CATATAN KOPI 4 : Setiap Rasa Pasti Bernyawa

211 25 3
                                    

Memasuki siang hari, aku hampir tak bisa duduk. Sebab semakin banyak pula pesanan yang bertubi - tubi datang, "Sial, gua bakal kerepotan kalo begini terus" Ucapku dalam benak. Banyak dari mereka yang tak sabar menanti kopi yang ku buat, aku hanya bisa bilang "sabar ya, sebentar lagi kok" dan untunglah sebagian besar dari mereka tetap mau menunggu dan tak pergi meninggalkan kedai.
Sekitar 1/2 jam semua pesanan sudah kuselesaikan dan kuantarkan ke meja masing - masing. Kemudian kurapihkan meja dan alat - alatku agar tetap terlihat bersih.
Saat sedang asyik dengan kegiatanku, ada seseorang yang bertanya padaku "Mas, disini ngga jual minuman selain kopi ya?"

"Oh engga mas, ini murni kedai kopi. Kenapa mas?" Sambil tetap membersihkan meja tanpa bertatap muka dengannya.

"Oh yaudah deh mas, saya ngga jadi pesen. Saya ngga suka kopi soalnya" Ucapnya dengan santun.

"Ngga suka kopi? (Seketika aku berdiri dan menghadapnya penuh heran)"

"Lah ini Ginan kan? Lu lupa sama gua? Gua Azam, temen smp lu dulu"

"(Aku sedikit linglung dan coba mengingat - ingat sejenak, agak lama) Ohh, Azam.. (seraya menjabat tangannya) Azam yang temen sebangku gua itu? Yang jelek? Lu udah beda banget sekarang, sampe linglung gua, hehe"

"Ahh kampret, elu sama temen sendiri aja lupa. Lu kerja disini?"

"maaf ya, gua tadi terlalu fokus bersihin meja sama alat - alat ini, lagian sekarang lu gemukan, hehe. Duduk dulu sini, biar enak ngobrolnya" (Kemudian aku memilih meja yang kebetulan kosong, dan kemudian kami berdua duduk disana)

"Gimana kabar lu sekarang?" Aku membuka obrolan.

"Alhamdulillah baik nan, bahagia malah. Buktinya badan gua sekarang subur kan? (Kami tertawa)"

"Oh baguslah kalo gitu, gua juga sampe heran. Perasaan temen gua ngga ada yang segemuk lu, makanya tadi gua agak linglung"

"Ah bisa aja lu, masih doyan ngeledekin orang dari dulu (Tawa pun pecah, mencairkan suasan kaku yang sebelumnya terjadi sepersekian menit)"

Aku teramat senang bertemu dengannya, sebab kami berdua sudah kenal sejak dulu, tapi kami berpisah sebab ia harus pindah sekolah kekampung halamannya.

Obrolan kami larut, kebetulan suasana cukup mendukung. Belum ada lagi pengunjung yang datang memesan kopi, orang - orang nya pun masih sama dengan yang tadi, sepertinya semua menikmati suguhan kopi dan diskusi mereka masing - masing. Saat sedang asyik berbicara dengan Azam, pintu kedai terbuka. Ternyata Fira sudah pulang dari kampusnya, kemudian ia menghampiriku.

"Maaf mas, saya lama ya? Mana rame banget ini. Ga kebayang serepot apa tadi ya, hehe" Kata Fira.

"Gapapa Fir, udah ditangani dengan aman, nyaman, tanpa keributan hehe. Oh ya, kenalin ini Azam temen smp gua dulu. Zam, kenalin ini Fira"

"Fira"

"Azam" (Sambil berjabat tangan)

"Yaudah mas, saya kedalem dulu ya. Mas lanjut ngobrol aja biar saya yang jaga nanti"

"Oke, makasih ya Fir"

"Mari mas.." Ucap Fira seraya pergi meninggalkan kami.

"Wiihhhhh, cantik nan. Cewe lu? Gua kira lu ngga bisa move on dari yang dulu hahaha" Cetus Azam

"Eh sableng, dia bukan cewe gua. Dia pegawai gua, ya tepatnya rekan kerja"

"Oh jadi lu berdua kerja disini?"

Catatan Kopi In MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang