Hanif menatap Kisma dengan tatapan tajam, seperti Kisma adalah makanan siap santap bagi sang singa yang kelaparan.
"Eh, gue mau ke kamar mandi dulu ya?" ijin Luisa sambil memberi kode agar Shafira ikut.
Seolah mengerti Shafira pun ikut berdiri.
Mereka berdua meninggalkan Hanif dan Kisma yang sekarang beradu mulut, tapi yang jelas dan pasti. Hanif lah pemenangnya.
"Males gue liat mereka berantem terus tiap hari!" ujar Luisa.
"Lo pikir cuman lo ap?, gue hampir budeg gara-gara mereka." Shafira menambahkan.
"Eh, ngomong-ngomong si Isa tadi kemana ya?" tanya Luisa.
"Gak tau, lo mau ngajak gue nyari tuh anak?" Shafira malah balik nanya.
Luisa mengangguk.
Mereka berdua pun mencari Isa keseluruh penjuru sekolahan, tapi tak kunjung ketemu.
Isa yang biasanya ke perpustakaan pun tak ada disana karna perpustakaan tutup.
"Kemana sih tuh anak, kyak di telan bumi aja?" kesal Shafira sambil celingukan nyari batang hidung Isa.
"Kita coba cari di dapur aja, siapa tau dia ada?" ajak Luisa.
"Yha udah ayo!" balas Shafira.
Di SMPN 2 KAUMAN memang memiliki dapur di samping LAB.IPA, biasanya para guru suka membuat teh disana.
"Lo ngapain disini?" tanya Luisa.
"Jadi lo baca buku di dapur sekolahan, pantesan gue sama Luisa cari lo kemana-mana gak ketemu. Ternyata disini!" Shafira menyimpulkan.
"Baca buku sih baca buku, tapi ya jangan di dapur!" pinta Luisa.
"Loh, emng kenapa?" tanya Isa.
"Sekolah ini punya taman, jadi baca buku di taman lebih sejuk dari pada disini." balas Luisa.
"Gak mau ahh, disana banyak anak laki-laki nongkrong sama nge gosip!" jawab Isa.
Shafira pun geleng-geleng kepala dibuatnya, niat Isa emng baik yaitu baca buku di dapur sekolahan.
Tapi Shafira sama Luisa capek sama kesal nyarinya.
"Eh disini ada mie apa gak?" tanya Ratih sama Jenniper barengan yang baru datang ke dapur.
"Lo mau masak mie?" Luisa malah balik tanya.
"Iya nih, gue laper banget. Males gue ke kantin, menu nya itu-itu aja!" jawab Ratih.
"Mungkin ada, coba lo liat!" sahut Shafira.
Ratih dan Jenniper celingukan mencari mie, dan akhirnya mereka menemukan 3 bungkus mie.
"Mantap jiwa, gue mau masak mie ahh. Mumpung para guru lagi rapat." ujar Jenniper.
"Yakk, bagi-bagi donk?" tanya Shafira.
"Bener tuh!" tambah Luisa.
Akhirnya mereka berlima pun memasak 3 mie tadi, dan makan siang sama-sama.
"Aduh, gue kenyang banget nih." ujar Ratih sambil megang perutnya.
"Yha iya lah kenyang, lo kan makannya paling banyak diantara kami!" cibir Luisa.
"Bener tuh, kita makannya pakai sendok. Kan agak kesulitan, lha lo main nyerbu aja pake tangan!" tambah Jenniper.
"Hahaha, yang penting itu kenyang nya." jawab Ratih sambil tertawa terbahak-bahak.
Sementara yang lainnya menatap Ratih dengan tatapan kesal, tapi tk dipedulikan oleh Ratih.
"Ya udah, ayo ke kelas. Siapa tau bu Susilowati udah dateng ke kelas buat ngajar matematika?" ajak Isa.
"Oke ayo." jawab semua serentak.
Mereka pun pergi ke kelas, ternyata tuh kelas masih ramai kyak pasar pindah.
"Tuh guru belum dateng?" tanya Luisa ke Gysta.
"Belum, malah gak bakal dateng. Rapat katanya." jawab Gysta sambil senyum karna senang mapel matematika kosong.
"Asyikk!" teriak Ratih.
"Kalian dari mana?" Gysta pun bertanya karna tak sengaja melihat bibir Ratih yang memerah seperti habis makan pedas.
"Makan." jawab Shafira singkat.
"Dimana?, kantin?. Kok gak ajak-ajak sih?" tanya Gysta bertubi-tubi.
Mereka semua menggelengkan kepala pelan.
"Makan mie di dapur sekolahan!" jawab Ratih.
"HAHH!!" teriak Gysta.
TBC ...
VOTE DAN COMENTNYA YA...
SETELAH CERITA INI END, AUTHOR BAKAL UPDATE CERITA HOROR LAGI..
KAMU SEDANG MEMBACA
VII B Kelas Pembuat Onar
NonfiksiKisah nyata, tapi sebagian karangan sendiri. Menceritakan tentang anak-anak penghuni kelas VII B, yang seluruhnya mempunyai sifat yang sama. Pembuat onar itulah julukan yang tepat bagi kelas itu, hingga para guru geleng-geleng kepala dibuatnya.