love~11

2.9K 171 4
                                    

Sorry if you found typo
Vote sebelum membaca, please
Happy Reading
.

.

.

.

.

(Ari pov)

Ini sudah satu bulan gue bekerja mengurus pekerjaan Papa di perusahaan. Memang ngga mudah menjadi Direktur utama, dan juga memperhatikan karyawan lain bekerja dengan benar atau ngga itu sangat melelahkan.

Meskipun tidak mudah tapi gajinya pun tidak main-main. Meskipun gue ini putra Papa tapi tetap saja gue tidak boleh seenaknya mengurus perusahaan ini dan gaji gue juga sama dengan presdir pada umumnya.

"Maaf pak, ini ada yang harus ditanda tangani"

Salah satu karyawan memperlihatkan kepada gue sebuah dokumen dan harus di tanda tangani.
Gue mengambil pulpen dan menandatangani dokumen itu.

"sudah, jadi rapat kerjasamanya kapan? " tanya gue setelah selesai menandatangani dokumen

"tiga hari lagi Pak, dan rapatnya diadakan disini"

Gue mengangguk dan membolehkannya meninggalkan ruangan ini.
Gue kembali menyandarkan punggung ke kursi yang gue duduki. Pikiran gue tertuju pada (NK), kira-kira sedang apa dia dirumah sekarang?

Gue tersenyum memandang sebuah bingkai foto kecil yang terpajang di meja. Foto gur bersama (NK) dan juga Alqi.

"jadi pengen cepet pulang kan kalau gini" gumam gue sambil tersenyum

Drrtt.... Drrtttt...

Baru saja gue memikirkan tentang (NK) dan istri gue itu sudah menelpon.

"Hal—

"kapan pulangnya?!

Gue menjauhkan ponsel dari telinga. (NK) berusaha merusak kuping orang ganteng

"kecilin suaranya sayang, kalau lagi hamil ngga boleh banyak marah"

"ya kamu ngeselin sih! Katanya mau pulang cepet"

Seketika gue tertawa pelan. Padahal baru saja sekitar 2 jam gue bekerja, tapi ternyata istri gue itu sudah kangen

"iya iya tunggu"

"pulang sekarang ya ya ya..... "

Lagi-lagi gur tertawa, tingkahnya menjadi menggemaskan sesekali

"iya Bunda iya, tunggu aja"

"yeeaayyy!!! Suami mau pulaaaangg! "

Gue menjauhkan lagi ponsel dari telinga, lalu tawaan gue menggema. Beginilah kalau (NK) sudah senang.

Gue segera meraih kunci mobil dan segera pulang ke rumah padahal ini belum jam pulang.
Tapi siapa yang bakalan marahin gue, tidak ada tentunya, karena gue yang presdir disini.

***

Gue sampai di depan rumah, dan dapat gue lihat diteras rumah ada Alqi yang sedang memakai sepatunya.
Dan sepertinya jagoan gue itu kesulitan menautkan tali sepatunya.

"Bisa nggak? Sini Ayah bantu"

Alqi mendongak menatap gue dengan cengirannya
"Ayaahh~"

Gue tersenyum dan mengacak rambut Alqi. Lalu gue bantu menalikan tali sepatunya

"Bunda mana?"

LOVE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang