Chapter 5

79 8 4
                                    

"Pak Slamet Prihandono!" jawab semua murid dengan teriakan masing-masing.

Bu Nurkhayati terlihat membuang nafas kasar.

"Jika seragam kalian kena noda pink seperti itu, apa bisa hilang?" tanya bu Nurkhayati.

"Bisa bu, tinggal di rendam sama detergen" jawab Jenniper.

"Saya akan melaporkan ini pada pak Slamet, agar wali kelas kalian saja yang menangani masalah ini. Buat pusing kepala saya saja" geram bu Nurkhayati sambil memijat pelipisnya dan berjalan keluar kelas.

Setelah sekitar 2 menit, ganti pak Slamet yang masuk kelas VII B.

"Kalian ini, buat onar saja. Seharusnya kalau merayakan ulang tahun beli saja kue tart, lalu di makan bareng-bareng. Kalau kalian gak suka makan kue tart, berikan saja ke saya. Pasti saya makan" ujar pak Slamet.

"Loh!, kami yang rugi pak" protes Hanif.

"Ya kalau kalian gak suka, trus siapa yang beli krim nya?" tanya pak Slamet.

Jenniper pun mengacungkan tangannya.

Terlihat pak Slamet sedang mengatur emosi.

"Trus gimana cara bersih in seragam kalian itu?" tanya pak Slamet.

"Semua guru kok tanya, di rendam sama detergen lah pak" cibir Hanif.

"Kamu ini gimana sih, kalau gak tau itu ya tanya" jelas pak Slamet.

Setelah pak Slamet pergi dari kelas VII B, ganti bu Susilowati yang masuk ke kelas itu.

"Ya ampun, kalian ini slalu saja buat onar. Jangan gitu trus, kalian itu harus fokus belajar" tutur bu Susilowati.

"Kami gak buat onar bu, kami ngerayain ulang tahun" jawab Hanif.

"Nif, lo kalau di nasehatin orang tua jangan jawab terus. Nyinyir aja tu mulut" tegas Luisa.

"Iya Luisa bener tuh, sedari tadi cuman lo yang jawab trus" Isa juga ikut menyaut.

"Bodo amat" balas Hanif.

Bu Susilowati pun hanya menghela nafas sabar, dia itu contoh guru yang gak bisa marah-marah seperti guru yang lain. Kemungkinan guru yang paling sabar.

Setelah bu Susilowati keluar ganti pak Mifta yang masuk.

Mungkin pak Mifta juga ikut menasehati siswa-siswi VII B, walau dia tak mengajar kelas itu.

"Sebenarnya ini itu ide siapa?" tanya pak Mifta.

Semua diam tak menjawab.

"Loh, saya ini bertanya pada kalian. Kenapa diem aja?" pak Mifta sedikit emosi.

Semua siswa-siswi VII B langsung menunjuk teman mereka satu sama lain.

Pak Mifta yang melihatnya pun sedikit pusing, sebenarnya disini siapa sih yang salah. Bingung liatnya.

"Bisa-bisa saya serangan jantung ngurusin kalian" ujar pak Mifta, tapi dengah nada sedikit bercanda.

Semua pun hanya memandang pak Mifta dengan tatapan datar.

"Ahh sudahlah, sekarang guru masih ada rapat. Kalian diam saja di kelas oke, jika kalian keluar kelas. Kalian akan dapat sanksi" jelas pak Mifta.

"Baik pak" jawab semua serentak.

Setelah pak Mifta pergi, Hanif dan anak laki-laki lainnya mengumpat gak jelas.

"Kita dimarahin habis-habisan tau, sebenernya gak usah dirayain kan juga gak papa" protes Zarqy.

"Untung tuh guru, kalau siswa udah gue hancurin muka tampannya di lapangan" kesal Hanif ke pak Mifta.

"Kalau di nasenatin sama guru itu lo jangan nyinyir aja Nif" sahut Kisma.

Hanif pun menoleh pada Kisma, memandang Kisma seperti makanan siap santap.

"Hehe, maaf-maaf. Mulut gue tadi refleks marahin lo" ujar Kisma.

"Ini dua orang bertengkar trus, hati-hati jodoh loh" sahut Shafira yang sebangku dengan Kisma.

"Idih, ogah gue jodoh sama monyet" gerutu Hanif.

"Heh, lo fikir gue mau apa sama lo. Gue juga ogah 100 persen" jawab Kisma.

Luisa dan Isa yang merasa terusik dengan perdebatan Hanif dan Kisma pun menoleh.

"Ini apaan sih ribut-ribut, bisa diem gak sih?" tanya Isa

"Iya nih, udah tadi gue mau budeg di ceramah i para guru. Eh sekarang kalian debat lagi" umpat Luisa.

"Si Hanif tuh" tunjuk Kisma.

"Lo mau gue patah in jari lo jika lo trus tunjuk-tunjuk wajah gue?" tanya Hanif.

Kisma pun langsung menurunkan jari telunjuknya dan menggeleng.

Setelah perdebatan Hanif sama Kisma, sekarang malah Krisna sama Isa.

"Kris, kalau lo gak kembali in buku matematika gue. Gue makan wajah tampan lo yang mirip selokan itu" ancam Isa geram.

"Tega banget sih lo, mau jadi psikopat ya?" tanya Krisna.

"Udah deh, kembali in" Isa semakin geram saja.

Sementara yang lain hanya memandang saja.

"Kayaknya lo bener Nif, mereka lagi kasmaran" ujar Luisa mantap.

"iya donk, gue kan selalu bener" PD Hanif.

"Udah berapa bulan?" tanya Jenniper ke Isa.

Mata Isa dan Krisna pun langsung melotot.

"Apanya?" tanya Isa dan Krisna barengan.

"Hubungan kalian" jawab Jenniper.

"Emng kalian udah pacaran?" tanya Luisa sama Hanif barengan.

Krisna dan Isa pun saling memandang satu sama lain, lalu menunjukkan ekspresi jijik satu sama lain.

"Sebenarnya kenapa sih semua lagi kasmaran?, bingung deh gue" tanya Shafira.

Hanif, Kisma, Isa dan Krisna pun langsung menatap Shafira tajam.

"Diem ondel-ondel" teriak mereka berempat.

TBC ..

VOTE DAN COMENTNYA..

CERITA YANG INI 85 PERSEN ASLI, SEBENARNYA BANYAK GURU YANG NGOMEL DI KELAS VII B. LEBIH DARI 4 GURU TADI, TAPI SAYANGNYA SAYA ENGGAK NYEBUTIN SEMUANYA.

SMOGA SUKA GUYS..

BYEEE...

VII B Kelas Pembuat Onar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang