"Gue takut suntik." jawab Kisma.
Semua pun menghela nafas kesal.
"Gue pikir apaan, ternyata cuman takut suntik!" cibir Luisa.
"Gue gak nyangka, orang cerewet kyak Kisma bisa takut suntik." pikir Hanif.
"Suntik itu gak sakit, tapi yang paling sakit itu kalau Isa diputusin Krisna!" celetuk Jenniper asal
"Wouuss!!" teriak Luisa sambil tepuk tangan sementara yang lain mengikutinya.
"Apaan sih!" cibir Isa kesal.
Sementara Krisna yang sudah muak dengan ocehan Jenniper pun langsung keluar kelas.
"Eh, ngomong-ngomong emng lo udah resmi sama Krisna?" tanya Shafira.
Pletakk..
Satu jitakan jatuh ke kepala Shafira, ya siapa lagi pelakunya kalau bukan Isa.
"Lo pikir resepsi pernikahan apa, muak gue dengernya. Awas aja kalian semua gak boleh nyontek pr matematika lagi ke gue!" bentak Isa lalu melangkah pergi.
"Yak, gimana nih. Si Isa marah?" tanya Luisa.
"Mana gue tau, salahin aja Jenniper." tunjuk Shafira.
"Kok gue sih?" tanya Jenniper.
"Karna lo yang ngoceh dari tadi." sahut Hanif.
Jenniper pun juga ikut kesal dan keluar kelas.
"Ini hari kesal sedunia kah?" tanya Gysta sang ketua kelas.
Semua pun menaikkan kedua bahu mereka acuh.
Sementara Gysta hanya geram mendengar jawaban mereka.
Skipp..
Saat ini semua sudah berkumpul di depan kelas IX A, tempat dimana mereka akan disuntik difteri.
"Kok gue merinding ya?" tanya Jenniper.
"Kurang gentle lo!" jawab Luisa.
"Gimana kalau kita semua suntiknya diwakil i ketua sama wakil ketua kelas?" tanya Shafira.
"HAHH!" teriak Gysta yang selaku ketua, dan Luisa yang selaku wakil ketua kelas.
"Gue setuju, nanti Gysta 14 suntik kan. Trus Luisa 14 suntik kan juga." jelas Ratih.
"Kalian mau ketua sama wakil baru ya?" tanya Gysta.
Semua pun menggelengkan kepala.
"Kenapa emng?" tanya Shafira.
"Bodoh banget sih lo, ya Gysta sama Luisa bisa over dosis. Kalau over dosis, bisa tewas kejang-kejang kyak orang sekarat tau!" jelas Hanif.
Gysta dan Luisa pun mengangguk setuju, nanti banyak wartawan ke sekolah mereka nanti.
Dan buat berita kalau 'Dua murid dari SMPN 2 KAUMAN tewas karna over dosis'. Jadi viral, tapi sudah masuk kubur.
"Gue gak mau!" tegas Luisa.
"Bener tuh!" Gysta juga ikut menegaskan.
Di tengah obrolan anak VII B, bu Nurkhayati datang menghampiri mereka.
"Yha ampun, dasar budeg. Kalian gak dengar tadi siswa-siswi VII B udah di panggil!" marah sang guru.
Sementara mereka langsung masuk ke kelas IX A untuk disuntik.
Setelah itu mereka kembali lagi ke kelas.
"Kok rasanya gimana-gimana gitu ya abis disuntik?" tanya Jenniper.
"Gimana apanya?" Hanif balik tanya.
"Yha gitu" jawab Jenniper.
Brakkk.
Semua pun menoleh ke sumber suara, ternyata Dio tersandung meja lalu tersungkur di lantai.
"Hahahaha..." tawa mereka serempak.
Hanif pun menolong Dio untuk membantunya berdiri kembali.
Begitulah seorang sahabat, kalau lihat sahabatnya jatuh. Pasti tertawanya di puas-puasin, setelah itu baru nolongin sahabatnya.
"Lo ngantuk apa gimana, siang-siang bolong begini bisa tersandung tuh meja?" tanya Hanif.
"Gagal fokus mungkin, kurang minum air putih!" celetuk Luisa.
"Gue tadi kejar-kejaran sama temen kelas lain, eh malah jatuh di sini" jawab Dio.
"Makanya, lo kalau jalan pake tuh mata. Jangan buat hiasan aja di kepala lo!" suruh Shafira.
"Iya nih, ada-ada aja" sahut Isa.
Bel pulang berbunyi, waktunya semua mengakhiri aktifitas mereka di sekolah.
TBC ..
VOTE DAN COMENTNYA..
85 KISAH NYATA, SISANYA CUMAN KHAYALAN AUTHOR. HEHEHE..
SEEE YOUU SEMUA, KITA KETEMU LAGI DI CHAPTER 9 OK..
KAMU SEDANG MEMBACA
VII B Kelas Pembuat Onar
Non-FictionKisah nyata, tapi sebagian karangan sendiri. Menceritakan tentang anak-anak penghuni kelas VII B, yang seluruhnya mempunyai sifat yang sama. Pembuat onar itulah julukan yang tepat bagi kelas itu, hingga para guru geleng-geleng kepala dibuatnya.