Keesokan harinya, pelajaran berlangsung dengan baik sampai jam ke-7. Para guru mengadakan rapat, sementara semua kelas berada pada jam kosong.
"Eh, gimana?" tanya Jenniper.
"Maksud lo?" Luisa malah balik tanya.
Jenniper pun menghela nafas kasar.
"Kita mulai sekarang atau nanti?" tanya Jenniper lagi.
"Maksud lo itu apaan sih?" sahut Shafira.
"Iya nih, maksud lo itu acara apa?. Gue gak ngerti" sungut Mella.
Jenniper pun melotot dan menetralkan deru nafasnya karna dia hampir saja marah-marah, namun menahannya.
"Ulang tahun Zulfa" jawab Jenniper mantap.
"Siapa yang ulang tahun?" Hanif pun bertanya kalau dia baru datang ke kelas setelah makan di kantin.
"Sssttt, lo bisa diem gak sih. Zulfa ulang tahun, dan kita mau ngerayain" ujar Luisa.
"Emng kalian udah beli kue?" tanya Hanif lagi.
Luisa dan Jenniper geram karna Hanif gak bisa pelan kalau bicara.
"Muka lo merah" ujar Isa.
"Lo sakit ya?" tanya Hanif yang merasa tak bersalah.
"Lo bisa pelan gak kalau bicara?" tanya Shafira karna Hanif bicara dekat telinga Shafira.
"Bodo amat" balas Hanif.
"Udah-udah, bukannya bahas acara. Malah ngobrol sendiri!" tutur Mella.
"Trus gimana nih acara?" tanya Fenita.
"Yha gitu deh" jawab Jenniper.
"Disini kita yang gila, apa Jenniper dari tadi bertele-tele kau ngomong?" tanya Mella.
"Dua-dua nya bener Mel" jawab Luisa mantap.
"Aduhh duh, model secantik gue gak boleh gila tau" celetuk Shafira.
Semua pun memandang Shafira.
"Kenapa kalian mandang gue gitu?, gue tau gue cantik" Shafira yang paling percaya diri.
"Hueekk!!" Semua pun memperlihatkan ekspresi muntah-muntah.
"Ondel-ondel gak ada yang cantik, lo aja gak nyadar kalau ondel-ondel jelek" cibir Hanif.
"Setuju tuh" sahut Luisa.
"Kita itu bahas apaan sih, tadi ulang tahun, lalu Hanif yang ngomong di telinga Shafira. Sekarang malah ondel-ondel, gue bingung deh. Kita kyak nya emng udah gila beneran" ujar Isa.
"Lo aja kali" tunjuk Luisa, Hanif, Jenniper dan Shafira barengan.
Kedua mata Isa pun langsung melotot layaknya mau jatuh dari kepalanya.
"Jadi kita mulai gak?" tanya Anisa.
"Apanya?" Jenniper balik tanya.
"Jenniper!" teriak semuanya barengan.
"Apaan sih, kalian nge fans sma gue?" Jenniper bingung.
"MULAI NGERAYAIN ACARA ULANG TAHUN ZULFA, SE-KA-RANG!" Luisa pun mengatakan semua kata penuh penekanan.
"Ohh, maka nya kalian bilang donk. Buat orang bingung aja" jawab Jenniper.
"TERSERAH LO!" semua berteriak barengan.
Semuanya pun membagi tugas, setengah dari mereka menghias wadah seperti piring dengan sebuah krim pink. Yang tersisa pun membawa Zulfa keluar kelas.
Setelah itu, Zulfa di bawa masuk lagi ke kelas.
Dan Bugg..
Piring plastik yang bertulisan Happy Birthday Zulfa .N.A itu langsung di lempar ke muka Zulfa.
Alhasil semua lempar-lemparan krim, kecuali Shafira yang gak mau main krim. Nanti make up nya bisa rusak, maklhum lah. Model ondel-ondel.
Semua menampakkan ekspresi bahagia, apalagi Zulfa. Dia begitu bahagia karna ulang tahunnya dirayakan oleh teman sekelasnya walau tak memakai kue tart.
Saat semua wajah dan baju mereka menjadi pink, mereka ke kamar mandi. Dan saat mereka sedang cuci muka, tak disangka ulah mereka ketahuan oleh guru kedisiplinan yaitu bu Nurkhayati yang tak sengaja lewat depan kamar mandi siswa-siswi dan mengetahui kalau banyak murid berada di dalam kamar mandi.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya bu Nurkhayati.
Semua pun menoleh ke sumber suara, dan begitu terkejutnya wajah bu Nurkhayati.
Dia benar-benar terkejut dengan wajah para murid VII B yang sudah berwarna pink semua.
Tapi itu tak masalah, yang jadi masalah. Seragam putih mereka juga ternodai.
"Semua cepat bersih kan wajah kalian dan ikut saya ke kelas kalian!" perintah bu Nurkhayati dengan sedikit membentak.
Setelah bu Nurkhayati pergi dari kamar mandi, dan masuk ke kelas VII B. Semua anak yang ada di kamar mandi mengumpat kesal.
"Aisshh, menyebalkan sekali sih guru itu" umpat Hanif.
"Lo bener, mentang-mentang guru kedisiplinan. Sukanya marah-marah trus kyak Luisa" Krisna juga ikut mengumpat.
Sementara yang merasa namanya disebut langsung menoleh ke Krisna.
"Apa lo liat-liat, gue tau gue tampan. Isa aja mengakui kalau gue tampan" PD Krisna.
"Hueek, apaan sih lo Kris. Muka kyak selokan gitu di bilang tampan. Oppa-oppa Kore lebih tampan dari lo" sahut Isa.
"Kalau oppa-oppa Kore lebih tampan dari gue lo salah, karna muka oppa Korea lo itu mirip Dio. Masa sih lo bilang gue gak tampan, gue itu laki-laki paling tampan di kelas. Kemana aja lo gak tau ketampanan gue, di telan bumi kah?" tanya Krisna.
"Susah ya ngomong sama muka selokan, udah deh. Gue diem aja, males gue debat sama lo" jawab Isa.
Krisna pun tak menggubris.
Kebetulan toilet siswa-siswi itu sebelahan.
"Mereka lagi kasmaran ya?" tanya Hanif ke Luisa.
"Kyak nya sih gitu" jawab Luisa.
"Hei, ayo ke kelas. Nanti tuh guru bentak-bentak lagi kalau nunggu lama" ajak Ratih.
Mereka pun mengangguk dan menuju kelas, di kelas mereka seperti di introgasi.
Bu Nurkhayati memberi tatapan mengintimidasi pada seluruh siswa-siswi VII B.
"Siapa wali kelas kalian?" tanya bu Nurkhayati.
TBC ...
VOTE DAN COMENTNYA YA.
SAYA MAU BILANG, 90 PERSEN DARI CERITA DIATAS ITU ASLI DAN NYATA YANG PERNAH KELAS SAYA ALAMI BEBERAPA BULAN LALU. YANG BERBEDA HANYA LAH SEBAGIAN KATA-KATA YANG PERNAH DIUCAPKAN.
OHH YA ULANG TAHUN NYA ZULFA .N.A TANGGAL 27 FEBRUARI. YANG MAU NGUCAPIN BOLEH LOH, WKWKWK.
TRUS IKUTI KELANJUTANNYA YA REIDERS.
KAMU SEDANG MEMBACA
VII B Kelas Pembuat Onar
Non-FictionKisah nyata, tapi sebagian karangan sendiri. Menceritakan tentang anak-anak penghuni kelas VII B, yang seluruhnya mempunyai sifat yang sama. Pembuat onar itulah julukan yang tepat bagi kelas itu, hingga para guru geleng-geleng kepala dibuatnya.