Jatuh Cinta Pada Waktunya

33 0 0
                                    


Hari- hari yang terlewati bergitu menyenangkan, hingga sudah pada 3 hari terakhir perjumpaan kita. Aku masih dengan perasaan yang terpedam, dan kak Dika sedikit mengambil jarak. Kuduga dia telah mengetahui surat itu dariku, lalu dia berbalik membenciku.

Untuk ukuran anak kelas 3 SMP itu memang sedikit memalukan. Karena ideal-nya anak kelas 2 SMA pacaran sama kelas 1 atau kelas 2 SMA, Sedang anak SMP itu masih dalam ketegori "Bau kencur".

" Jadi, ayo bertukar alamat biar bisa saling kirim surat. Kan kita disini gak punya ponsel. Eh tapi Yesa punya nding" kata kak Ulya.

Kita-pun bertukar alamat rumah, dan juga alamat telfon. Siapa tahu tahun depan ponsel sudah banyak dimiliki di desa kami.

" Baiklah, aku catumkan alamat rumah dan nomor handphone kita" Ujar kak Ginanjar

" Btw, kalau mau menghubungi teman-teman disini kamu bisa kirim pesan di nomor Yesa saja gimana?" Usul kak Ulya.

" Boleh"

Usul kak Ulya benar-benar cerdas, aku tak perlu repot-repot minta nomor kak Dika untuk dekat dengan-nya.

" Btw, kenapa sih cepat sekali berlalu. Kan masih pengen disini" Ucap kak Dika.

Ucapan itu jelas tak terduga sama sekali, untuk seorang Dika yang sejak awal cuek, tidak tertarik ini dan itu, saat diajak keliling desa juga gak pernah se heboh lainnya.

" Hah, kesambet apa lu dik ! jangan-jangan kepengen nemuin secret admire? Haha" Ucap Ginanjar.

Seketika Vero dan Rendy kompak melirik kak Dika. Dan kak Dika-pun terdiam.

" Eh, bukannya Dika pacaran ama Vero ya" Celetuk Ilham.

" Heh, jangan ngaco lu ! tapi kalau Vero mau ya gak papa. Toh kalian emang cocok bersama tuh" Yurika memperjelas.

" Hahaha, Ngayal aja. Ntar Vero jatuh cinta sama aku, berabe dah" Sanggah Dika dengan wajah penuh harap.

" Ehem" Rendy Mulai angkat bicara.

" Rendy cemburu nih ceritanya" Kak Ulya ikutan.

" Hahaha, kita bertiga gak mungkin pacaran lah. Ibarat-nya mereka lebih dari pacarku. Cukup Yurika dan Tedy aja yang deket. Kita jangan lagi haha." Jelas Rendy.

" Dan, aku gak akan mengampuni kalian kalau kalian pacaran tanpa sepengetahuanku" Gertak Vero.

" Hahaha " Semua tertawa.

Detik itu juga, sudah ku pastikan tak ada tempat untukku singgah, dan mungkin memang sejak awal kak Dika sudah menjaga jarak karena Vero.

Ya,  aku baru menyadari mengapa Dika selalu ada di belakang Vero pun juga Rendy. Sepertinya Vero membuat persahabatan alih-alih tidak ingin kehilangan mereka berdua. Hal itu terlihat sangat jelas, bahwa Rendy dan Dika menyukai orang yang sama.

" Ulya besok ada sibuk ? kalau enggak aku minta tolong anterin ke tempat yang bagus buat foto." Pinta kak Dika.

" Wah, aku besok sama Ilham, Tedy dan Yurika mau ada penelitian Sains di rumah pak Jun, gimana kalau sama Yesa saja" Usul kak Ulya lagi.

Entahlah, kak Ulya akhir-akhir ini selalu nyuruh aku dengan kak Dika. Aku curiga kak Ulya mengenali tanda tangan yang ku tulis di surat kak Dika.

" Harus sama dia ya, emmm boleh lah" Kata kak Dika sedikit kecewa.

Keesoka harinya aku dan kak Dika bergegas menuju persawahan, karena desa kita tinggal di perbukitan, maka bentuk persawahannya agak unik.

" Yes, menurut kamu Vero gimana?"

" Haa, Emm cantik"

" udah itu aja?"

" Kak Dika suka sama kak Vero?" Kuberanikan bertanya yang lebih jelas.

" Sebetulnya aku juga agak bingung, perasaan ini seperti apa. Yang jelas aku gak begitu ingin menjalin hubungan degan dia selain sebagai sahabat. Tapi aku juga gak ingin menyakiti perasaan dia"

" Ahh, mungkin karena uda lama dekat ya kak, kayaknya aku juga bakal begitu kalau ada di posisi kak Dika"

Perbincangan itu terus berlanjut hingga kuketahui bahwa kak Dika tak pernah berpacaran sama sekali untuk menjaga perasaan Vero, alasannya, dia tak ingin waktu berkumpul dengan sahabat jadi berkurang. Dan Vero akan kehilanggan akal sehat, membuat suasana tak enak antara dia dan pacar kak Dika.

Ku ketahui juga, bahwa Vero adalah anak broken home, yang kebetulan ibu-nya adalah teman baik ibu Dika. Jadi mereka sangat dekat bagaikan saudara. Hanya sedikit aneh, karena Vero terlalu mendekte kehidupan kak Dika. Sedang kak Dika mengalah atas nama tak tega.

Terlalu ribet untuk dimengerti dan terlalu sesak untuk dirasakan. Tapi, aku berterimakasih pada kak Ulya karena aku bisa mengetahui alasan dia mengambil jarak dan bersifat dingin. Karena Vero mulai mencurigai aku sebagai secret admier.

" Terus kak Dika suka siapa?"

" Ada, tapi masih belum waktunya. Semoga aku dan dia bertemu pada waktu yang tepat"

" a....hhh " sejenak persaanku agak kacau lagi, dan aku mulai ngelantur bertanya yang agak aneh.

" oh ya, menurut kak Dika, pacaran sama anak SMP tu gimana?"

" emm, aneh sih menurutku. Tapi aku tidak bisa men-judge bahwa mereka masih kekanan-kanakan. Karena dewasa gak bisa diukur pakai umur, tapi pakai pengalaman. Jadi biasa aja itu terjadi. Tapi aku gak akan pernah pacaran sama anak SMP. Kurang etis menurutku"

" ah begitu ya" aku menurunkan nada bicara.

" Tapi aku mau menunggu dia sampai dewasa, bagiku menunggu dia dewasa bukan hal yang sulit. Karena memang semua butuh proses"

" emmmm.. " entah kenapa aku menjadi agak lega, padahal belum tentu kak Dika ngomongin aku, tapi aku sudah kepedean saja. haha.

Padahal kecepatan bumi berputar masih seperti biasanta, tapi sore ini, waktu terasa berlalu begitu cepat, tak seperti biasanya. Batinku masih ingin berbincang dengan kak Dika. Tapi terpaksa harus ku akhiri sampai disini karena kak Dika perlu waktu untuk mengerjakan laporan.

Walaupun begitu aku sedikit lega karena ku ketahui dia gak ingin membawaku bermasalah dengan Vero dan lainnya. Maka dari itu dia sempat ingin menolak usulan kak Ulya yang menyuruhku menemaninya, tapi dia fikir ini kesempatan bagus untuk menjelaskan beberapa hal.

Hi, Dika !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang