Pukul 06:32 WIB, para siswi kelas VII B sedang duduk di depan kelas.
"Eh Nif lo mau kemana?" tanya Kisma yang tau Hanif main lewat di depan kelas, mungkin baru datang.
Hanif pun menoleh.
"Ya ke kelas gue lah!" jawab Hanif.
"Lo amnesia ya, kelas lo kelewatan." ujar Luisa.
Hanif pun menyadari bahwa dia sudah melewati kelasnya, dan kalau gak ada Kisma yang membuat langkah Hanif berhenti tadi. Mungkin dia sudah masuk ke kelas VII A.
"Mentang-mentang tuh tas lo baru, lupa kelas." cibir Kisma.
Hanif pun cengar-cengir sambil mengangguk.
"Untung tuh tas warnanya hitem sama merah, bukan pink. Hahaha!!" celetuk Shafira.
"Lo pikir otak gue miring kyak Dio apa?" tanya Hanif.
Shafira pun menaikkan bahunya acuh.
Sementara Hanif masuk ke kelas, berniat benaruh tas barunya itu.
Setelah itu Hanif berdiri di ambang pintu kelas.
"Eh, hari ini gak ada pr kan?" pertanyaan dari mulut Hanif yang setiap hari terlontar.
"Gak!" jawab Luisa singkat, padat dan jelas.
Hanif pun menghela nafas lega sambil mengelus dadanya lalu pergi entah kemana.
"Kok tangan gue masih sakit ya, gara-gara tuh suntik laknak?" tanya Ratih.
"Iya nih, tangan gue juga masih sakit. Untung aja gue sama Luisa gak jadi 14 suntik kan, bisa tewas gue nanti!" sahut Gysta.
"Bener tuh, kalian kejam banget!" cibir Luisa.
"Eh, ondel-ondel. Gue pinjem pr bahasa Inggris lo donk?" tanya
Jenniper."Enak aja lo manggil gue ondel-ondel, gue itu model yang bernama Shafira Aisa Anjani. Awas aja kalau manggil gue gitu lagi, gue lempar ke lapangan!" ancam Shafira.
"Kuat banget lo, sampek ngelempar Jenniper ke lapangan?" tanya Gysta.
"Gue kan strong." jawab Shafira.
"STRONG yang artinya STRES TAK TERTOLONG!" celetuk Luisa.
Semua pun tertawa, sementara kedua mata Shafira melolot ke arah Luisa. Membuat bulu kuduk yang ditatap langsung berdiri.
Pukul 06:50 jam masuk berbunyi, sesuai rutinitas. Sebelum belajar siswa-siswi harus membaca Al-Qur'an dulu.
Sementara yang siswi tekun membaca, yang siswa malah berisik sekali.
Skip..
Pelajaran berlangsung seperti pasar pindah, sangat ramai sekali. Hari ini mapel seni budaya, dan waktunya melukis.
Ada guru maupun tak ada guru, kelas VII B benar-benar tak dapat diam.
"Siapa yang bawa cat sama kuas gue?" teriak Isa.
"Mana gue tau!" jawab Luisa.
"Gue gak cuman tanya lo, gue juga tanya yang lain!" balas Isa.
"Dibawa Krisna mungkin." sahut Hanif yang masih fokus dengan buku gambarnya.
Dan bodohnya Isa percaya dengan perkataan Hanif, padahal Hanif lah yang bawa cat lukis sama kuas Isa.
Sementara Isa dan Krisna lagi debat, Hanif malah tertawa terbahak-bahak.
Pletakk..
Satu jitakan dari Luisa lolos ke pucuk kepala Hanif.
"Apaan sih?" tanya Hanif kesal.
Luisa pun menunjuk cat lukis dan kuas Isa.
Seolah-olah Hanif mengerti apa yang dimaksud Luisa.
"Gue cuman bercanda dikit!" ujar Hanif.
"Bercanda lo bilang, lo bohong ke Isa itu kesalahan pertama lo. Kedua lo nuduh Krisna." sahut Shafira.
"Kok lo yang gak trima sih?" geram Hanif.
"Hmm, jangan bahas masalah rumah tangga di sekolah!" celetuk Jenniper yang dihadiahi jitakan oleh kedua orang yang sudah tersindir itu.
Sementara Luisa hanya meringis, melihat Jenniper dijitak oleh kedua temannya itu.
"Lo mau gue buang ke selat sunda?" tanya Shafira.
Jenniper menggeleng.
"Atau lo mau gue masukin tong sampah?" sekarang Hanif yang mulai bicara.
"Udah-udah, kasihan!" Luisa melerai.
"Diem!" bentak Shafira dan Hanif barengan.
Sementara Isa dan Krisna masih debat.
"Kembaliin cat lukis sama kuas gue!" minta Isa.
"Lo gila apa gimana sih, gue punya sendiri. Gak mungkin ngambil punya lo!" Krisna bersikeras membela dirinya karna ia memang tak salah.
"Jangan ngelak deh!" pinta Isa.
"Siapa juga yang ngelak?" tanya Krisna.
"Alasan lo udah basi tau gak?" ujar Isa.
"Lo pikir masak sayur lodeh, jadi basi?" tanya Krisna.
"Balikin Krisna!" suruh Isa.
"Bodo amat anak belut." Krisna malah mengejek.
Yang diejek pun mukanya sudah muak dengan wajah sok keren milik Krisna.
Isa pun kembali ke tempat duduknya.
"Udah di balikin kah sama si Krisna?" tanya Luisa.
Isa menggelengkan kepalanya.
"Yha gak mungkin dibalikin, kan yang ngambil si Hanif!" ujar Luisa yang mampu membuat Isa menoleh ke Hanif.
"Awas lo Nif!" ujar Isa.
TBC..
VOTE DAN COMENTNYA..
KETEMU DI CHAPTER SELANJUTNYA GUYS..
KAMU SEDANG MEMBACA
VII B Kelas Pembuat Onar
No FicciónKisah nyata, tapi sebagian karangan sendiri. Menceritakan tentang anak-anak penghuni kelas VII B, yang seluruhnya mempunyai sifat yang sama. Pembuat onar itulah julukan yang tepat bagi kelas itu, hingga para guru geleng-geleng kepala dibuatnya.