Siapa sangka aku akan pindah ke SMA di daerah Padalarang, walaupun rumah kami berada di Seroja. Katanya itu adalah SMA terdekat dari rumah. Mungkin karena kita berada di perbatasan kota Padalarang, jadi banyak siswa dari kota Seroja yang sekolah disana. Lagian di kota bukan hal yang tabu, jika banyak remaja yang sekolah diluar kota-nya. Selama jarak masih memungkinkan sih.
Sesampainya di Kota, aku langsung cerita banyak hal pada Meme. Cerita ini dan itu, karena belum terbiasa di Seroja. Kegiatanku selama seminggu Cuma telfon Meme, tidur dan makan. Sesekali jalan-jalan di komplek kalo pagi.
" Hai Me, kabar mengcengangkan, ternyata aku sekolah di SMA daerah padalarang, bukankah itu tempat tinggal Dika?" Kirimku dalam pesasn text.
" What? Wah bisa ketemu dong?" balasnya.
" Iyasih, Semoga aja. Nanti ku kabarin deh. Bunda ngajak jalan-jalan nih"
" Siyaap, kirim foto dong biar ikutan lihat indanya kota Seroja"
Sore itu Bunda mengajakku berkeliling kota Seroja, ke Alun-alun sampai ke pusat perbelanjaan modern.
Terhitung sudah 7 jam berlalu untuk menelusuri jalanan Seroja, kabar buruk-nya itu hanya seroja selatan, belum barat dan timur. Aku terdiam sejenak, melihat gemerlap kota Seroja dimalam hari, banyak kendaran berlalu lalang, belum para pemuda yang menikmati liburan. Kesana kemari membuat Kota semakin pengap dan penuh polusi.
Malam itu aku menyadari suatu hal. Bahwa kehidupan di Kota benar-benar berbeda dengan di Desa. Yang saling kenal satu sama lain walau beda desa. Di kota, jangankan desa sebrang, tetangga sebelah saja antara kenal dan tidak.
" Bunda, kalau mau ke Seroja Barat butuh berapa waktu?"
" 1 jam kalau gak macet, 3 jam kalau macet, dan 5 jam kalau macetnya parah banget"
" Wah, padahal cuma dikota Seroja aja ya bun, di desa paling 15 menit hehe"
" Mangkanya bunda nyuruh kamu sekolah di Padalarang, lebih cepat dan gak macet, bisa lewat jalan pintas karena deket"
" itu kan juga kota bun?"
" Iya, tapi kalo di perbatasan masih lengah nduk"
Jalan-jalan malam ini di tutup dengan pertunjukan kembang api di alun-alun, ayah mengajak kita segera pulang karena besok bunda dan ayah bakal kerja. Untung dirumah ada kang yusuf sama bi Jihan jadi aku dirumah tidak sendirian.
" Yusuf, nanti Yesa tolong antar ke sekolahan buat isi formulir pendaftaran ya" Ujar Bunda sambil berlarian di ruang tamu karena hampir telat.
" Iya bu".
Kang Yusuf adalah supir pribadi bunda, sudah 10 tahun ikut bunda dan sudah seperti keluarga sendiri. Oh ya, Bi Jihan adalah istri dari kang Yusuf. Mereka menikah gara-gara dipertemukan bunda juga. Dunia kadang penuh dengan hal tak terduga.
" Yuk kang ke sekolah" ajakku.
" Siap non"
Ternyata cukup 15 menit sudah sampai disekolah, padahal jalanan agak padat, tapi memang lebih tertata dari pada di Seroja.
" Kang, ikut ke dalem yuk" ajakku.
" Lah, sendiri aja non, akang teh nunggu di mobil aja"
" Ayolah kang, aku gak berani. Serius nih"
" Duh, akang teh malu non"
" Yaudah ah"
Terpaksa aku turun sendiri, celingukan nyari tempat pendaftaran. Disekitar banyak siswa-siswa yang daftar tapi mereka datang bersama teman-temannya. Sedangkan aku cuma sendirian.
" Neng mau daftar?" tanya pak satpam.
" Eh iya pak, dimana ya?" kataku gelagapan.
" Mari saya antar"
Aku bersyukur sekali ditanya oleh pak satpam, karena aku bukan tipe orang yang mudah bertanya pada siapapun, bukan berarti sombong. Cuma butuh waktu untuk memberanikan diri bertanya. Tahu sendiri sejak si Nugroho seperti itu padaku, aku jadi mudah curiga dengan orang lain dan jadi kurang percaya diri.
Akhirnya pendaftaran selesai, aku pulang dengan lega. Tinggal bagaimana nanti, aku harus berurusan dengan murid baru, sekolah baru, teman baru, dan suasana baru.
" Gimana ? Sudah dapat teman baru?" Tanya bunda lewat telfon.
" Yah bunda, baru saja daftar. Mana sempat kenalan" jawabku.
" Bunda dulu daftar sekolah langsung punya teman ah"
" Ya kan bunda...., Yesa beda toh"
" Hehe iya iya. Ya sudah, nanti sampai rumah makan dulu ya, bunda pulang malem kayaknya."
" Iya bunda"
Meja makan hanya diramaikan oleh nasi, kerupuk, rendang, sambal, dan lainnnya. Kuhitung ada 6 jenis makanan. Dan Cuma aku sendiri yang duduk. Walaupun makannya tampak enak, bagiku terasa kurang pas kalau makan sendirian. Jadi, aku hanya makan selama beberapa menit. Lalu masuk kamar dan akhirnya tidur.
(Keesokan harinya)
" Yesa bangun sayang sekolah, hari pertama jangan sampai terlambat" teriak bunda.
" Iya ya bun"
SMA Padalarang 3, sekolah yang kini kutempati dan sungguh bikin pusing karena harus berpapasan dengan orang baru, teman baru, dan suasana baru. Saat itu aku berharap aku bisa mengenal satu orang saja, tak perlu paling cantik dan paling poppuler, tapi satu saja yang nyaman di ajak kesana kemari, nyaman diajak berteman pun berbicara.
Akhirnya tuhan berbaik hati mengirimkannya padaku. Dia adalah Alea, seorang yang cukup pendiam, dan murah senyum. Manis tapi tak begitu menonjol di hadapan lainnya.
" Ha.. hai" Sapaku terbata-bata.
" Hai juga" Dia membalas senyum.
" Sendirian kah?"
" Iya, aku baru pindah jadi gak punya teman"
" eh sama dong, aku juga hehe"
" Aku Alea" dia membuka senyum lebar sembari menyodorkan tangan.
" Aku Yesa" balasku.
" Eh kita tukeran nomor yuk, aku kelas 10A?"
" Eh iya aku juga 10A, boleh"
" Nanti duduk sebangku yuk"
" Boleh"
Sepertinya Alea memiliki kekhawatiran sama denganku, dan juga sifat yang sedikit sama. Pemalu dan kurang bisa bersosialisasi dengan baik. Sejak hari itu aku dan Alea selalu bersama seperti lem.
" Eh, besok kita MOS nih, bakal serem gak ya kayak di tv-tv gitu?" tanya Alea.
" Mungkin sih, jujur aku agak gerogi dan malu kalau berhadapan sama banyak orang. Besok pas di aula kita duduk dibelakang aja ya"
" Sama ih, iya keknya dibelakang aja deh, tapi agak nengah gitu ya biar gak keliatan mencolok banget"
"Siap"
Rasanya seperti menemukan harta karun, saat kita menemukan teman yang senasib, sepemikiran dan se sifat.
Hari itu aku berharap Alea dan aku saling menerima satu sama lain dalam waktu yang lama untuk sifat yang belum kita ketahui nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Dika !
RomanceDi tahun 2015, ketika aku sedang duduk kursi tempatku bekerja, aku terdiam, sejenak pikiranku lepas dari beban berat tumpukan kerjaaan. Menuju lorong waktu beberapa tahun yang lalu. Terdengar suara dari Ardina Rasty menyanyikan lagu yang sempat hits...