"Gak ngajak-ngajak sih?" cibir Gysta.
"Kalau kita ngajak lo, lo pasti gak akan kebagian tuh mie." jawab Luisa.
"Loh, kok bisa?" Gysta bertanya lagi.
"Yha iya lah, si Ratih makannya paling banyak. Rakus amat!" balas Jenniper.
Sementara Ratih pun cuman cengar-cengir sambil mengacungkan kedua jempolnya.
"Haniff!, lo bisa diem gak sih?" teriak Kisma.
Semua pasang mata pun memandang Hanif dan Kisma.
"Lah, tuh anak belum kelar juga debatnya?" pikir Luisa.
"Bener tuh, lama banget kalau debat?" tanya Shafira.
"Udah, kita gak usah ikut-ikutan. Bisa-bisa nanti kita yang diganggu Hanif!" cegah Luisa.
Semua pun mengangguk.
"Kembaliin pensil gue?" teriak Kisma.
"Bodo amat, traktir gue dikantin dulu!" pinta Hanif.
"Traktar traktir muka lo apa?, uang gue udah habis!" bohong Kisma.
"Gak peduli!" balas Hanif.
Ctakk..
Pensil faber casstel itu sukses Hanif patahkan hanya dalam hitungan detik.
"Dasar anak kadal!" geram Kisma.
Muka Hanif pun langsung merah, enak aja dikataain anak kadal.
"Kurang ajar lo!" bales Hanif.
Terjadilah aksi tarik-menarik rambut dikelas itu, dan bukannya melerai. Semua siswa malah menonton aksi itu dengan tawa gak jelas, itulah salah satu ciri penghuni kelas VII B.
"Tuh anak kok kyak Palestina sama Israel ya?" tanya Jenniper.
"Haha, bener lo. Hanif yang Israel, Kisma yang Palestina!" jawab Luisa.
"Kasihan juga si Kisma, tiap hari diganggu Hanif." Ujar Gysta.
Pandangan semuanya pun beralih ke Gysta, sementara Gysta hanya menatap mereka heran dan mengerutkan dahinya.
"Kenapa kalian pada mandang gue gitu?, gue tau kalau gue itu lucu dan imut!" aura kepedean Gysta pun muncul.
"Gak, bukan itu. Kita bingung aja, tumben lo kasihan sama Kisma?" Ratih pun bertanya.
"Kita itu makhluk sosial, dan harus saling tolong-menolong. Apa salahnya kalau gue kasihan trus nanti nolong Kisma, kan makhluk sosial!" jawab Gysta.
"Mulai dah ceramahnya!" cibir Shafira.
Gysta pun cuman cengar-cengir.
"Gys, lo kok tambah hitam sih. Semenjak ikut pramuka?" tanya Jenniper sambil memamerkan kulit putihnya.
"Enak aja lo bilang gue hitam, tapi menurut gue gak papa kalau kulit gue hitam gara-gara pramuka. Karna hitam gara-gara pramuka itu manis!" jawab Gysta.
"Manis, semanis gula di toples dapur sekolahan!" sahut Luisa.
"Hahahaha!!" tawa Isa, Shafira, Ratih dan Jenniper pun pecah.
"Kenapa, kalian iri ya kalau gue manisnya kyak gula di toples dapur sekolahan?" tanya Gysta.
"Bukan itu masalahnya, tapi waktu kita di dapur sekolahan. Toples buat tempat gulanya kosong!!, hahaha!" semua tak bisa menahan tawanya.
Sementara Gysta sudah kesal dengan mereka, dan lebih memilih keluar kelas untuk mencari udara segar. Dari pada di kelas sama orang yang gak peka.
"Yah, si Gysta marah tuh?" tunjuk Isa.
"Bodo amat, kan yang penting dia tau dimana kesalnya. Gue yakin pasti balik lagi!" jawab Luisa.
"Bener tuh!" sahut Ratih.
TBC..
VOTE DAN COMENTNYA YA..
SEBAGIAN KISAH NYATA, TERLEBIH LAGI SAAT HANIF SAMA KISMA BERTENGKAR...
YAH, MEREKA MEMANG SEPERTI ITU DI KEHIDUPAN NYATA..
GAK TAU BANGET SIH KENAPA HANIF SUKA BANGET NGERJAIN KISMA, TAPI YANG AKU TAU. ITU SURGA DUNIA BAGI HANIF..
SEE YOU NEXT CHAPTER GUYS..
KAMU SEDANG MEMBACA
VII B Kelas Pembuat Onar
Non-fictieKisah nyata, tapi sebagian karangan sendiri. Menceritakan tentang anak-anak penghuni kelas VII B, yang seluruhnya mempunyai sifat yang sama. Pembuat onar itulah julukan yang tepat bagi kelas itu, hingga para guru geleng-geleng kepala dibuatnya.