Pertengkaran dan Kebenaran

19 0 0
                                    

Lagu dari groub band Ungu terdengar merdu, menemani kak Vero yang agak aneh, seperti sedang bingung. Mungkin karena Kak Dika gak bisa dihubungi saat dia butuh bantuan.

" Kenapa kak?" tanya ku.

" Sebel tau sama Dika, di telfon gak bisa. Padahal sudah ku katakana jangan pernah mengabaikan telfonku!"

" Hah" Aku tercengang.

" Eh maaf, maksudnya aku Dika dan Rendy memang seperti itu, mereka akan berlari padaku saat aku sedang kesusahan. Bahkan dia akan meninggalkan pacar-nya jika aku yang bilang"

" Waw, persahabatan kalian keren ya"

" Emm ini rahasia ya Yes, sebenarnya aku dan Dika pacaran diam-diam untuk menjaga perasaan Rendy"

" Wah, supprise banget kak"

" jadi kalau kamu tahu siapa secret admire-nya Dika, bilang ke aku dulu ya."

Aku merasa menjadi orang bodoh disini. Harus mendengar dua cerita yang berbeda. Bahkan tak kuketahui kebenarannya yang mana. Tapi aku telah memutuskan untuk mundur. Karena aku yakin ini akan sulit.

Hari ini sekolah kak Ulya pulang siang, karena sabtu dan minggu akan libur. Para guru mau rekreasi keluar kota katanya. Jadi mereka punya 1 hari waktu untuk liburan.

" Jalan-jalan yuk" Ajak Ilham.

" Kemana?" Sahut Yurika.

" Ke perbukitan desa sebelah aja, katanya bagus pemandangannya" Usul kak Ulya.

" Ajak Yesa sama temen-temennya juga dong, biar seru" Ucap kak Dika.

" Kalau mau ngajak dia, kamu harus jagain dia juga. Soalnya dia masih bocah" 

Kemudian, mereka mengampiriku yang sedang duduk di depan kursi bambu, mengajak kita ikut serta. Sayangnya kita tak bisa berangkat bareng, karena nungguin Arista yang sedang bimbingan.

Pukul 15.00 WIB, aku, Meme, dan Arista baru datang di lokasi. Sementara kak Ulya dan rombongan udah sampai jam 2 siang tadi. Agak panas memang, tapi percayalah, hembusan angina sepoy-sepoy di bukit saat siang hari benar-benar menyegarkan, ditambah music campur sari berkumandang di rumah-rumah warga yang ada di dekat bukit. Menambah kesan santai ala pedesaan.

" Tunggu deh Me, RisKataku mengentikan langkah Meme dan Arista di depan gang masuk perbukitan.

" Kenapa?" Tanya Meme.

" Tuh ada si begundal"

Langkah kita terhenti, karena ada Nugroho dan Ardi yang sedang duduk-duduk dengan teman-temanya di warung depan gang. Bukannya aku GR tapi aku benar-benar takut jika berpapasan dengan mereka. Apalagi dia selalu ngejar-ngejar aku walaupun sudah ku tolak berkali-kali.

" Gimana nih Me, Ris, gak berani lewat aku. Nanti kalau mereka macam-macam gimana"

" hmm, Gimana ya. Kita disini aja deh. Nunggu mereka balik"

" Ah, kamu telfon mereka aja gimana? Kamu kan punya ponsel." Usul Arista.

" Aku gak punya nomor mereka tapi, hiks hiks"

Utungnya, setelah beberapa menit, kak Dika datang mengampiri. Karena kak Ulya cemas aku dan teman-temanku bakal di godain cowok.

Jadi kak Ulya mengutus Dika untuk menyusul.

" Lho.. kak Dika, udah pada balik ya" Kataku.

" Kamu kok disini sih. Aku tadi disuruh jemput kalian sama Ulya, katanya dia takut kalian nyasar. Eh malah diem-dieman disini !" Gerutu kak Dika.

Hi, Dika !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang