[6] The Greatest Sadness

192 26 5
                                    

Jangan menyiksa diri sendiri, membuat dirimu tertekan, merasa frustasi semata-mata hanya demi melindungi kisahmu. Cinta tak pernah seindah itu. Tak selamanya, orang yang mati-matian kau lindungi bahagianya, justru bisa menjadi sebuah sentral untuk membuat sebuah luka untukmu.

[6]

Suasana ruang itu masih hening, hanya terdengar deru nafas yang saling menyeru keras di ruang berisi tiga nyawa itu, ketiganya saling melempar pandang tanpa membalas satu-sama lainnya. Dua orang dominan ke arah gadis dengan kaos hitam yang ia kenakan, wajahnya masih begitu muram karena mengantuk. Sementara seorang lainnya menatap 50:50 antara lelaki yang duduk di sebelahnya dan juga seorang wanita yang masih memasang wajah tidurnya, sementara yang menjadi satu-satunya bergender lelaki di ruang itu menatap seorang wanita dengan kaos hitam yang adalah pemilik bangunan ini.

Lelaki itu membuang nafasnya kasar, lalu berucap dengan nada pelan. Sebelumnya perbincangan memang sudah terjadi antara wanita lainnya yang ada di ruangan itu juga. Kini, si wanita pelapor takut bahwa salah satu dari mereka akan marah dengannya, karena membocorkan rahasia besar. Tentu saja besar, ini adalah tentang harga diri seorang wanita dan akalnya yang mungkin saja hilang sesaat.

“Apa kau menyembunyikan sesuatu dari kami –Joona-ya?”ujar si gadis dengan dress putih lebih dulu, ia melesatkan serangannya tepat sebelum lelaki itu ingin membuka mulutnya, “Tidak,”jawabnya dengan nada ambigu, lantas dengan cepat lelaki yang ada di hadapannya menaruh barang bukti yang menjadi kecurigaan mereka, namun wajah wanita yang seperti dinterogasi oleh teman-temannya hanya mengulas senyum kecil. “Apa kau hamil?”tanya teman lelakinya dengan nada menahan marah, kemungkinan karena khawatir. Dengan pasrah yang ditanya hanya mengangguk, “Menurut alat itu ya, tapi aku belum periksa dengan benar ke Rumah Sakit,”ujarnya terdengar tenang, namun tangannya terus saja mencengkram lengannya bersilang. Matanya kian berkabut, lalu kedua orang itu menatapnya nanar dan juga kaget.

Seungwoo menarik nafas, menarik semua rambutnya kebelakang. Ini adalah kegilaan yang pernah ia dengar dari seorang gadis pintar dan skeptis tentang cinta, “Joona –ya. Bagaimana bisa kau menahan tangismu dengan berkata santai seperti itu! Kau –‘

Soojin menyela dan menahan Seungwoo agar tidak lepas kendali, Soojin tahu bahwa kejadian seperti ini bisa membuat lelaki itu murka dan menggunakan temperamen.“ –Seungwoo, tenanglah.”

Seungwoo kembali duduk,namun ia masih terlihat begitu murka entah pada Joona karena tidak bisa menjaga diri ataukah orang yang melakukan itu pada Joona.“Siapa yang melakukan ini padamu?”tanya Seungwoo dengan nada lirih, ia terdengar begitu frustasi daripada orang yang terkena kemalangan. Joona menarik nafas lagi, ia menggigit bibirnya sebentar,“Aku ingin memberitahu kalian dari awal –hanya saja, sulit rasanya untuk membuat kalian kecewa.”ujar Joona dengan gugup.

Soojin tanpa sadar menitikkan air matanya, lalu melangkah dan memeluk Joona, mengelus punggung gadis itu.“Kami tahu kau bagaimana, Ra Joona. Tapi, kau melakukan itu bukan semata-mata karena ingin bukan? Kau pasti sudah terjatuh untuknya.”

Joona mengangguk, “Aku tidak tahu mengapa, namun begitu aku melihatnya untuk pertama kalinya rasanya aku begitu bahagia.” lalu ia ikut menangis setelah menahan isaknya sejak Seungwoo datang.Seungwoo kini tidak dapat marah setelah melihat kedua gadis dihadapannya menangis, meski bukan karenanya namun karena situasi, ia menjadi tidak dapat berkata apa-apa lagi.

∞∞∞

Dua minggu kemudian..

Aroma khas Rumah Sakit begitu menusuk indra pencium gadis itu, dua minggu berlalu perutnya sedikit lebih besar dari sebelumnya, ia sempat melihat beberapa orang yang duduk agak jauh darinya di lorong yang sama diantar oleh suaminya atau mungkin ibu atau mertua mereka. Namun, hanya gadis itu sendiri, ralat. Dia tidak sendiri, ada seorang teman perempuannya yang setia duduk di sampingnya, seraya menepuk pelan punggung wanita itu mengisyaratkan bahwa tidak perlu ada yang ditakutkan ataupun dikhawatirkan.

【END】Will You be There 「당신이 거기 있을 것인가」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang