Dekat Dengan Johan

19 0 0
                                    

DEKAT DENGAN JOHAN

Setelah pertengkaran malam itu, Johan tak lagi menghubungiku. Jangankan mengubungi, menyapa-pun tidak. Aku merasa tak enak atas kesalahfahaman yang Nurogo timbulkan. Dan aku berniat ingin meluruskan kesalahfahaman ini. Hanya meluruskan saja, bukan karena ada maksud lain.

" Me, bisa bantu aku gak?" kataku.

" Bisa dong, asal bayar" jawab Meme.

" Iye entar ku bayar sama bacaaan Alhamdulillah"

" Yak elah, aku juga bisa tau -_-"

" Emangnya ada apa?"

" Minta tolong dong bilang ke Johan, aku mau ngomong. Ku tunggu disini aja ya. Usahakan si begundal Nugroho gak denger"

" Siap grak"

Meme langsung menemui Johan yang sedang berbincang dengan teman lainnya, sembari menunjuk ke arahku yang deg-deg an karena takut.

" Jo, Ditungguin Yesa. Katanya ada yang penting" Kata Meme

" Gak ah, gak mau cari ribut. Mending aku ngalah" jawab Johan.

" Dikata lagi perang, pake ngalah segala. Udah kesana gih, kasihan dia tau. Kamu gila, sampai SMS dan Telfon-nya gak kamu angkat!"

" Sakit hati tau gak sih"

" Lah, emang dia yang nyakitin kamu?"

" Ya enggak, ku fikir dia jomblo, tau-nya milik orang"

" Emang udah konfirmasi langsung?"

" Ye belom lah"

" Nah, konfirmasi langsung sekarang. Cepet !"

Karena dipaksa Meme, akhirnya Johan terpaksa menemuiku. Tentu dengan bantuan Meme yang menghalang-halangi wajahku. Sangking keterlaluan-nya Nugroho aku tak bisa bernafas bebas. Padahal dia bukan siapa-siapa ku.

" Johan, aku minta maaf atas perlakuan Nugroho, sebenarnya aku tidak ada hubungan apa-apa dengan dia. Aku memaklumi sifatmu padaku. Hanya saja kufikir aku perlu menjelaskan biar gak terjadi kesalah fahaman. Aku sendiri bingung harus berbuat apa pada-nya yang seperti itu" aku menitihkan air mata putus asa.

" Hey kenapa kau menangis, aku juga minta maaf karena menuduhmu yang tidak-tidak. Tapi tenang saja. Aku tak mengatakan apapun tentang kamu pada teman-temanku. Aku yakin kamu adalah orang yang baik."

" terimakasih Jo"

Pertemuan itu berhenti sampai disana, dan Johan kembali hangat seperti biasanya. Saling bercanda dan bertukar cerita. Aku belum tahu perasaan Johan, fikirku kita hanya sebatas teman. Tapi setelah ku fikirkan lagi, rasanya perhatian johan padaku lebih dari seorang teman.

Diam-diam Johan memperhatikan gerak-gerik Nugroho yang mengancam siapapun dekat denganku. Johan dengan suka rela menemui mereka untuk menjelaskan kejadian aslinya. Dia-pun sempat melaporkan Nugroho pada pemilik saung karena dia bukan siswa disini tapi selalu mondar-mandir di area ini. Tetap saja, Nugroho tidak menyerah begitu saja.

Suatu saat Nugroho pernah dengan sengaja mendekati seorang wanita agar aku cemburu, aku malah bersyukur dia tidak memiliki perasaan padaku lagi, tapi tiba-tiba wanita itu datang padaku dan menamparku, katanya gara-gara aku, Nugroho mempermainkannya. Johan langsung datang dan mengatakan bahwa Aku adalah kekasih-nya. Untuk meredam amarah wanita itu.

Kabar beredar begitu cepat, Nugroho dengan ketiga temannya menunggu-ku di depan gerbang saung. Aku meringkuk takut, Karena Meme tak akan sanggup menghadapi lelaki itu. Akhirnya Johan muncul dari belakang dan mengantar-ku pulang.

" Sudah ku katakan, kau akan mati saat mendekati Yesa" Gertak Nugroho.

" Memang-nya siapa kamu dan apa hakmu, toh kamu bukan pacarnya?" jawab Johan.

Aku hanya bisa meringkuk dibelakang punggung Johan, sembari berbisik pada-nya agar dia tidak bertengkar.

" Begini saja, mari kita kerumah orang tua Yesa, mari kita minta baik-baik Yesa. Jika orang tua Yesa memilihmu aku akan mundur"

Aku fikir, perkataan Johan benar-benar gila, aku baru saja lulus SMP, hal-hal seperti itu belum kufikirkan, tapi aku tak ada jalan lain selain percaya dengan Johan. Karena ku rasa dia lebih dewasa dan lebih mengerti kondisinya.

" Dasar picik ! hari ini kubiarkan kamu memiliki Yesa, tapi sebentar lagi dia akan jadi milikku!" Ancam Nugroho kemudian pergi dengan motor-nya.

" Maaf ya aku bilang kamu pacarku, tapi tolong rahasiakan ini biar kamu gak selalu di gangguin Nugroho"

" Iya gak apa Jo, aku yang berterimakasih karena kamu udah bikin Nugroho menjauh"

Semenjak hari itu, Johan dengan suka rela mengantarku pulang, tapi gak sampai rumah karena jalan rumah kita berbeda. Jadi setelah dipertigaan gang kita berpisah.

Aku bersyukur mengenal Johan, lelaki baik, ramah dan santun itu. Sayang-nya saat bersama dia aku merasa kurang nyaman karena ku fikir aku seperti orang jahat yang memanfaatkan kebaikannya. Sedang jika aku menjauh, Nugroho akan mencariku lagi bahkan dia juga akan mencari-cari Johan. Jadi aku memilih untuk menjalaninya.

" Jo, kamu suka sama Yesa?" Tanya Meme.

" Emm, Sedikit" Jawab Johan sambil melirikku yang sedang antri beli es.

" Terus kalian beneran pacaran gak sih?"

" Jujur pengenya iya, tapi kayak-nya si Yesa belum siap pacaran nih. Dia masih takut, mungkin gara-gara begundal itu ya?"

" Hmm, kayaknya sih. Tapi kamu gak takut kalau dia ternyata gak punya perasaan yang sama?"

" Jujur takut sih, tapi begini saja sudah menyenangkan"

Lelaki itu berkali-kali membuat aku terkesima, tapi tidak untuk jatuh cinta. Pernah aku berfikir ulang tentang perasaanku, dan mencoba memikirkannya kembali. Tapi tetap saja aku masih belum siap berpacaran.

" Yes, lagi ngapain? Dengerin radio Mahkota FM Deh" tulisnya dalam pesan text.

" Ha, tau aja lagi dengerin radio jo. Udah kok"

" Dengerin aja ya, aku kirim sesuatu buat kamu"

Lalu aku mendengarkan radio dengan kidmat, mencari nama Johan dan Yesa terselip dalam perbincangan kak Yopie penyiar radio Mahkota FM.

" Baik, selanjutnya dari Johan di gayungan, salam buat orang ter sepecial bernama Yesa, request lagu-nya Roullete dengan judul Aku Jatuh Cinta". Ucap Yopie.

" Deg " mendengar lagu itu aku merasa terharu disertai rasa bersalah karena secara tak sengaja aku membuatnya berharap padaku lebih. Padahal aku belum bisa berdamai dengan perasaanku pada kak Dika.

" Thanks Jo lagunya, aku terharu" balasku pada pesan text.

Keesokan harinya aku bertemu dengan Johan lagi. Raut muka Johan memerah malu-malu, mungkin karena kejadian kemarin. Rasanya agak canggung ngobrol dengan-nya. Tapi aku berusaha semaksimal mungkin untuk tidak kentara.

" Jo, Udah lama datengnya?" Kataku memulai percakapan.

" Udah dari tadi, Oh ya nanti aku pulang agak malam kamu kalau udah pulang sms aja, biar ku antar lalu aku balik lagi" ucap Jo.

" Ah, aku pulang sendiri gak papa Jo, lagian dia juga udah jarang muncul"

" Jangan ih, tunggu aku saja"

Bagi dua orang yang sedang jatuh cinta, percakapan ini pasti dianggap percakapan romantis. Tapi bagi ku yang tak punya perasaan apa-apa, sikap Johan membuatku sedikit Ifil dan agak berlebihan. Lalu muncul-lah sifat risih dan benci padanya.

Hi, Dika !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang