Chapter 13

48 5 0
                                    

Keesokan harinya pukul 07:12 WIB.

"Dasar anak kadal!" teriak Kisma.

Mendengar itu, Hanif langsung memasukkan tas Kisma kedalam tong sampah yang ada di depannya.

Hanif tak peduli dengan tatapan tajam dari Kisma.

"Tuh anak pagi-pagi udah bertengkar aja sih!" kesal Luisa yang merasa terusik saat ia sedang membaca komiknya.

"Gue juga, kita ke perpustakaan aja yuk?" ajak Shafira yang juga merasa terusik.

Luisa pun mengangguk, dan baru beberapa langkah mereka berjalan. Dari belakang Isa sudah meneriaki nama mereka berdua.

"Luisa!, Shafira!" panggil Isa.

Yang namanya merasa dipanggil pun menoleh ke belakang.

"Mau kemana?" tanya Isa.

"Perpus, lo mau ikut?" balas Shafira.

"Boleh." jawab Isa.

Di perpustakaan pun mereka bertiga membaca buku dengan tenang, damai dan tentram tanpa gangguan teriakan Kisma dan Hanif.

"Serrkk!" suara itu mampu membuat ketiga anak tadi penasaran.

"Itu suara apaan ya?" tanya Isa.

"Mana gue tau!" jawab Luisa.

Mereka pun mencari dimana sumber suara itu, dan mereka mememukan Dio sedang tidur di pojok perpustakaan.

"Beneran tadi nih anak absen, ternyata tidur disini!" ujar Isa.

"Apa jangan-jangan kalau siswa VII B ada yang absen itu karna tidur disini?" tanya Shafira.

"Kemungkinan sih gitu." jawab Luisa.

"Lucu juga yah, jam kosong. Mereka pada absen dan milih tidur disini." pikir Shafira.

"Otak siswa di kelas kita kan kurang waras semua!" ujar Isa.

"Nah, lo bener tuh. Semuanya gak waras, terutama si Hanif tuh!" sahut Luisa.

"Secara gak langsung, lo nyebut diri lo itu gak waras Luisa!" ujar Isa.

Mata Luisa pun langsung mendelik ke arah Isa.

"Kan lo tadi bilang, 'semuanya gak waras terutara si Hanif." jelas Isa.

"Hihh, ngomong sama kalian bikin gue laper. Kita ke kantin yuk?" ajak Luisa.

Isa dan Shafira pun menggeleng.

"Gue belum baca sekata pun dari buku ini." tolak Isa sambil menunjukkan buku berjudul 'LASKAR PELANGI'.

"Gue juga belum baca apapun, jadi lo sendiri aja ok?" Shafira pun juga ikut menolak.

Luisa pun mengangguk pasrah sambil melangkahkan kakinya keluar perpustakaan.

"Dasar payah, punya temen kyak punya anak ayam aja!" umpat Luisa di tengah jalan.

"Siapa?" tanya seseorang yang sekarang sudah berjalan seiringan dengan Luisa.

"Shafira sama Isa lah, masa ya lo!" balas Luisa.

"Oh!, traktir gue donk. Uang saku gue ketinggalan nih?" mohon orang itu yang tak lain adalah si pembuat onar Hanif.

"Boleh, tapi ada syaratnya. Lo gak boleh minta traktir lagi sama gue selama-lamanya!" jelas Luisa.

Hanif pun menggangguk pelan.

Mereka pun berjalanan menuju ke kantin, hening. Suasana itulah yang terjadi saat itu, karna Luisa jalan duluan dan Hanif mengikuti seperti body guard dari belakang.

"Lu Han!" panggil Jenniper dari belakang.

Sontak Luisa dan Hanif pun menoleh ke belakang, terlihat Jenniper sedang menuju ke arah mereka.

"Kok lo tau sih?" tanya Luisa heran.

"Yha tau donk, apa yang Jenniper ini gak tau!" sombongnya.

"Lu Han itu apaan?" tanya Hanif.

"Lu Han itu.." belum sempat Luisa menyelesaikan kalimatnya, Jenniper sudah memotongnya.

"Masa lo gak tau sih?" potong Jenniper.

Hanif menggeleng, terlihat Jenniper menghela nafasnya sebelum bicara.

"Lu Han itu singkatan dari Luisa dan Hanif." jelas Jenniper.

Pletakk..
Pletakk..

Dua jitakan lolos ke kepala Jenniper, Hanif dan Luisa pun geram mendengarnya.

"Yakk, sakit tau!" teriak Jenniper.

"Lu Han itu bias gue dulu di EXO, malah Luisa Hanif. Gak ada hubungannya tau, pasti lo tau nama itu dari postingan fb gue?" tanya Luisa.

Jenniper mengangguk sambil mengusap kepalanya yang sakit.

"Heii, ada berita hot!" teriak Gysta dari kejauhan.

"Apa?" tanya mereka bertiga bersamaan saat Gysta sudah berada di depan mereka.

TBC...

VOTE DAN COMENTNYA...

MAAF UNTUK SEGALA TYPO..

SEE YOU NEXT CHAPTER...

VII B Kelas Pembuat Onar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang