Chapter 10

40 5 0
                                    

Hanif pun hanya cengar-cengir.

"Gue cuman minjem!" elak Hanif.

"Minjam, minjem, minjum apaan. Kalau lo minjem ya bilang lah!" suruh Isa.

"Ok, Sa. Gue pinjem?" tanya Hanif.

"Udah telat tau!" cibir Isa.

Luisa dan Shafira mengangguk.

"Bisa-bisa gue stroke gara-gara lo." ujar Isa.

"Tinggal ke dokter." sahut Luisa.

Hanif pun berdiri lalu berlutut di depan Isa.

"Jangan sa, kalau lo stroke gue gak bisa naik kelas. Nanti gue nyontek siapa kalau ujian!" mohon Hanif.

Semua pun ternganga melihatnya.

"Mimpi apa ni anak berlulut depan Isa, wouu. Si pembuat onar berlutut di depan si pandai matematika, fenomena alam!" batin Luisa.

"Gue cuman bercanda!" jawab Isa.

Hanif pun berdiri lalu memukul pucuk kepala Isa dengan pensil.

Sementara yang dipukul hanya meringis sambil memegang kepalanya.

"Hihh!" geram Hanif.

Isa pun menjulurkan lidahnya.

2 bulan setelahnya.

Jam istirahat berbunyi, dan ada panggil ketua kelas untuk berkumpul.

Setelah itu diberitahukan jika akan diadakan Class Meeting/lomba antar kelas, jadi semua harus bersiap-siap untuk menghadapi kepandaian kelas lain.

Semua lomba dari kelas VII B diwakili oleh siswi, lalu siswanya hanya nongkrong di kantin. Untung nongkrong gak kiamat tuh si siswanya.

Setelah seminggu kemudian, yang mendapat juara tak banyak.

Jam kosong slalu melanda kelas VII B dan kelas lain, karna para guru sedang rapat.

2 kata yang dapat menjadi julukan bagi kelas VII B saat jam kosong. Yaitu PASAR PINDAH, sangat-sangat ramai. Bahkan memanggil teman sebangkunya saja harus teriak.

"Wahh hidup kita merdeka nih." ujar Luisa.

"Haha lo bener, moga aja tuh para guru rapat sampai jam pulang!" sahut Hanif.

"Sebentar lagi kita kan naik kelas, gak ada momen lucu lagi donk?" tanya Isa sambil menunjukkan wajah lesunya.

Hanif dan Luisa pun menatap Isa.

"Moga aja lo sekelas lagi sama gue." doa Hanif.

"Emng kenapa kalau Isa sekelas sama lo?" tanya Luisa.

"Biar gue bisa nyontek lah!" jawab Hanif mantap.

"Amitt-amitt dah gue sekelas sama lo lagi!" cibir Isa.

"Trus kalau lo gak mau sekelas sama si Hanif, lo doanya bisa sekelas sama si Krisna?" tanya Shafira.

"Ogah banget!" kesal Isa lalu pergi.

Setelah Isa pergi, semua larut dalam pikiran mereka masing-masing.

Berfikir apa jika mereka tak sekelas di kelas VIII, apa mereka bisa sekelas lagi di kelas IX.

Memperbarui momen bahagia yang pernah mereka ukir di hati mereka saat ini.

"Tumben si Hanif diem?" batin Kisma.

"Apa lo liat-liat gue?" tanya Hanif ketus.

"Kepedean banget lo, banyak cowok diluar sana. Muak gue mandang muka lo!" elak Kisma.

Ctakk..

Satu pensil mampu Hanif patahkan hanya dengan 2 detik.

Glekk..

Kisma menelan ludahnya gusar, ternyata mengelak dari Hanif bukan hal yang mudah.

"Mampus lo Kis, lo udah bangunin singa yang tadinya tidur!" sungut Luisa.

"Fir, tolongin gue?" bisik Kisma ke Shafira.

"Caranya?" Kisma bicara dengan berbisik, sementara Shafira malah teriak.

Jadi membuat Hanif tau bahwa Kisma meminta tolong ke Shafira.

"Lo gak usah ikut-ikutan fir!" cegah Luisa.

TBC..

VOTE DAM COMENTNYA..

VII B Kelas Pembuat Onar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang