2. Park Bo Young

688 72 2
                                    

Malam sudah larut saat Bo Young menaiki puluhan anak tangga menuju rumahnya yang berada diarea padat penduduk di pinggiran kota Seoul. Suasana begitu sepi dan mencekam hingga suara gesekan sepatu ketsnya terdengar agak menyeramkan. Tak ada satu orangpun disekitarnya saat ini.

Sebenarnya sangat berbahaya untuk seorang gadis pulang selarut ini, namun ia terlalu fokus belajar diperpustakaan hingga lupa waktu.
Jika bukan karna ia akan mengikuti ujian masuk universitas, dia pasti lebih memilih untuk kerja part time daripada belajar. Dia tidak suka belajar. Namun semangatnya untuk kuliah sangat besar dan dia sangat berharap bisa lulus dengan nilai yang tinggi agar bisa mengajukan beasiswa.

Ia sangat ingin kuliah agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan bisa memperbaiki kehidupan keluarganya. Dia ingin ibunya berhenti bekerja keras dan menikmati masa tuanya dengan bahagia.

Bo Young tersenyum cerah setiap ia memikirkan mimpinya. Dan hanya impiannya yang membuatnya terus bertahan dan semangat menjalani hidupnya.

Namun hal mengerikan didepan matanya dalam sekejap merenggut senyum dan mimpinya. Ia menemukan ibunya menjerit jerit ketakutan karna dua orang pria tinggi dan kekar sedang memaki dan memukulinya didepan pintu rumahnya.

"EOMMAAA....!" pekik Bo Young seraya berlari memeluk dan melindungi ibunya dari pukulan kedua pria itu.

Sialnya satu pukulan berhasil mendarat dipipi kirinya hingga menimbulkan rasa amis dan asin dalam mulutnya.Darah segar muncul disudut bibirnya.

"Siapa kalian? Kenapa kalian memukuli ibuku?" bentak Bo Young dengan ekspresi keras.


"Bo Young-ah,cepat masuk!!jangan ikut campur!!" titah Ny.Kim sambil menangis. Tangannya terus menepis nepis tangan Bo Young yang melingkar dipundaknya, ia juga mendorong dorong tubuh anaknya itu agar masuk kedalam rumah.

"Aniya,Eomma...aku akan melindungimu." Bo Young memeluk ibunya semakin erat.

Salah satu pria berjongkok didepan Bo Young,menatapnya dengan seringai tajam.

"Aigooo... Ternyata ada yang sok pahlawan disini. Wajahmu tampak imut seperti kelinci,tapi suaramu mengaum seperti macan." ucap pria itu sambil meraih rahang Bo Young dengan kasar,lalu menekannya kuat hingga wajahnya mengerucut.

Mata Bo Young menggenang dan tubuhnya bergetar. Rasa takut melintas diwajahnya. Tangannya mengepal kuat menahan rasa sakit pada tulang rahangnya.

"Lepaskan dia,dia tidak tau apa apa!!kumohon lepaskan dia!" Ny.Kim menarik narik tangan pria itu dari wajah anaknya. Dia terus menangis dan memohon agar mereka melepaskan Bo Young.

Namun pria itu tak menghiraukan permohonan Ny.Kim. Dia malah menatap Bo Young dengan sangar.

"Malam ini aku mengampunimu,tapi tidak untuk malam malam selanjutnya sampai ibumu melunasi hutang hutangnya." tegasnya lalu mendorong wajah Bo Young dengan kasar

"Dan kau,Kim Ji Won-ssi.Ini terakhir kalinya aku memperingatkanmu. Jika besok kau tidak melunasi hutang hutangmu, aku tidak akan mengampunimu dan juga anakmu yang sok pahlawan ini,arasseo?" ancam pria itu dengan penuh penekanan, lalu pergi setelah memberi tendangan ke tubuh Ny.Kim sebagai peringatan terakhir. Jeritan wanita itupun kembali terdengar.

Bo Young tercekat.

"EOMMAAA...."

.

Bo Young mengambil kotak obat dinakas lalu menghampiri ibunya diruang tamu.
Ny.Kim terduduk dilantai sambil menatap kosong kearah foto suaminya yang menggantung didinding.

Bo Young mengeluarkan salep untuk mengobati bibir ibunya yang berdarah. Namun ibunya langsung menepisnya ketika ia hendak mengoleskan salep itu ke lukanya.

"Jangan sentuh aku!!" ucap Ny.Kim dingin.

"Eomma wae...?"

Hening.

"Siapa mereka eomma? Apa mereka rentenir di club?"

Tak ada jawaban. Bo Young menghela nafas panjang ia tak mengerti dengan jalan pikiran ibunya.

"Kapan kau akan berhenti eomma? Apalagi yang kau cari ditempat sialan itu?" tanya Bo Young dengan nada kesal.

Ny.Kim menatap Bo Young tajam.

"Apa kau bosan hidup,eoh? Kau pikir kau bisa seperti sekarang ini karna siapa? Aku,dengan uang yang aku hasilkan dari pekerjaan yang kau benci." ujarnya dengan sinis.

Mulut Bo Young mengatup, urat lehernya menegang saat ia menelan paksa ludahnya untuk menghanyutkan rasa sakit dan kekesalan yang menggumpal ditenggorokannya.

"Kau pikir ayahmu pergi meninggalkan banyak warisan untukmu. Tidak. Dia hanya meninggalkan beban yaitu kau." lanjut Ny.Kim

Batin Bo Young mencelos mendengar kata kata sarkastik ibunya yang terasa lebih sadis dari biasanya. Walaupun dari sejak kecil dia sudah biasa dengan kata kata sinis itu, tapi entah kenapa kali ini terasa sangat menyakiti hatinya.

Bo Young menengadah menatap langit langit untuk menahan air matanya agar tidak jatuh, lalu ia menghela napas panjang agar ia tetap tenang dan tidak tersulut emosi ibunya.

"Aku minta maaf karna menjadi beban untukmu,eomma. Tapi bukankah sekarang eonni sudah pergi meninggalkan kita dan aku juga sudah bisa mencari uang sendiri. Apalagi bebanmu sampai sampai kau juga harus berhutang pada rentenir?"

Ny.Kim mendengus kesal lalu tersenyum sinis.

"Hey...Lihatlah siapa yang bicara?Baru bekerja paruh waktu saja sudah sombong seakan tidak membutuhkanku lagi dalam hidupnya. Kau pikir hidup di Seoul itu mudah dan indah seperti dalam drama? Kau pikir kau bisa hidup enak di Seoul hanya dengan kerja paruh waktu? Kau itu terlalu naif, Park Bo Young."

Kali ini tatapannya berubah penuh kebencian.

Bo Young kehabisan kata kata, tangan kanannya memegang keningnya yang mulai berdenyut denyut. Ia tak tau lagi bagaimana cara menyadarkan ibunya.

"Eomma, aku hanya tidak mengerti denganmu. Dulu kau juga kerja di club itu tapi tidak pernah ada yang menagih hutang sampai memukulimu seperti sekarang. Wae eomma? Kau pakai untuk apa semua uang itu?"

"Kau tidak perlu tau,itu bukan urusanmu." tegas Ny.Kim seraya bangkit dari duduknya dan pergi menuju kamarnya.

"Wae??? Kenapa aku tidak perlu tau?apa karna aku bukan anak kandungmu?" kesabaran Bo Young mulai terkikis.

Langkah Ny.Kim terhenti. Ia berbalik menghadap Bo Young dengan kesal.
Ekspresinya mengeras, darah berdesir naik ke wajahnya. Bibirnya bergetar,

"Ya, karna kau bukan anak kandungku, jadi jangan ikut campur urusanku. Aku membencimu. Gara gara kau, ayahmu mati hingga hidupku menjadi menderita. Dan aku juga membencimu karna kau terus menempel padaku seperti lintah." jeritnya tanpa menyisakan sedikitpun rasa belas kasih pada anak tirinya itu.

Bo Young terperangah mendengar pengakuan ibunya yang sangat menyakitinya. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya lolos tanpa ia sadari. Ia tak menyangka ibunya akan tega bicara seperti itu padanya.

"Mulai sekarang berhentilah menempel padaku dan urus dirimu sendiri!" tegas Ny.Kim lalu ia masuk dan membanting pintu kamarnya.

Bo Young menepuk nepuk Dadanya yang terasa sesak, darahnya seakan berhenti mengalir hingga ia merasa tubuhnya seperti ditusuk tusuk sembilu.

Appa,,,otokkae? Nan otokkae appa? Ini sangat sakit - rintihnya dalam hati.

.

Bo Young menjatuhkan dirinya kelantai disisi ranjang. Kakinya terasa lemas. Wajahnya juga terlihat bengkak entah karna pukulan tadi atau karna ia terlalu banyak menangis.

Tatapannya tertuju pada bingkai foto diatas kepala ranjang lalu ia mengambilnya. Di usapnya gambar ayahnya itu dengan penuh haru.

Wae appa? Kenapa kau meninggalkanku? ini sangat sulit, aku slalu menurut pada eomma dan Hee Yeon eonni seperti pesanmu. Aku juga sangat menyayangi mereka. Tapi kenapa mereka terus membenciku. Aku tidak tau salahku dimana??? Apa yang harus aku lakukan??

*

CRYSTAL SNOW (Jeda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang