Seutas Ingatan

171 27 1
                                    

Setelah berpisah, aku kembali melanjutkan perjalananku pulang, sekitar beberapa lama aku sampai dirumah. Kurebahkan tubuhku sejenak dan membayangkan kembali pertemuan singkatku dengannya, "siapa dia sebenarnya? Wanita yang membuatku ingin menaruh harapan pada seseorang lagi, setelah sekian lama nya mati" Aku terus memikirkannya. Tanpa pikir panjang, kuambil buku yang berisi kumpulan puisiku, "Sudah lama sekali aku tak menulis puisi untuk seseorang" kemudian kutulis puisi tentangnya yang menumbuhkan rasa.

" AKU CEMBURU

Aku memang pencemburu.
Aku cemburu pada apa saja.
Bahkan pada hembusan pawana
yang menyejukanmu.
Pada hujan,
yang bebas menyentuh kulitmu.
Pada pakaian,
yang setia menghangatkanmu.

Kenapa?
Karena itu bukan aku!
Harus jadi apa aku ini?
Agar senantiasa dekat denganmu?

Jadi angin?
Percuma, tak bisa kau lihat.
Jadi air?
Percuma, tak bisa kau genggam.

Menjadi sosok nyata,
cukup membatasiku untuk mencintaimu.
Dan kini, aku hanya bisa diam
ditemani sekelumit rindu
yang murung direlung hati,
berharap cepat menemukan arahnya
selama ini. "

Ah sudahlah, ada banyak tugas yang menunggu untuk segera diselesaikan secepatnya..

•••

Kemudian aku mengerjakan tugasku hingga rampung semua, setelah selesai aku langsung mengistirahatkan tubuh dan pikiranku malam itu.

Sekitar pukul 5 pagi aku terbangun, melakukan aktivitas rohani hingga membersihkan diri dan sebagainya. Kira - kira pukul 7 pagi aku berangkat menuju kedai, sesampainya disana aku langsung membuka kedai dan membereskannya sendiri, karena aku tau bahwa Fira sedang ada kelas pagi hari ini. Lagi - lagi aku berjaga sendirian, akan sangat keletihan nantinya, mungkin.
Saat selesai semuanya, aku langsung membalik tanda tutup menjadi buka. Tak kusangka, 15 menit kemudian banyak yang datang untuk sarapan dan sekedarnya. Ada yang bertanya kenapa kemarin tutup? Dan kujawab karena letih. Ya, hanya beberapa pertanyaan dari para pelanggan setia. Aku sedikit kerepotan memenuhi pesanan para pelanggan, dan syukurlah semua bisa terselesaikan berkat kesabaran mereka yang mau menunggu. Sekitar pukul 9 pagi, kedai kembali sepi, hanya ada beberapa orang saja dikedai pagi ini. Tiba - tiba pintu terbuka, ada dua orang perempuan yang datang berpakaian dengan rapi, kuperhatikan baik - baik. Ternyata Wulan dan perempuan yang tempo hari kuminta menghabiskan kopinya, kurasa.

"Assalamualaikum Ginan" Sapa Wulan dengan lembut.

"Waalaikumsallam, akhirnya ketemu lagi. Hehe"
"Silahkan, mau pesan apa?"

"Eee.. Saya pesan caffe late satu ya, kakak mau pesan apa?" (Tanya Wulan kepada perempuan disebelahnya)

"Saya cappuccino aja ya mas"

"Siap deh, silahkan duduk dulu" Sahutku dengan ramah.

"Eh iya nan, caffe late nya kasih latte-art ya, hehe" Timpal Wulan sambil berjalan menuju meja.

"Siap lan, tunggu ya"

Kemudian kubuatkan pesanan mereka, sekitar 10 menit sudah selesai. Kemudian kuantarkan ke meja mereka.

Catatan Kopi In MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang