CATATAN KOPI 10 : Relung Terdalam

127 19 2
                                    

Scene Nayla•

-Pukul 19.00 WIB-

Malam menjadi puncak kerinduanku akanmu. Perihal rasa yang bungkam tanpa dekapan, perihal isi yang tak koyak meski digetarkan. Tetap ku simpan baik rasaku padamu, meskipun sedikit sembilu. Aku tetap sabar menunggumu diujung jalan ini, sembari menanti - nanti kedatangan yang belum pasti.

Katakan padaku, bagaimana cara agar membutmu menjatuhkan empati padaku?

Tidak mudah menjatuhkan tawamu. Setiap kali aku mencoba berbuat hal yang menurutku lucu. Yang kamu sunggingkan hanya sebuah senyum yang teramat kecil. Nyaris datar seperti biasanya. Bahkan saat yang lain bisa tertawa dengan lepas.

Bukan hal yang gampang untuk menjatuhkan sabarmu. Disaat yang lain merasa punya hak untuk melampiaskan kekesalannya, menuntut apa yang seharusnya mereka dapat, menunjuk kesalahan yang sudah orang lain perbuat, ternyata kamu mampu untuk memilih diam. Diam yang nampak tulus, yang juga kamu isi dengan sabar. Bukan diam yang memperlihatkan kalau di dalamnya ada setumpuk amarah yang sedang dipendam.

Rasanya juga tidak akan mudah menjatuhkan prinsipmu. Jarak yang selalu kamu jaga, gaya bicaramu yang seperlunya, sampai nada bicara yang sengaja kamu buat tegas dan datar.

Semakin kesini, aku semakin memahami. Kalau menjatuhkan apa yang kamu jaga bukanlah hal yang mudah. Meski itu lewat cara yang baik sekalipun.

Lalu, harus dengan jalan apa agar aku bisa membuatmu menjatuhkan cinta?

Scene berakhir..

•••

Nayla terus terdiam sambil memikirkan dambaannya. Didalam hatinya, hanya terbesit satu nama yang membekas; G-i-n-a-n.
Pertemuan singkat keduanya didalam kedai tak sengaja menciptakan kenangan tersendiri untuk Nayla. Hingga kini, Nayla tetap memilih diam sambil terus menunggu Ginan sadar bahwa Nayla memiliki rasa yang lebih untuknya.

Lamunan Nayla terusik karena kedatangan tamu. Nayla mengenal jelas suara itu; "Ginan" Ucapnya dengan gembira sambil menuruni tangga untuk membukakan pintu, tetapi sebelum sampai, ternyata ada Wulan yang membukakan pintu untuk Ginan. Nayla coba mundur beberapa langkah dan memilih bersembunyi sambil mendengarkan percakapan mereka berdua-

Scene Ginan•

"Assalamualaikum" Ucapku sambil mengetuk pintu.

(Ternyata Wulan yang membukakan pintu)

"Iya waalaikumsalam nan, ada apa ya? Kok tumben banget kamu main kesini? Nyari saya? Yuk masuk dulu aja"

"Oh engga lan, saya ada sedikit urusan sama kakakmu. Ngomong - ngomong dia ada dirumah ngga?"

"Oh, kirain nyari saya.. kakak ada didalam, sebentar ya"

Aku memilih duduk dikursi teras rumah. Sedangkan Wulan masuk kedalam, Wulan pun berteriak sedikit keras " kaaak... kakak... ada tamu"

Dan tiba - tiba aku dikagetkan oleh Nayla.

"Assalamualaikum nan" Sapa Nayla sambil menepuk pundakku.

"Ehh.. waalaikumsalam nay" Ucapku sambil melihat kearahnya.

"Ada apa ya? Tumben kamu kesini? Nyari saya?" Tanya Nayla sambil duduk dikursi.

Catatan Kopi In MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang