8. They Meet Again

441 64 4
                                    

"Ss-seon-saengnim... Wae...?" bisik Bo Young gugup karna melihat Seok Jin menghampirinya dengan tatapan tajam. Ia tak menyangka Seok Jin akan pulang secepat itu. Ia merasa seperti pencuri yang tertangkap basah warga. Tangannya gemetar meremas kain celananya. Kartu kredit itu ada disana,disaku celananya. Ia dalam bahaya sekarang.

"Kau masih disini?" desis Seok Jin dingin. Raut wajahnya berkecamuk. Nafasnya terdengar sedikit terengah engah.

Bo Young bangkit dari sofa. Dia terlihat salah tingkah. Nada bicara Seok Jin seakan tak suka ia masih ada dirumahnya.

"A-aku...aku baru bangun lalu makan seperti pesanmu. Eum...kau...kau jangan khawatir sekarang juga aku akan pergi."

Seok Jin memalingkan wajahnya. Urat lehernya bergerak naik turun menahan kesal.

Bo Young mengambil nampan hendak membawanya kedapur namun Seok Jin menghalangi jalannya.

"Kenapa kau begini. Kenapa kau sangat menjengkelkanku. Kau ada dirumah tapi kau tidak menjawab teleponku." bentak Seok Jin, tak bisa lagi menyembunyikan kekesalannya.

Dahi Bo Young mengerut. Ia tertegun.

"Jadi...telepon yang tadi itu...darimu, seonsaengnim?" tanya Bo Young memastikan.

"Kau pikir dari siapa?"

Bo Young menunduk.

"Mianhae, aku tidak tau." lirihnya.

Seok Jin mengusap wajahnya kasar, ia menghela napas panjang. Ia terlihat frustasi dan marah. Entah kenapa dia bisa semarah itu.

"Harusnya aku tidak pernah peduli dan membawa orang asing kerumah ini." desis Seok Jin pelan namun masih bisa terdengar oleh Bo Young.

"Ne??"

Bo Young terlihat kikuk. Ia tidak tau bagaimana menyikapinya. Rasa bersalah dan malu menghampiri wajahnya, hingga mata itu tanpa sadar mulai menggenang. Ia menatap Seok Jin benci. Baginya Seok Jin adalah seorang yang labil dan munafik. Selalu merubah rubah perkataan seenaknya. Padahal kemarin Seok Jin sangat manis terhadapnya, tersenyum, bahkan membuatkan bubur untuknya. Dan sekarang hanya karena Bo Young tidak mengangkat teleponnya  dia jadi begitu dingin dan sarkastik. Tapi ia juga tidak bisa protes karna memang seperti itu kenyataannya. Tak seharusnya ia merepotkan orang yang sama sekali tak dikenalnya. Tak seharusnya ia terlihat menyedihkan didepan orang lain.

Bo Young membawa nampan ke dapur dan meletakannya dengan kasar lalu ia pergi kekamar untuk mengambil barang barangnya.

Ia menggeret kopernya melewati Seok Jin.

"Maaf sudah merepotkanmu, semoga kita tidak bertemu lagi." ucap Bo Young tanpa menoleh sedikitpun kearah Seok Jin lalu pergi.

Seok Jin ingin menahan Bo Young pergi tapi gengsi membungkam mulutnya. Untuk apa ia mengejarnya. Selama ini hidupnya hanya untuk dikejar. Alhasil iapun menatap acuh kepergian Bo Young  walaupun hatinya merasa bersalah karna menjadikan Bo Young sebagai pelampiasan atas amarah yang seharusnya ditujukan pada dirinya sendiri.

Sesuatu bergetar dalam saku mantel Seok Jin. Itu ponselnya. Ia mengusap layar dan menempelkan benda flat itu di telinganya.

"Wae Namjoon-ah?"

Apa terjadi sesuatu? kenapa tiba tiba menunda rapat kita?

"Ah... Ya, mianhae. Aku akan segera kembali kekantor sekarang."

Apa kau baik baik saja?

"Ya, aku tidak apa apa, jangan khawatir!" Seok Jin menutup teleponnya lalu menghela napas panjang.

CRYSTAL SNOW (Jeda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang