CATATAN KOPI 9 : Empati

128 26 3
                                    

Seminggu berlalu, setiap harinya aku masih belum bisa menyembuhkan hatiku sendiri. Bagi kalian, mungkin ini hanya perihal patah hati yang biasa dan mungkin kalian berkata "Kenapa berlebihan? Bukankah kamu dan Wulan belum menjalin hubungan apa - apa? Ayolah, jangan berlebihan" Ya, memang benar aku dan Wulan tak menjalin hubungan apa - apa, tapi dalam hati kami saling berkomitmen. Namun nyatanya hanya aku saja yang menepati komitmen itu, tidak dengannya.

Untuk kalian para pembaca, sebaiknya jangan pernah menghakimi patah hati yang dirasakan orang lain. Jika itu hanya menambah beban baginya, bukankah lebih baik kalian menghiburnya?
Nyatanya, menarik empati lebih sulit bukan?
Kalian hanya bisa tertawa dan menganggapnya hal yang biasa, semua orang memiliki hati yang relevan dan rentan, semua memiliki masalah hati masing - masing dan penanganannya masing - masing. Jika tak mau menghibur, lebih baik jangan ditertawakan. Sebab, cepat atau lambat kalian akan merasakannya sendiri.

Terimakasih.



●●●



Seminggu sudah berlalu, sejenak terlintas apa yang Nayla berikan padaku waktu itu. Aku tau, ia hanya ingin aku bangkit. Tapi untukku, belum saatnya untuk berdiri. Aku masih ingin menikmati rasa sakit ini.

Aku terus saja memikirkan hal itu sambil melayani para pembeli kopi dikedai, hampir - hampir aku salah memberikan pesanan dan menjadi bahan tertawaan para pelanggan. Fira tidak ada dikedai siang ini, sebab ia masih ada jam kuliah. Jadi, tinggalah aku sendiri disini. Mungkin sebentar lagi Fira akan datang.

"Mas, pesan teh manis ada?"

(Aku yang sedang meracik kopi tentu saja kaget dengan pertanyaan itu, kemudian kulihat ternyata Frans yang datang)

"Ah elu kampret" Kamipun tertawa
"Ada apa nih? Tumben lu kesini?" Lanjutku.

"Ini nan, gua mau ngasih undangan buat lu" Sambil menyodorkan undangan.

"Undangan apa nih? Lu khitanan? Hahaha.."

"Yeh sial, bulan depan gua sama Mely mau tunangan. Lu dateng ya sama cewe lu"

"Secepet itu Frans? Ngga salah lu?"

"Ya mau gimana lagi nan, ribet deh kalo diceritain. Intinya dateng yaa"

"Iya bawel"

"Yaudah gua langsung cabut ya? Masih ada kerjaan dikantor"

"Gamau ngopi dulu apa?"

"Nanti sore gua balik lagi" Frans berkata sembari berjalan keluar.

Aku heran dengannya, tanpa kabar dan tiba - tiba saja memberikan undangan tunangan. Ahh sial, nasib hubunganku tak semulus Frans (sambil tertawa kecil)

"Hai mas, saya dateng sama siapa tebak?"

"Eh lu udah pulang fir"

"Ihh mas ginan jawab dulu"

"Jawab apaan?" Aku sedikit merasa bingung.

"Iya, coba tebak aku dateng dianterin siapa?"

"Siapa?"

Catatan Kopi In MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang