Part 1

1.2K 122 4
                                    

Escape 1

--

"Daddy akan dateng kan?" Anak laki-laki berumur 7 tahun itu berdiri di samping Ayahnya yang tengah fokus pada sebuah koran ditangannya.

"Tentu," meskipun begitu pria itu masih menjawab pertanyaan anaknya itu.

"Aku yang membawakan pidato," anak itu kembali bersuara.

Pria itu kini menoleh dan tersenyum bangga kepada bocah itu. "Daddy tau kau bisa," ucapnya.

Liam Finn Holdren, ia adalah putra dari pasangan Cakka Finn Holdren seorang mantan Agen intelijen khusus di Amerika dan Ashilla Violette seorang mantan buronan dari organisasi kriminal yang kemudian ikut bergabung bersama Cakka. (Re : Escape, Escape 2)

Kini keduanya memutuskan untuk hidup dengan normal sebagai orang biasa tanpa ikatan organisasi setelah kelahiran Liam, meskipun tidak benar-benar mengubur dalam-dalam masa lalu mereka, namun keduanya sudah berhenti menjadi bagian dari badan intelijen negara. Mereka pindah ke California enam tahun lalu  sebagai bentuk mulainya hidup baru mereka, membesarkan Liam seperti anak-anak lainnya dan hidup dengan nyaman seperti orang lain.

"Tapi Dad, teman-teman ku bilang aku tidak cocok dengan mereka," ucap Liam.

Cakka mengangkat alisnya, "tidak cocok?"

"Ya, Glen bilang aku terlalu tinggi untuk anak kelas 2 SD. Monika bilang, wajah ku terlalu tampan untuk anak kelas 2 SD. Alex bilang, aku terlalu cepat berlari untuk ukuran anak kelas 2 SD. Daniel bilang, aku terlalu pintar untuk ukuran anak kelas 2 SD,"

Cakka terkekeh pelan, "Daddy tidak menyangka mereka mengatakan itu,"

"Apa itu berbahaya, Dad?"

"Tidak, kau hanya sedikit lebih dari mereka, untuk itu bersikaplah sama seperti mereka,"

"Aku sudah melakukannya, berlari sama cepatnya dengan Silvia,"

"Bagus,"

"Tapi mereka bilang aku menyukainya,"

Kini Cakka terbelalak, "bukankah Silvia itu perempuan?"

"Ya, dia yang tercantik dikelas,"

"Kau harus memperhatikan yang lainnya,"

"Kenapa?"

"Begitulah seharusnya,"

"Tapi Monika, Grace, Paula, Anastasia, Selly dan yang lainnya tidak secantik Silvia,"

"Liam, kau masih terlalu kecil,"

"Apa?"

"Daddy pikir kau juga terlalu memperhatikan Silvia,"

"Apa tidak boleh?"

"Baiklah, kita akhiri percakapan ini. Jangan katakan pada Mommy bahwa kau mengatakan Silvia cantik,"

"Mengapa?"

"Mommy akan marah,"

"Karena Silvia cantik?"

"Ya,"

"Tapi aku tidak mengatakan Silvia lebih cantik dari pada Mommy,"

Cakka terkekeh, "well, kalau begitu siapa yang lebih cantik?"

Liam tampak berfikir, "aku tidak bisa mengatakannya,"

"Kenapa?"

"Aku tidak ingin berbohong,"

Cakka hanya terkekeh pelan sambil mengangkat Liam kedalam gendongannya, Liam terus menggerutu mengatakan dia bukan lagi seorang balita. Sepertinya Cakka terlalu lambat menyadari bahwa Liam tumbuh dengan begitu baik.

Escape 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang