[9] Pandora

154 27 0
                                    

-=9=-

"Jika ini tidak membahagiakan dirimu. Juga aku. Untuk apa kita tetap bersama?"

**

Chanyeol menekan bel interkom berkali – kali. Ia sampai lupa pada sandi pintu rumah karena pikirannya sudah kapasitas penuh sampai – sampai ingin meledak. Begitu Jina membuka pintu, ia segera menerobos masuk dan mencium istrinya, menyudutkan istrinya ke dinding dan bermain dengan kasar. Jina tidak suka ini, lantas ia memberontak meski dari segi tenaga tentu saja Jina kalah telak.

Masih dengan kasar, Chanyeol melumat bibir Jina kasar. Tangannya kemudian menahan tangan Jina agar tidak memberontak. Jina sama sekali tidak menikmati itu. Ketika Chanyeol mulai merambat pada leher jenjang Jina lantas wanita itu segera mendorongnya, dan menaikkan kembali kemejanya yang sempat turun hingga ketiak, dan mengancingkannya kembali.

"Ada apa denganmu Jo Chanyeol?! Hentikan."

Suaminya hanya tersenyum masam, lantas mundur selangkah dan berkacak pinggang memandang istrinya. "Han Jina,"

"Kau sudah dapat jawaban dari Ibumu, apa katanya?"

Jina melangkah menuju kamar mereka, diikuti Chanyeol di belakangnya. Ia meraih lengan istrinya, sementara Jina menatap Chanyeol tajam. "Han Jina, jawab pertanyaanku. Hayoung bilang kau tes di Rumah Sakit."

"Oh ~ kau menakutkan, Tuan Jo." Jina masih bergurau disaat Chanyeol memasang wajah serius. Jina menaikkan bahu, berjalan menuju dapur, menuang air ke dalam gelas dan meminumnya.

"Jina. Kali ini jawab aku –apa hasil tes itu yang membuatmu bertindak gila waktu di Rumah Sakit? Hm?" Chanyeol bertanya seraya merebut gelas itu dan menaruhnya di meja.

"Apalagi? Semua sudah jelas."

"HAN JINA!!" Chanyeol meninggikan suaranya membuat Jina menatap Chanyeol tak percaya dan melempar gelas berisi air itu ke lantai dengan kasar. Menimbulkan bunyi riuh di ruang yang berisi dua insan yang sedang cekcok.

"YA. IBUMU BENAR. KAU MAU APA! AKU TIDAK BISA HAMIL ANAKMU! AKU HARUS BAGAIMANA?HUH?" Jina kembali meneriaki Chanyeol, lantas detik berikutnya nada bicaranya melunak, ia hilang tenaga untuk berteriak. "..untuk itu –sebabnya, ayo kita cerai."

Satu – satunya yang menjadi penengah cekcok hebat mereka adalah suara dering ponsel Jina dan tertulis nama adik sepupunya di sana. Jina masih menatap Chanyeol dan menggeser layar ponselnya, mulai mendengar pembicara di sebrang telfon.

"Eonnie. Aku sudah di Bandara Incheon, jemput aku."

"Baiklah. Aku ke sana. Tunggu di kafe saja, Sejong – ah."

Lantas, perbincangan via suara berakhir di sana. Jina tak bersuara apapun lagi, hanya mengambil tas tangannya, kunci mobil dan berlalu dari sana. Chanyeol dapat melihat, bagaimana Jina yang menyeka air mata dengan punggung tangannya berjalan seorang diri di koridor menuju elevator. Namun, alih – alih mengejar Jina, atensinya beralih pada ponselnya yang bergetar cukup lama. Ada nomor tak dikenal, namun karena mood pria itu sudah rusak ia hanya menggeser layarnya untuk menjawab.

"Halo?"

"Chanyeol – ssi. Ini Joona, bisa kita bicara?"

"Ah, Joona – ssi, bicara saja silahkan.."

"Ini..bukan sesuatu yang bisa aku katakan lewat telfon, Chanyeol – ssi."

"Baiklah, kita bertemu di mana?"

"Aku ingin makan Patbingsoo. Kau tahu warung Patbingsoo yang enak dimana?"

Patbingsoo? Chanyeol berpikir sebentar, mengingat bahwa dirinya ataupun Jina bukan orang yang senang mencicipi kuliner ketika waktu senggang.

【END】Will You be There 「당신이 거기 있을 것인가」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang