih gelas dari tangan Mika dan menaruh nya pada meja di samping nya.

"Kalo mau minta bantuan bilang ajah," Ucap hafiz.

"Gue bisa sendiri," balas Mika. "Gue mau ke kelas!" Mika mencoba turun dari ranjang uks. Kembali ke kelas nya.

"Yaudah." balas Hafiz seadanya. "gue duluan," Hafiz melangkah kan kakinya keluar uks dengan mood yang tidak baik.

Sedangkan Mika diam. Menatap kosong ke keramik uks. Airmata nya jatuh tanpa Izin nya. Namun segera Ia mengusap dengan kasar. Menguat kan hatinya. Dan untuk yang sekian kalinya.

                                   😻😻😻

Jangan lupa Vote And trimakasih banyak yang udah mau baca 🙏💙

RASA(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang