Keserakahan itu memang selalu tinggal di dalam setiap raga manusia. Jadi, pilihlah atau kau tidak mendapatkanya sama sekali. Kau bahkan tahu jika keserakahan itu menguasai atas kendali dirimu, maka kau tidak akan mendapatkan apapun. Dan, kau akan pulang dengan tangan kosong.
=12=
JINA
Aku tidak pernah melihat seorang Jo Chanyeol membangkang dari perintah Ibunya. Selama ini, Chanyeol seorang yang penurut pada seseorang yang membuat dia ada di dunia ini. Dan, baru saja aku melihat sosok Chanyeol yang baru. Chanyeol yang mempunyai pendirian ketika seluruh dunia menyalahkannya.
Setelah acara tanpa sopan santun meninggalkan beliau yang sempat mengatakan sesuatu dengan nada yang mengancam suamiku dan mungkin juga diriku, Chanyeol mengantarku kembali ke Hotel tempat Sejong menginap. Dan kini, kami berada di pelataran depan lobi. "Benar tidak perlu aku antar sampai depan pintu kamar hotel Sejong?"
Chanyeol bertanya seraya mengelus punggung tanganku, hal yang selalu berhasil menenangkanku ketika aku sedang mengkhawatirkan sesuatu. Aku mengulas senyum tipis, "Tidak apa, Sejong agak menggila akhir – akhir ini, aku tidak mau kau menjadi perumit suasana."
Chanyeol yang biasanya keras kepala kali ini juga menurutiku, entah apa yang merasuki dirinya sekarang. Tapi, kalau boleh jujur, aku senang melihat perubahan pada diri Chanyeol. Dia baru layak aku katakan seorang suami. "Baiklah, makan yang teratur."
"Kau juga, jangan terlalu berlebihan dalam bekerja, istirahat yang cukup."katanya seraya menatapku lekat, mengelus rambutku pelan. Dan, perkataan Nyonya Jo saat kami beranjak pergi tadi membuatku terus berpikir, apa yang sudah dilakukan suamiku? Apa Chanyeol sudah melakukan sesuatu yang tidak aku tahu? Karena itu dia berubah untuk menutupi kesalahannya?
Aku membuka sabuk pengaman dan memanggilnya, "Chanyeol," Ia menoleh "Ya?"
"Aniya, gwaenchanha. Hati – hati di jalan." Aku memutuskan untuk tidak merusak hubungan kami yang baru saja membaik. Paling tidak, aku tidak bisa menaruh curiga padanya tiap waktu.
"Kapan kau akan kembali?"
"Lusa? Aku usahakan untuk lebih cepat, dan juga"
"terimakasih untuk mau tetap mempertahankanku."
Aku mengecup bibirnya sebelum ia menjawab apa yang aku katakan, aku tidak ingin mendengar pengakuan apapun darinya untuk saat ini. "Aku tidak mau mendengarkan jawabanmu, aku pergi dulu kalau begitu."kataku dan turun dari mobil.
**
Joona keluar dari apartemen begitu Eunwoo mengucapkan hal yang menurut Joona menyakitkan. Baru saja ingin keluar ponsel Eunwoo bergetar, ada sebuah pesan teks dari Jina
From: Jina
Tolong hubungi aku jika Chanyeol menemuimu hari ini.
Namun, ia memilih tak membalasnya dan mengejar Joona lebih dulu. Paling tidak, kesalahpahaman kecil ini harus dengan cepat diperbaiki agar masalahnya tidak bertambah rumit. Bahkan Eunwoo tidak yakin bahwa Joona mempunyai orang yang dapat dia jadikan sandaran ketika hidupnya terasa begitu menjadi beban baginya.
Eunwoo hanya meneruskan memeluk Joona ketika mendapati wanita itu menangis dalam diam di hadapannya. Juga, Eunwoo melakukan itu hanya karena ia melihat Chan yang keluar dari elevator. Dalam hati, Eunwoo membuat sebuah harap agar Joona paling tidak menangkat tangannya sebagai tanda membalas pelukan yang ia berikan sementara Chan melihat. Entah mengapa, Eunwoo merasa bahwa dirinya perlu memperingatkan sahabatnya itu untuk memilih salah satu dan tak boleh serakah dalam segala hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
【END】Will You be There 「당신이 거기 있을 것인가」
FanfictionAku menyadari bahwa selama apa pun aku menunggu, kau tidak akan pernah di sana.. 『Status: lengkap -repub September, 23 2018』