love~9

3K 172 6
                                    

Sorry if you found typo
Happy Reading
.

.

.

.

.

(Namakamu pov)

Sekarang aku sudah mempersiapkan semua kebutuhan untuk membuat kue. Disini juga sudah ada Wirda yang membantuku.

Aku mulai mengaduk adonan yang sudah tercampur dan memasukkannya ke loyang setelah itu dimasukkan kedalam oven

"Mau bikin brownis dulu aja? "
Tanyaku pada Wirda

Wirda mengangguk
"iya itu dulu aja, kita coba dulu resep brownis nya Mama Ari"

Aku mengangguk setuju

Untungnya hari ini tidak terlalu melelahkan. Tidak ada gangguan sama sekali dari anakku ataupun anak Wirda.
Alqi sedang mengambil rapotnya bersama dengan Azka, karena Ari sedang ada keperluan dengan Ayah mertuaku.

Begitupun dengan Azwa yang sedang mengambil rapotnya bersama Azka juga. Dan bayi laki-laki Wirda yang masih 5 bulan itu sudah tertidur di kamar Alqi.

Aku melihat ponselnya, membaca chat dari Ibu mertuaku yang mengirimkan beberapa resep kue lainnya

"eh kayanya kue coklat enak "
Ucapku sambil memperlihatkan resep di ponselku

"kita coba aja nanti, kalau brownis terjual laris baru kita bikin yang lain"
Saran Wirda ada benarnya juga

Aku mengangguk lalu mengeluarkan adonan kue yang sudah mengembang dari dalam microwave.
Seketikan semerbak wangi khas kue brownis masuk ke dalam indra penciumanku

"beneran harum banget, resep Mama terbaik"
Kataku terkekeh

Wirda mulai mancicipi kue brownis yang baru saja dikeluarkan dari microwave. Bisa kubayangkan rasa lembut dan enaknya

"hmmm.... Enak! "
Benarkan kataku

"Yaudah coba foto terus masukin snapgram atau tawarin ke temen-temen kamu yang lain"
Usulku, Wirda segera mengeluarkan ponselnya dan memotret kue brownis yang sudah aku tata rapi

"untuk pemulaan kita kasih harga berapa? " tanya Wirda

Aku sedikit berpikir, mungkin sekitar 30 ribu dulu saja karena ini baru awal
"30k aja deh, ntar kalau laku kita naikin harganya"

"oh ok, siap"
Wirda sudah menambahkan foto brownis itu ke snapgramnya. Dan baguslah ada beberapa orang yang tertarik dan ingin membeli

Tak lama terdengar suara nyaring Syafiq—bayi Wirda—menangis dari arah kamar Alqi

Wirda sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari, namun kutahan
"udah aku aja, kamu lanjutin promosi"

"oh yaudah, kalau Syafiq haus kasih aja ASI di botol yang ada di tas"
Aku mengangguk

"oke"
Aku berlari ke atas. Dan Syafiq sudah menangis

Aku menggendong bayi itu dan memberikannya susu ASI di botol

"Masih nangis ngga (nam)? "
Wirda datang dengan masih memakai apron yang terkena tepung, juga jilbabnya yang sedikit kebelakang sehingga memperlihatkan keningnya

"udah ngga, ini langsung tidur"
Aku merebahkan lagi Syafiq ke tempat tidur

Aku memandangi bayi ini, sangat tertidur lelap. Aku jadi teringat Alqi saat bayi dulu, pikiranku menjadi menjelajahi masa lalu saat mengurus Alqi masih bayi bersama dengan suamiku.
Ari sangat senang saat tahu aku sedang mengandung Alqi. Dan saat Alqi sudah dilahirkan pun suamiku selalu siaga menjaga Alqi dan meminta cuti satu bulan dari pekerjaannya.

"Wirda? (NK)? "

Suara Azka mengagetkanku dan Wirda

"Azka! Ngagetin aja! "
Wirda mendekati Azka yang sedang cengengesan lalu kulihat Wirda meraih tangan kanan Azka dan mencium punggung tangannya.

Benar-benar istri Solihah.

"Oh iya (nam), Alqi sama Azwa lagi main ke rumah gue. Disana ada Fania kok"
Kata Azka dan aku mengangguk

Azka duduk di tepi kasur sambil mengelus ngelus pipi anaknya.
Persis seperti Ari saat dulu.

"oh iya, tadi Alqi bacain karangannya"

Aku tertarik dengan ucapan Azka
Wirda juga sudah mencuci tangan serta merapikan penampilannya dan ikut duduk di tepi kasur bersama Azka

"terus gimana karangan Alqi? Bagus nggak? " tanyaku

Azka lalu tertawa pelan
"karangan anaknya Ari ternyata bagus, sampe bikin guru-guru ketawa"

Aku teheran mendengar ucapan Azka

"ketawa gimana maksudnya? "
Pertanyaan Wirda mewakili penasaranku

Azka lalu mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan video saat Alqi sedang membacakan karangannya.

"nih liat anaknya (NK) sama Ari"
Azka mulai memutar videonya

Hari ini Alqi akan membacakan karangan Alqi. Dengarkan ya....

Aku tersenyum mendengarkan kata yang Alqi ucapkan

Nama saya Alqi Nuran Harir. Saya lahir tanggal 24 oktober, tahun lahirnya lupa. Hari kelahiran saya sama seperti Ayah.

Aku tertawa sebentar, begitupun dengan Azka dan Wirda, bisa-bisanya anak itu tidak tau tahun lahirnya.
Aku terus mendengarkan

Ayah saya namanya Irham Nuran Harir. Tapi Bunda saya suka manggil Ayah dengan sebutan 'Ari nyebelin'

Seketika aku terbahak, anakku terlalu jujur membacakan karangannya. Azka sedari tadi sudah tertawa, Wirda memindahkan Syafiq yang terbangun karena mendengar suara Azka yang tertawa keras

Bunda saya namanya 'Sayang'. Bunda itu——

"eh Alqi tunggu! Nama Bunda kamu beneran 'sayang'? "

Kulihat ada guru lain menanyakan mengapa namaku 'sayang'
Aku pun sama bingungnya juga.....
Lalu aku terus mendengarkan

Soalnya Ayah sering manggil Bunda 'sayang'

"HAHAHAHAHAH!!!!! "
azka tertawa terbahak, menyebalkan.

Ternyata Alqi selalu memperhatikan Aku dan Ari mengobrol. Dan ini kesalahanku dan suamiku juga

"kalau mau mesra-mesraan jangan di depan anak dong"
Sindir Azka padaku

"ya mana gue tau kalau Alqi nyimak obrolan gue sama Ari"

Setelah ini aku harus memberitau Ari. Pasti suamiku itu sama ngakaknya dengan Azka.


























TBC!

Vote and Comment

LOVE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang